Bab 3
Hendry tersenyum sinis, lalu berkata, "Windy, pulang sekarang juga!"
Windy tertawa dan berkata, "Kamu pikir aku akan pulang hanya karena kamu menyuruhku? Kita sudah bercerai, siapa lagi yang akan menuruti perkataanmu?"
Hendry menggertakkan giginya dan berkata, "Aku akan memberimu satu kesempatan untuk menulis ulang alasan perceraian!"
Windy tersenyum lebar sambil berkata, "Apakah yang aku tulis salah? Hendry, kamu sudah sadar sejak setengah tahun yang lalu, tapi kamu bahkan tidak pernah menggenggam tanganku selama setengah tahun ini. Kamu koma selama tiga tahun, meski kondisi tubuhmu cukup sehat, aku tetap berhak untuk mencurigai fungsi kelaminmu! Carilah dokter tradisional untuk memeriksa penyakitmu. Oh iya, doa terbaik aku atas perceraian ini adalah semoga kamu lekas sembuh!"
Mendengar ini, Hendry terdiam.
Pembuluh darah di dahinya sudah berdenyut-denyut.
Wanita ini benar-benar keterlaluan!
"Windy, aku akan menunjukkan kehebatanku suatu saat nanti!" ujar Hendry.
"Maaf, kamu tidak memiliki kesempatan ini lagi!" jawab Windy.
"Windy!" teriak Hendry dengan kesal.
Namun, panggilan itu langsung terputus.
Sebelum Hendry meluapkan amarahnya, dia menyadari kalau Windy sudah mengakhiri panggilan tersebut ...
Windy!
Saat ini, Windy berada di apartemen sahabatnya, Sofia Heron. Setelah Windy mengakhiri panggilan tersebut, Sofia pun tertawa sambil mengangkat jempolnya dan berkata, "Windy, kamu hebat, Pak Hendry pasti sangat marah setelah mendengar semua itu."
Windy merasa kalau dirinya terlalu mencintai Hendry, sehingga Hendry bisa bersikap begitu angkah.
Cintailah diri sendiri sebelum mencintai orang lain.
Terutama wanita, setiap wanita harus mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
Sofia kembali berkata, "Setelah Debby mendapatkan informasi kecelakaan yang menimpa Pak Hendry tiga tahun yang lalu, dia langsung melarikan diri. Aku tidak menyangka Pak Hendry begitu bodoh, dia bahkan masih mencari Debby setelah dia menyadarikan diri. Pria seperti ini memang lebih baik ditinggalkan!"
Windy membuka sebuah permen susu dan memakannya. Rasa manis dari permen susu itu seolah-olah bisa menutupi rasa pahit di dalam hatinya. Dia kemudian berkata, "Sofia, ini adalah perbedaan antara mencintai dan tidak mencintai."
Orang yang dicintai tidak akan mengenal rasa takut.
Orang yang tidak mencintai akan dipenuhi dengan rasa ketakutan.
Sofia kemudian melirik Windy yang sudah memakan banyak permen susu.
Sofia segera menarik Windy sambil berkata, "Windy, jangan sedih, setelah kamu melepas pohon ini, kamu akan menyadari kalau kamu punya satu hutan. Malam ini, aku akan menyewa delapan model pria untuk merayakan pesta lajang untukmu!"
Windy mengangguk sambil tersenyum.
Di saat yang bersamaan, Sofia merebut kacamata besar dari wajah Windy dan membuangnya ke tong sampah.
Wendy ingin mengambilnya sambil berkata, "Kacamataku."
Sofia segera menghentikannya, "Windy, kamu sepertinya terlalu banyak belajar, jadi kamu lebih suka kacamata seperti ini. Kamu seharusnya belajar dari Debby untuk mempercantik diri."
Windy teringat orang tuanya pernah mengatakan kalau dia adalah bebek jelek dan Debby adalah angsa putih.
Ternyata, bukan hanya orang tuanya yang berpikir demikian, di mata Hendry, Windy juga merupakan seekor bebek jelek.
Sofia segera menarik Windy keluar sambil berkata, "Ayo, aku akan mempercantik dirimu. Aku ingin menunjukkan pada Hendry seberapa cantik dirimu!"
Sofia tiba-tiba teringat sesuatu, lalu berkata, "Oh iya, Windy, apakah kamu benar-benar tidak minta uang pada Pak Hendry setelah perceraian?"
"Aku punya uang," jawab Windy.
"Kalau begitu, uang Pak Hendry akan menjadi milik Debby? Debby pasti akan berterima kasih padamu," ujar Sofia.
Windy terdiam sejenak.
"Kartu dari Pak Hendry di mana?" tanya Sofia.
Hendry sangat royal, dia pernah memberikan sebuah kartu hitam pada Windy, tetapi Windy tidak pernah memakainya.
Windy mengeluarkan kartu hitam tersebut, lalu mengedipkan matanya sambil berkata, "Kalau begitu, biarkan Pak Hendry yang membayar semua belanjaanku hari ini."
Malam hari, di Bar 1996.
Bar 1996 selalu menjadi tempat untuk menghabiskan uang terbesar di Kota Hilton. Putra mahkota dari keluarga-keluarga kaya selalu menghabiskan kekayaan mereka di sini. DJ terus bermain sepanjang malam dan orang-orang menari dengan senang.
Di ruang VIP yang remang, Hendry duduk di sofa utama. Malam ini, dia mengenakan celana dan kemeja hitam. Dia menggulung kedua sisi lengan kemejanya dan menunjukkan jam tangan baja seharga miliaran. Penampilannya yang tampan dan berkelas berhasil menarik perhatian wanita-wanita di bar tersebut.
Di samping Hendry ada Jevin Andreas yang merupakan sahabat baiknya dan juga merupakan putra mahkota dari keluarga Andreas. Selain itu, masih ada beberapa keturunan dari keluarga kaya lainnya.
Jevin tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Kak Hendry, kenapa Windy bercerai denganmu?"
Beberapa orang lainnya juga tertawa dan berkata, "Semua orang tahu kalau Windy sangat mencintai Kak Hendry. Ketika Kak Hendry koma, dia bahkan rela menikah dengan Kak Hendry. Kenapa dia tiba-tiba ingin bercerai?"
"Ayo kita bertaruh, kita lihat berapa hari Windy bisa menahan diri untuk tidak mencari Pak Hendry," ujar orang lainnya.
Jevin segera berkata, "Menurutku, tidak mungkin lewat dari hari ini. Windy pasti akan mengirim pesan pada Kak Hendry sebentar lagi. Haha ... "
Ekspresi Hendry saat ini terlihat suram, sangat jelas kalau suasana hatinya tidak begitu baik.
Hendry mengeluarkan ponselnya dan membuka kotak obrolan WhatsApp-nya dengan Windy.
Obrolan terakhir mereka masih terhenti di semalam. Windy memotret semangkuk sup tulang besar dan menambahkan teks: "Sayang, meski kepadatan tulangmu sudah kembali normal, kamu tetap harus banyak minum sup tulang. Ingat pulang lebih awal, ya."
Ketika mengusap obrolan tersebut ke atas, Hendry melihat berbagai pesan yang dikirim oleh Windy setiap hari.
Namun, Hendry tidak pernah membalasnya sekali pun.
Hari ini sangat tenang, Windy sama sekali tidak pesan padanya.
Hendry seketika merasa tertekan.
Ting ...
Saat ini, Hendry menerima sebuah pesan.
Jevin yang duduk di sampingnya segera berkata, "Apa kataku tadi? Windy sudah mencari Kak Hendry."
Ting ... Ting ... Ting ...
Beberapa pesan masuk berturut-turut.
Beberapa orang lainnya tertawa terbahak-bahak sambil berkata, "Kami memang tahu kalau Windy tidak bisa bertahan lama, tapi kami juga tidak menyangka secepat ini."
Jevin segera mendesak, "Kak Hendry, cepat lihat pesan apa yang Windy kirim. Dia pasti ingin rujuk denganmu."
Mendengar ini, Hendry pun mengerutkan keningnya. Apakah Windy benar-benar mengirimkan pesan padanya?
Kalau berakhir seperti ini, kenapa harus dimulai?
Bukankah Windy terlihat sangat berani tadi pagi?
Namun, Hendry tertegun setelah membuka pesan tersebut.
Jevin membacakan pesan tersebut, "Pengguna VVIP yang terhormat, Anda telah bertransaksi sebesar 1,6 juta di toko kuku berkilau dengan nomor kartu 0975."
Semua orang tampak kebingungan.
Ketika mengusap ke atas, Hendry mendapatkan pesan pemberitahuan transaksi di salon sebesar empat juta.
Menghabiskan 172 juta di toko Chanel.
Menghabiskan 480 juta di toko LV.
Semua itu bukanlah pesan permintaan untuk rujuk kembali, melainkan pesan transaksi.
Semua orang tertegun.
Windy seolah-olah memberi mereka tamparan dari jauh dan membuat suasana menjadi sangat canggung.
Hendry segera meletakkan ponselnya di atas meja dengan ekspresi yang canggung. Sebenarnya, dia tidak peduli berapa banyak uang yang dihabiskan Windy, dia hanya merasa kesal karena Windy langsung pergi berbelanja setelah bercerai. Windy benar-benar hebat!
Wanita yang selalu bersikap patuh dan melekat padanya selama tiga tahun ini tiba-tiba berubah drastis.
Jevin berkata, "Kak Hendry, apa yang dilakukan Windy? Dia bahkan pergi ke salon kuku dan belanja pakaian? Apakah dia ingin meniru cara berpakaian Kak Debby?"
"Debby adalah mawar merah di Kota Hilton, sementara Windy adalah gadis desa yang bodoh. Sebesar apa pun usahanya, dia tidak mungkin bisa meniru Debby."
"Angsa putih tetaplah angsa putih dan bebek jelek tetaplah bebek jelek. Bebek jelek tidak akan pernah bisa menjadi angsa putih."
Semua orang terus mengejek Windy.
Di saat yang bersamaan, terdengar keributan kecil di dalam bar tersebut. Semua orang langsung mengalihkan pandangan mereka satu tempat dan tiba-tiba ada yang berteriak, "Cepat lihat, ada dewi!"