Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 12

Setelah membeli baju, Adriel dan Yunna pergi makan di restoran lantai atas di Pusat Perbelanjaan Surya. "Apa kamu tahu siapa yang buka restoran ini?" Setelah masuk ke dalam taksi, Yunna bertanya. "Tentu saja. Dulu aku juga anak orang kaya, pernah makan di sini, oke?" Adriel tersenyum. Pemilik restoran ini adalah salah satu dari Empat mahaguru di kota Silas, Wendy Loren. "Kamu pernah bertemu Wendy?" Adriel menggelengkan kepalanya dan berkata, "Konon, mahaguru Wendy adalah yang paling tua di antara Empat mahaguru, tapi juga yang paling rendah hati, jarang orang melihatnya secara langsung." "Tiga mahaguru lainnya mendirikan sekolah sendiri atau memimpin wilayah mereka. Hanya dia yang membuka restoran dan mempelajari makanan, memang agak unik." Yunna lanjut bertanya, "Menurutmu, berapa usia Wendy?" "Dari namanya, sepertinya sebaya dengan kita, tapi karena pengalamannya, mungkin sekitar lima puluh enam puluh tahun, ya?" Adriel menganalisis. "Salah, aku beruntung bisa bertemu dengannya sekali, dia terlihat sekitar dua puluh tahunan." Yunna menjawab dengan suara rendah. "Nggak mungkin, 'kan? Kabarnya, Empat mahaguru orang tua semua?" Adriel tidak percaya, usia seperti ini dia menjadi seorang ahli karena keberuntungan memakan Pil Pemurnian bawaan lahir, orang biasa sulit untuk menjadi ahli pada usia dua puluhan. "Bukannya kamu bilang begitu? Itu hanya rumor, rumor nggak bisa dipercaya! Banyak orang yang nggak pernah melihatnya, hanya mengandalkan perasaan, lagi pula Wendy sangat cantik." Yunna berkata sambil bercanda. Adriel masih ragu dan bertanya, "Seberapa cantik? Apa dia lebih cantik darimu?" "Kalau kamu bertanya seperti itu, tentu saja aku lebih cantik. Aku wanita nomor satu di dunia." Yunna sedikit mengangkat dadanya, menunjukkan postur yang anggun. "Aku setuju." Adriel mengatakan dengan lancar. Yunna mendekat dan mengedipkan mata, bertanya, "Maksudmu, apa aku lebih cantik daripada Ana?" "Ah ... ini …." Adriel terdiam sejenak, terjebak dalam kebingungan! "Bukankah dia musuhmu?" Yunna pura-pura tidak senang. " "Musuh tetap musuh, nggak ada hubungannya dengan kecantikan." Adriel berkeringat, berpikir dalam hati kalau aku tidak bisa memberitahumu aku sudah tidur dengan Ana, jadi aku tidak bisa mengatakan dia tidak cantik, kan? Selain itu, Ana benar-benar lembut dan cantik! Dia telah melahirkan anak, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi bentuk tubuhnya dan tidak meninggalkan bekas apapun. Karena telah melahirkan anak, justru membuat aura dan daya tarik Ana semakin matang dan menarik. "Jadi kamu nggak bisa berbohong dan membuatku senang?" Yunna memanyunkan bibirnya, berpura-pura marah. "Ah ... ini ... bisa ..." kata Adriel ragu-ragu. "Sudahlah, nggak ada sedikit pun kesungguhan." Yunna berbalik, tetpi segera berbalik lagi dan bertanya, "Apa semua pria sepertimu lebih suka wanita dewasa seperti Ana?" "Aduh … ah … ini ….." Adriel kembali terjebak. "Ayo pesan dulu, aku sudah lapar." Adriel segera mengalihkan topik, percakapan ini tidak bisa dilanjutkan lagi, pertanyaan yang diajukan oleh Yunna terlalu sulit! Setelah makan, James mengemudi menjemput Yunna pulang. Yunna memberikan kunci mobilnya kepada Adriel. "Ini mobilku, kamu gunakan dulu. Pakai mobil lebih mudah. Terus, besok ulang tahun ayahku, akan ada pesta ulang tahun. Mohon kehadiran Pak Adriel." "Nanti baru bicarakan itu, aku nggak terlalu suka suasana seperti itu," kata Adriel tidak segera menyetujuinya. "Ana dan Cheky akan datang, apa kamu nggak mau menampar wajah mereka?" Yunna berkata dengan bingung. "Oke, aku akan hadir tepat waktu." Adriel setuju dan berpikir sudah waktunya untuk menghadapi Cheky dan Ana. Adriel mengendarai mobil meninggalkan Pusat Perbelanjaan Surya setelah bercanda dengan Yunna, dan tidak kembali ke Mansion Nevada, tetapi langsung menuju rumah Ana. Mengingat segala tindakan Ana, mencemarkan namanya dengan narkoba dan judi yang buruk, Adriel merasa tidak puas dan marah, harus menghukumnya. Sementara itu, di lantai 19 Mansion Nevada, di dalam vila keluarga Lein. Fanny masuk ke ruang kerja Cheky. "Ayah, Ibu, aku hari ini bertemu Adriel." "Oh? Dia sudah kembali?" Cheky terkejut dan bingung. "Hmm …" Fanny mengangguk. "Adriel, anak ini, sayang sekali." "Saat orang tuanya meninggal, dia sangat terpukul, dia hancur bahkan terjerat narkoba dan perjudian. Dia hancur begitu saja. Bisa dikatakan, aku juga punya tanggung jawab yang nggak bisa dilepaskan, maaf Michael." Cheky menghela nafas. "Apa yang disayangkan, dia pantas mendapatkannya. Untungnya anak ini gagal, kalau nggak putri kita akan menikahinya, bukankah dia akan jatuh ke dalam lubang api?" istri Cheky, Sri cemberut. "Ibu benar, dia jatuh sendiri, nggak ada urusannya dengan kita!" Fanny menghina dengan nada dingin. "Bagaimana dia sekarang? Kenapa kamu nggak membawanya kembali. Meski pertunangan sudah dibatalkan, tapi dia tetap keponakanku, masih harus dijaga, nggak boleh membiarkannya mengikuti Ana lagi." "Aku curiga Adriel berubah seperti ini karena konspirasi dari Ana. Dia sengaja membiarkannya, mengusulkan pembatalan pertunangan, kemudian mengirimnya ke luar negeri untuk menguasai sepenuhnya Grup Bintang." Ana mengumumkan kepada publik bahwa Adriel adalah seorang pecandu narkoba dan penjudi yang tidak bisa disembuhkan, dan dikirim ke luar negeri untuk rehabilitas. Tidak ada yang tahu, Adriel selama dua tahun terakhir disiksa di ruang bawah tanah olehnya. "Ayah, jangan khawatirkan dia. Dia sekarang baik-baik saja, dia menjalin hubungan dengan seorang wanita kaya dan berpengaruh, menjadi gigolo orang itu." Fanny mengejek. "Jangan bicara omong kosong," kata Cheky. "Aku nggak berbohong, aku melihatnya sendiri." Fanny segera menceritakan apa yang terjadi pada sore hari, hanya saja dia menyembunyikan kejadian setelah Rory muncul, karena dia merasa kalah dan memalukan. Setelah mendengarnya, Cheky mengernyitkan keningnya dan berdiri. "Johan bilang Adriel adalah ahli tingkat tiga?! Aku ingat dia belum pernah berlatih bela diri, bagaimana bisa menjadi ahli tingkat tiga dalam waktu dua tahun saja?" "Aku nggak tahu, yang pasti dia menggunakan dua gerakan dan melukai Johan, mungkin dia punya beberapa keahlian." Fanny tidak memperdulikan. Cheky meraba janggut dagunya sambil berpikir. "Bagaimanapun juga, baiklah dia belajar beberapa keahlian. Nanti kamu cari dia dan ajak dia ke rumah, aku ingin bertemu dengannya," kata Cheky. "Aku nggak mau bertemu dengannya lagi, dia menjadi gigolo kekasihnya sendiri, dan aku akan menjadi Nona, kita nggak akan berhubungan lagi." Setelah selesai berbicara, Fanny keluar dari ruang kerja Cheky. "Anak ini, semakin membangkang, semua ini karena kamu memanjakannya!" Cheky berkata dengan wajah yang muram. "Fanny benar, dia menjadi gigolo nggak ada hubungannya dengan kita. Kamu lebih baik nggak usah memikirkannya. Sekarang kamu seharusnya fokus pada perusahaan, kalau perusahaan menghadapi kesulitan dan nggak segera diatasi, akan menjadi masalah." Sri sangat tidak suka dengan Adriel. "Si tua bangsat Chandra terus menekan kita, kita sama sekali nggak bisa melawannya! Kalau benar-benar nggak bisa bertahan, mungkin cuman bisa menyerah dan pergi dengan uang." Cheky mengusap dahinya, dengan lelah dan lemah berkata. "Grup Candila itu usaha kerasmu, bagaimana mungkin kamu menyerah begitu saja! Chandra juga nggak bisa menguasai kota Silas." Sri menghibur Cheky, dan melanjutkan, "Aku ingat besok adalah ulang tahun Pak Jihan, ayo pergi ke pesta ulang tahun dan jika kita bisa menjalin hubungan dengan keluarga Millano, semuanya akan mudah. Ini adalah satu-satunya kesempatan kita!" "Sulit! Kita sudah berusaha menjalin hubungan dengan keluarga Millano berkali-kali, tapi nggak berhasil. Sekarang Ana bekerja sama dengan keluarga Millano, pasti Ana nggak akan membiarkan kita ikut campur." "Tapi bagaimanapun juga, aku harus mengambil risiko dan berusaha sekuat tenaga." Cheky mengambil napas dalam dan berkata dengan tekad dalam matanya.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.