Bab 9
Saat ini, keyakinan Claire tidak terbantahkan lagi.
Adrian memang berbohong padanya. Dia pergi bukan karena ada kerjaan mendadak, tetapi karena merawat Stella yang sedang sakit.
Claire tersenyum getir saat mengingat betapa meyakinkannya Adrian saat berjanji tadi pagi.
Demi Stella, Adrian bahkan tidak sudi meluangkan waktu barang setengah jam saja untuknya.
Adrian, seandainya kamu tahu bahwa hari ini adalah hari terakhirku bersamamu ... apa kamu akan menyesal sudah mengingkari janjimu lagi?
Claire tahu tidak akan ada yang menjawab pertanyaan tersebut. Namun, dia pun sudah tidak mengharapkan jawaban lagi.
Setelah melirik sekilas cerita yang diunggah Stella, dia pun segera mencari nomor WhatsApp Pak Jacob.
"Pak Jacob, hari ini adalah hari terakhir masa tenang perceraian. Apa aku masih perlu ke firma hukum untuk mengurus prosedur lainnya?"
Pak Jacob segera membalas pesannya.
"Tidak perlu, Bu Claire. Karena masa tenang perceraian Anda sudah mencapai hari terakhir, maka seluruh proses perceraiannya sudah selesai."
"Selamat menjalani kehidupan yang baru!"
Menjalani kehidupan yang baru?
Benar! Mulai hari ini, Claire memutuskan untuk melupakan Adrian. Tidak ada lagi cinta dan keinginan untuk memilikinya.
Dia akan menjalani kehidupan barunya yang lebih cerah, lebih gemilang, dan lebih memesona!
Dengan tekad baru ini, hatinya jadi terasa lega. Claire pun melangkah pulang dan siap menyambut lembaran baru dalam hidupnya.
Waktu terus bergulir. Tiga jam sebelum resmi bercerai, dia menyingkirkan semua barangnya yang tersisa, lalu merebahkan diri di sofa sambil memandang semburat jingga matahari terbenam.
Dua jam sebelum resmi bercerai, dia membuka laptopnya. Jemarinya lincah menari di atas keyboard dan merangkai foto-foto yang dia ambil hari ini menjadi sebuah video.
Satu jam sebelum resmi bercerai, video buatannya akhirnya selesai. Setelah menontonnya sekali, dia segera meraih kameranya, mengarahkan lensa ke wajahnya sendiri, dan mulai merekam.
Dia ingin merekam video perpisahan yang dia buat khusus untuk Adrian.
Setelah menyelesaikan rekaman video tersebut, dia memasukkan kembali kartu memorinya ke dalam kamera, lalu mengeluarkan surat perjanjian perceraian dan meletakkannya bersama di meja nakas di kamar tidur.
Adrian ...
Mulai hari ini, kita resmi bercerai.
Selamat untukmu.
Selamat juga untukku.
Setelah menyelesaikan semua urusannya, Claire membawa barang bawaan terakhirnya dan pergi meninggalkan rumah, serta kota ini.
Tidak ada seorang pun yang tahu ke mana dia akan pergi.
Namun, langkahnya terlihat begitu mantap tanpa ada keraguan sedikit pun, seolah masa lalu sudah tidak lagi berarti baginya.
Di sisi lain.
Adrian baru bisa meninggalkan rumah Stella setelah kondisi wanita itu sudah agak membaik.
Sambil menyetir, dia menelepon Claire dan ingin menepati janji yang dia buat tadi siang.
Namun, setelah menelepon lebih dari sepuluh kali, panggilannya tak kunjung dijawab. Bahkan pesan yang dia kirim pun tidak mendapatkan balasan satu pun.
Selama tiga tahun menikah, baru kali ini Adrian tidak bisa menghubungi Claire.
Saat teringat akan kecelakaan mobil yang dialami Claire tempo hari, dia pun merasa agak khawatir. Jadi, dia segera putar arah dan pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Adrian mendapati semua perabotan telah kembali ke tempatnya semula dan tidak lagi berserakan seperti saat mereka pindah.
Namun, sekilas pandang saja sudah cukup bagi Adrian untuk menyadari ada yang janggal.
Mengapa dia tidak melihat barang-barang Claire?
Setelah menyadari hal ini, jantungnya langsung berdetak kencang. Dia pun segera bergegas kembali ke rumah lamanya.
Namun, rumah tersebut kosong melompong. Meskipun sudah mencari ke setiap sudut rumah, dia tetap tidak menemukan ada tanda-tanda kehidupan.
Akhirnya, dia masuk ke kamar tidur dan melihat sebuah kamera serta setumpuk dokumen di meja nakas.
Senyum Claire saat membawa kamera kembali terbayang dan menghadirkan sedikit ketenangan di hati Adrian. Dia pun menghidupkan kamera tersebut karena penasaran dengan hasil jepretan Claire.
Tiba-tiba, sebuah video berlatar musik riang muncul di layar. Video itu menampilkan cuplikan berbagai sudut Universitas Swanvale yang diselingi dengan beberapa paragraf teks. Baru beberapa saat menontonnya, Adrian hampir saja menghentikan video itu.
"Adrian, lapangan ini masih ramai dengan mahasiswa yang bermain skateboard. Aku jadi teringat saat menyatakan cintaku padamu di sini. Penolakanmu waktu itu membuatku menangis seharian."
"Adrian, perpustakaan masih ramai seperti dulu. Aku takut mengganggu orang-orang, jadi aku hanya bisa mengambil gambar dari jauh. Kamu pasti ingat tempat ini, 'kan? Dulu tempat ini adalah tempat favoritmu."
"Adrian, dulu kamu sering bermain basket di sini dan selama empat tahun, aku sering memperhatikanmu secara diam-diam."
Adegan demi adegan yang dilihat Adrian seolah menjadi mesin waktu yang membawanya kembali ke masa muda enam tahun silam, masa di mana keceriaan dan kebebasan terasa begitu nyata.
Kenangan akan Claire yang selalu menguntitnya kala itu pun hadir dan tanpa sadar membuat seulas senyum terukir di bibirnya.
Alunan musik dalam video itu sudah berakhir, tetapi video masih tersisa satu menit.
Dia mengira akan ada kejutan tersembunyi dan tanpa sadar langsung mengalihkan pandangannya ke sekitar. Namun, sosok Claire tidak kunjung muncul juga.
Karena penasaran dengan isi video tersebut, Adrian pun langsung menekan tombol putar.
Layar hitam berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menampilkan wajah Claire.
Namun, Adrian dihinggapi firasat buruk saat melihat mata Claire yang merah dan wajahnya yang tampak lelah.
"Adrian, sudah sepuluh tahun kita saling mengenal dan selama itu pula aku memendam rasa padamu. Kamu pasti nggak percaya kalau sudah selama itu, 'kan? Bahkan aku sendiri pun nggak menyangka bahwa perasaanku ini sudah terpendam selama itu. Aku juga nggak tahu akan sampai kapan kita hidup di dunia ini."
"Dalam waktu sepuluh tahun ini, tujuh tahun pertama cintaku selalu bertepuk sebelah tangan, sementara tiga tahun sisanya kujalani sebagai istrimu. Selama periode itu, aku selalu berusaha meraih hatimu dan bahkan mengorbankan banyak hal. Tapi, nggak semua hal bisa dipaksakan. Kalau hatimu nggak bisa menerimaku, meskipun kita menghabiskan waktu bersama selama tiga, tujuh, atau sepuluh tahun lagi pun kenyataannya akan tetap sama. Aku harus menerima fakta bahwa kamu memang nggak bisa mencintaiku."
"Jadi, di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia ini, aku mengambil keputusan terbesar dalam hidupku. Aku akan melepaskan obsesiku padamu dan merelakanmu menjalin cinta dengan Stella. Jadi, saat kamu melihat rekaman ini, aku ingin memberitahumu satu hal."
"Adrian, kita sudah resmi bercerai."