Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 11 Aku Tidak Ingin Ada Orang Ketiga dalam Pernikahanku

Lidah berbisa Javier tetap sama seperti sebelumnya. Aku ingin mengulurkan tangan untuk memberinya acungan jempol. Ekspresi wajah Kelvin menjadi makin muram. Dia menggertakkan giginya sambil berkata, "Javier, ini adalah masalah keluarga antara aku dan istriku. Kenapa kamu yang cuma orang luar, justru ikut campur?" Segera setelah selesai berbicara, Kelvin meraih tanganku sambil berteriak, "Ikut aku!" Sebelum aku sempat bereaksi, aku sudah ditarik dari tempat dudukku. Sementara tanganku yang lain tiba-tiba dicengkeram oleh kekuatan lain. Aku berbalik karena terkejut dan melihat ke arah Javier yang sedang menarikku. Tampak jelas ada jejak kekhawatiran di mata pria itu. Dia menghadapi Kelvin dengan ekspresi dingin dan berkata, "Kalau ada yang ingin kamu katakan, katakan di sini saja." Mata Kelvin berkaca-kaca, dia meraih tanganku sedikit lebih keras sambil menyahut, "Aku harus menyelesaikan masalah keluargaku. Memangnya apa hubungannya denganmu, Javier? Cepat, lepaskan aku!" Aku terpaksa berdiri di antara kedua pria itu dan menengahi mereka. Ini adalah restoran dan sedang ramai-ramainya karena waktu makan. Dengan keributan seperti itu, jelas ada banyak orang yang menoleh. Aku tidak ingin ditonton orang banyak seperti seekor topeng monyet. Aku tahu bahwa Javier mengkhawatirkanku, tetapi aku harus menjelaskan hal-hal tertentu dengan jelas kepada Kelvin agar keterikatannya berkurang. Aku menatap Javier, lalu berkata, "Pak Javier, tolong lepaskan dulu. Dia nggak akan berani melakukan apa pun padaku. Aku bisa menjamin keselamatanku sendiri." "Memang perlu ada beberapa hal yang harus diperjelas di antara kami." Javier menatapku dengan matanya yang gelap, dipenuhi dengan emosi yang sulit untuk dibedakan. Dia terdiam beberapa detik, lalu melepaskan tangannya sambil berkata dengan nada cemas, "Langsung hubungi aku kalau butuh sesuatu." Aku tersenyum dan segera menjawab, "Ya." Ketika Kelvin melihat senyumanku, wajahnya menjadi makin marah. Dia menarikku keluar dari restoran dan memasukkanku ke dalam mobilnya yang diparkir di pinggir jalan. Aku duduk dengan tenang di kursi penumpang, lalu melihat Kelvin yang masuk ke dalam mobil dan membanting pintu dengan keras. Kupikir dia akan pergi mengemudikan mobil, tetapi dia justru duduk bersamaku di dalam mobil. Benar saja, dia mungkin tidak tega meninggalkan Sherly sendirian di sini. Kelvin menatapku dengan mata nyalang, penuh amarah dan kecurigaan. "Katakan padaku, apa kamu bersikeras menceraikanku karena Javier?" Aku tidak bisa menahan tawa, lalu menjawab dengan nada sinis, "Mereka yang berhati kotor, selalu melihat semua hal dengan kotor juga." Wajah Kelvin berubah muram karena marah dan dia segera menyahut tidak terima, "Camelia, kamu!" Aku menghela napas dan menyelanya, "Kelvin, permintaan perceraian dariku nggak ada hubungannya dengan Javier." "Itu karena aku sudah nggak punya perasaan lagi padamu. Bukankah kamu juga merasakan hal yang sama padaku?" Kelvin jelas tertegun sejenak, dengan rasa panik dan rasa bersalah yang muncul di matanya. Aku kembali berbicara di hadapannya, "Karena kita sudah nggak saling mencintai lagi, jadi saling melepaskan satu sama lain saja. Nggak perlu menyiksaku lagi, ini cuma akan membuatmu kelihatan nggak bermoral." Alis Kelvin mengernyit, lalu dia menyahut dengan marah, "Apa maksudmu saling melepaskan satu sama lain? Memangnya kamu merasa sangat menderita saat bersamaku?" "Ya!" sahutku menatap langsung ke matanya dan mengakuinya tanpa ragu-ragu. Karena ingin memperjelas semuanya, maka harus mengungkapkan semua keluhan yang terjadi sebelumnya. "Kamu bekerja lembur dengan Sherly, berjuang untuknya dan merawatnya dengan baik saat dia sakit. Kamu sudah melakukan begitu banyak hal untuknya. Lalu apa yang sudah kamu lakukan terhadapku sebagai istrimu?" "Kamu melupakan hari ulang tahunku. Lupa aku punya alergi dengan bunga mawar. Saat aku merasa nggak enak badan, kamu cuma menggerakkan mulutmu dan menyuruhku untuk banyak minum air hangat." "Bagaimana? Apa menurutmu aku nggak akan bisa bertahan hidup tanpa gerakan mulutmu?" "Sudah kubilang, aku nggak ingin ada orang ketiga dalam pernikahanku!" Semua keluhan itu sudah terpendam terlalu lama. Sekarang setelah semuanya diungkapkan, aku merasa jauh lebih lega. Rasanya seperti batu yang selama ini membebani hatiku pada akhirnya disingkirkan.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.