Bab 7

Sisanya adalah berbagai hadiah yang diberikan Haris kepadaku selama tiga tahun. Ada hadiah-hadiah kecil yang menarik. Ada juga perhiasan berharga. Aku memilih hadiah-hadiah yang berharga, nanti aku akan meminta sahabatku menyimpannya sementara waktu. Setelah aku meninggalkan Kota Santera, aku meminta sahabatku mengembalikannya kepada Haris. Dengan begitu, kami berdua impas. Sementara itu, ada beberapa hadiah kecil dan murah yang diberikan untuk membuatku senang. Aku akan membuang hadiah-hadiah ini tanpa ragu Bahkan, dulu sebuah gantungan kunci kecil pun terasa sangat berharga bagiku. Namun, sekarang aku membuang hadiah-hadiah itu tanpa ragu sedikit pun. Setelah membuang semua hadiah, aku membungkus foto ibuku dan menaruhnya di dalam kotak dengan hati-hati. Lalu, aku meninggalkan rumah yang sudah kutinggali selama sepuluh tahun. Saat keluar dari pintu, mobil Haris kebetulan datang. Aku tidak menghiraukannya. Namun, mobil itu tiba-tiba berhenti di sampingku. Jendela belakang mobil diturunkan, terlihat wajah tampan Haris di dalam mobil. Aku hanya melirik sekilas, tetapi langkahku tidak berhenti. "Chelsea!" Haris bertanya sambil mengernyit, "Kamu mau ke mana?" Berjalan dengan menyeret dua koper besar sangat melelahkan. Oleh karena itu, aku malas berhenti dan mengobrol dengan Haris. Aku masih tidak menghiraukannya dan terus berjalan. Haris tiba-tiba turun dari mobil. "Apa perlu sopirku mengantarmu?" "Nggak perlu, terima kasih." Aku menjauhkan diri dari sentuhan tangannya dan lanjut berjalan. Haris memegang pergelangan tanganku, lalu berkata, "Chelsea, kenapa kamu keras kepala sekali sekarang?" "Merengeklah seperti dulu, siapa tahu hatiku akan melembut." Aku menyingkirkan tangannya. Setelah itu, aku berkata sambil menatapnya dengan tenang, "Aku nggak mau, Haris." Aku tidak mau menangis, juga tidak mau meluluhkan hatinya. Dulu aku sering melakukannya, kini aku sudah lelah. "Oke, terserah kamu." Haris tertawa sinis, tetapi dia terlihat masih tidak percaya dengan sikapku yang berubah drastis.