Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3 Cepat Tanda Tangani Surat Cerainya

Akhirnya, Kelvin dan Eric datang, langsung mendobrak pintu untuk masuk. Aku langsung mengungkapkan wajah asli Sherly. Aku mengatakan bahwa Sherly yang menyulut kebakaran itu, bahwa dia ingin membunuhku. Namun, tidak ada satu pun yang percaya padaku, bahkan Kelvin mendorongku ke samping. Bersama dengan Eric, mereka lebih dulu menyelamatkan Sherly. Aku yang terbentur dinding, tidak bisa melarikan diri tepat waktu karena kakiku yang terkilir. Wajahku hampir saja cacat akibat luka bakar dalam kebakaran itu. Di ambang maut, aku akhirnya diselamatkan oleh seseorang. Wajahku berhasil diselamatkan, tetapi bekas luka bakar tetap ada di lengan dan pahaku. Ketika polisi menyelidiki kebakaran itu, aku menunjuk Sherly sebagai pelakunya. Namun, Kelvin dan Eric menganggapku sedang mengatakan omong kosong karena syok akibat kebakaran. Mereka bahkan membela Sherly habis-habisan di kantor polisi. Karena kurangnya bukti, Sherly lolos dari hukuman. Dia malah datang ke samping tempat tidur rumah sakitku, mengejekku dengan nada penuh kemenangan. Dia mengatakan bahwa suami dan kakakku yang paling aku cintai sudah meninggalkanku. Di masa depan, semua saham dan warisan orang tuaku juga akan menjadi miliknya. Ketika mengingat semua kejadian itu, aku memejamkan mata dengan perasaan sakit hati. Kelvin yang paling tidak suka jika aku marah, menatapku dengan ekspresi muram sembari berbicara dengan nada tak sabaran. "Camelia, kamu tahu kalau aku nggak punya banyak kesabaran. Aku harus bekerja, harus menghadiri berbagai acara. Aku lelah dan nggak punya waktu untuk bertengkar denganmu." "Kalau kamu terus bersikap seperti ini, kita hanya punya satu pilihan, yaitu bercerai. Kalau kamu nggak mau bercerai, bersikaplah lebih baik." Berani-beraninya dia mengancamku dengan perceraian! Dulu mungkin aku akan terpengaruh, tetapi sekarang itu justru sejalan dengan keinginanku. Tiba-tiba aku tersenyum sambil menjawab, "Baiklah, ayo kita bercerai." "Apa?" Kelvin tampak tertegun, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Aku mengambil surat cerai yang sudah lama aku siapkan di meja samping tempat tidur, lalu menyerahkannya pada Kelvin. "Aku bilang, aku setuju untuk bercerai." "Kamu nggak perlu khawatir soal pembagian harta. Semua harta sebelum pernikahan akan tetap menjadi milik masing-masing. Aku nggak akan mengambil sepeser pun darimu, aku akan pergi dengan tangan kosong. Kamu hanya perlu menandatangani surat cerai ini." Aku tersenyum sambil menyodorkan pulpen dengan ramah. Kelvin menatap surat cerai itu dengan pandangan yang sulit dibaca. Dia bahkan tidak membacanya sama sekali, langsung meremasnya hingga menjadi gumpalan, lalu melemparkannya. Kemudian, dia meraih tanganku, menekanku di bawah tubuhnya. Matanya yang gelap menyala penuh amarah. "Camelia, kamu benar-benar berani? Berani-beraninya kamu mengajukan perceraian kepadaku!" Aku menatap wajahnya yang tampan, merasa sedikit linglung. Aku dan Kelvin memang sudah memiliki perjanjian pernikahan sejak lama. Namun, aku yang pertama kali memulai hubungan ini. Sejak kecil, aku selalu mengikuti Kelvin. Ketika aku masih seorang remaja yang tidak mengerti tentang cinta, aku menyadari perasaanku padanya, mengejar cintanya tanpa ragu-ragu. Akhirnya, aku berhasil mewujudkan impianku saat di universitas. Kami resmi menjadi sepasang kekasih. Beberapa tahun setelah lulus, kami pun menikah. Aku telah mengorbankan banyak hal untuk hubungan ini. Kelvin memang bukan tipe pria yang ekspresif, tetapi dia selalu menuruti keinginanku tanpa syarat. Aku keliru mengira itu adalah cinta. Baru setelah aku melihatnya melindungi Sherly dengan sangat hati-hati, dengan mata penuh senyuman saat menatap wanita itu. Saat itulah aku tersadar dari mimpiku. Semua orang tahu betapa aku mencintai Kelvin. Mereka yakin aku tidak akan pernah meninggalkannya seumur hidupku. Bukan hanya orang lain yang berpikir begitu, Kelvin pun meyakini hal yang sama. Karena itulah dia berani dengan semena-mena menyakitiku. Di kehidupan sebelumnya, saat aku keguguran, dia sedang menyalakan kembang api yang besar untuk Sherly. Pada hari ulang tahun pernikahan kami, dia justru berlibur di tepi pantai bersama Sherly, dengan alasan perjalanan dinas. Ketika keluargaku bangkrut dan ayahku meninggal dunia, aku memohon padanya untuk menghentikan semuanya. Namun, dia mengatakan bahwa itu adalah harga yang harus aku bayar karena telah melukai Sherly! Pelajaran pahit dari kehidupan sebelumnya masih terbayang dengan jelas dalam ingatanku. Aku bahkan ingin mencabik pria ini hidup-hidup. Bagaimana mungkin aku masih memiliki cinta untuknya? Aku menatapnya dengan senyum menantang. "Kenapa? Apa hanya Pak Kelvin yang boleh mengajukan perceraian, sedangkan aku nggak boleh?" Aku berusaha keras mendorongnya. "Cepat tanda tangani surat cerainya. Mari kita berpisah dengan baik-baik." Setelah aku mengatakan itu, wajah Kelvin menjadi makin muram.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.