Akad Nikah
"Kev, aku mau ngomong sesuatu sama kamu," ujar Ken yang sedang duduk di tepi ranjang milik Kevin, memerhatikan adiknya yang sedang merapikan barang-barangnya ke dalam koper.
Rencananya, dua minggu lagi Kevin akan berangkat ke Singapore. Di sana, kebetulan ada teman Ken yang siap menjadi guide Kevin untuk mencari tempat tinggal dan informasi tentang universitas yang akan ia tuju.
"Soal apa?" tanya Kevin setelah menutup resleting kopernya dan mendorong benda itu ke pojok kamar.
"Soal Valerie."
"Dia kenapa?" tanya Kevin dengan wajah khawatir, takut terjadi apa-apa dengan pacarnya itu.
Ken menggeleng resah. Ia ingin jujur soal rencana pernikahannya dengan Val, namun rasanya ia tidak tega saat melihat wajah Kevin. Sepertinya, Kevin benar-benar mencintai gadis itu.
"Val kenapa, Mas? Dia sakit?"
"Enggak. Bukan soal itu."
"Lantas?"
"Ini tentang permintaan orang tua Valerie."
"Permintaan apa?" tanya Kevin seraya duduk di sebelah Ken, mendengarkan dengan serius apa yang hendak di katakan oleh kakaknya.
"Orang tua Val ingin aku menikahi Valerie."
Seketika Kevin membelalak kaget, tak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Mas Ken bercanda?"
"Mana mungkin aku bercanda tentang hal seserius ini, Kev."
"Jadi Mas Ken benar-benar akan menikahi Val?" kini Kevin tak lagi duduk, melainkan berdiri dengan gelisah seraya menatap Ken dengan tatapan penuh kebencian.
Ken mengangguk ragu.
"Menikah? Maksudku kalian berdua ... Oh shit!!" umpatnya sambil menendang kursi belajarnya hingga benda itu berguling jatuh ke lantai.
"Kev, calm down ...," ucap Ken berusaha menenangkan adiknya.
"Mas Ken suruh aku tenang? Pacarku mau menikah dengan orang lain dan aku di suruh tenang?! Mana bisa?! Dia sedang hamil, Mas. Dia hamil anakku, bukan anakmu!!" teriak Kevin berapi-api, membuat Ken menghela napas panjang, berusaha tidak ikut tersulut dalam emosi.
"Oke ... Dia memang sedang mengandung anakmu. Tapi, kalau orang tua Val menginginkan ayah dari bayi itu untuk bertanggung jawab dan menikahi putrinya, apakah kamu sanggup melakukannya?" tantang Ken dengan wajah tenang namun tatapannya tajam menusuk.
Kevin yang tengah terbakar emosi hanya bisa membanting barang-barang di kamarnya untuk menyalurkan amarah tanpa bisa menjawab pertanyaan Ken padanya.
Dia tau, bahwa dirinya tak sanggup memenuhi permintaan orang Valerie. Namun, dia juga tidak akan rela melihat Val menikah dengan lelaki lain selain dirinya.
"Aku minta Mas Ken melindungi Val, menjaganya dengan baik, bukan menikahinya, Mas!" teriaknya lagi.
"Kamu pikir aku mau menikahinya? Apa kamu pikir aku mau menikah dengan bocah ingusan yang bahkan tak bisa menjaga sikapnya di depan orang yang lebih tua?!" balas Ken tak kalah keras.
Kevin seketika terdiam.
"Aku juga punya seseorang yang kucintai dan hampir kuajak menikah. Tapi karna ulah kalian berdua, semua rencanaku gagal. Apa kamu tau itu?!" sergah Ken dengan wajah kesal, seolah ingin ikut melampiaskan amarahnya.
Dada Kevin bergemuruh. Pemuda itu tau betul bahwa kakaknya tidak menyukai Val. Tapi tak bisa dipungkiri, Kevin juga khawatir kalau Ken akan tertarik pada pacarnya yang cantik dan punya tubuh indah itu.
Kevin khawatir kalau kebersamaan Ken dan Val setelah menikah akan menumbuhkan perasaan lain di antara mereka berdua.
***
Seminggu setelah di nyatakan lulus oleh pihak sekolah, akad nikah itu akhirnya di laksanakan dengan sangat tertutup. Di sebuah masjid yang jauh dari rumah Valerie.
Kevin sengaja tidak datang ke acara itu. Sebelumnya, dia sudah bicara dengan Val dan berakhir dengan pertengkaran.
Pemuda itu masih tidak rela kalau kekasih yang sangat dicintainya akhirnya menikah dengan kakaknya sendiri. Sekalipun hal itu adalah salah satu cara untuk menutupi dosa yang sudah ia perbuat.
Andai saja dia sudah dewasa dan mapan seperti kakaknya, pastilah Kevin yang akan menikahi Val, tanpa keraguan sedikitpun. Karna bagi Kevin, Val adalah seorang gadis paling sempurna yang pernah ia temui.
Pagi itu, Ken hanya di temani oleh Hans, sahabat yang tau segala hal tentangnnya. Juga soal pernikahan itu. Walau awalnya Hans merasa kaget luar biasa, tapi setelah mendengar alasan Ken, akhirnya dia paham juga.
"Cakep lo, Ken. Kayak pengantin beneran," bisiknya mengimentari penampilan Ken dengan senyum jail. Hans hanya ingin mencairkan suasana yang sejak tadi sangat kaku dan dingin.
"Bacot lo," balas Ken dengan suara lirih.
"Senyum dong, Ken. Masa mau nikah mukanya begitu," sindir Hans lagi, membuat Ken membelalak padanya.
Bagaimana bisa Ken tersenyum? Dia sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Satu-satunya perempuan yang ingin ia ajak menikah adalah Sely, sekretarisnya yang cantik jelita itu. Namun apa daya, dia harus menyelamatkan Kevin dari mimpi buruk ini.
Kalau tidak, masa depan Kevin yang menjadi taruhannya. Mana bisa dia mengurus istri dan seorang bayi di usinya yang bahkan belum menyentuh angka dua puluh tahun?
"Sst, calon istri lo dateng tuh." Hans menyenggol bahu Ken, dan seketika lelaki tampan itu menoleh ke arah yang ditunjuk Hans dengan dagunya.
Dari arah dalam, Val nampak berjalan di gandeng oleh Susan, mamanya. Gadis itu terlihat sangat cantik dan anggun walaupun hanya memakai kebaya sederhana yang mungkin tidak pernah ia siapkan sebelumnya. Namun, hal itu tak bisa mengurangi pesona Valerie.
Tanpa sadar, sejak tadi Ken bahkan belum berkedip. Terpesona dan terbius sesaat dengan aura kecantikan yang terpancar dari calon istrinya itu.
Tak di sangka, gadis ingusan ini benar-benar terlihat cantik. Pantas saja Kevin tergila-gila dengannya.
"Kevin, mana?" bisik Val saat sudah duduk di samping Ken, membuat lamunan Ken seketika buyar.
Ken hanya berpaling dari tatapan Val, tak ingin menjawab pertanyaan gadis cantik itu.
Namun sesaat kemudian Val justru mencubit lengannya dengan keras, membuat Ken mengaduh tertahan kemudian balik menatap Val lagi.
"Apaaa?" mulutnya bergerak tanpa suara.
"Kevin mana?"
"Dia nggak ada di sini."
"Kamu melarangnya ikut?"
"Menurutmu begitu? Coba kamu pikir, apa dia mau ikut menyaksikan pernikahan pacarnya dengan lelaki lain?"
Seketika Val terdiam, benar juga kata calon suaminya itu. Mana mungkin Ken sanggup menyaksikan Val menikah dengan pria lain?
Sungguh kejam sekali takdir yang harus Val jalani. Kenapa semuanya harus berakhir seperti ini?!
***