Bab 1
Windy sudah sadar kalau suaminya berselingkuh.
Dia berselingkuh dengan seorang mahasiswi.
Hari ini adalah ulang tahun Hendry dan Windy sudah menyiapkan satu meja makanan. Saat ini, terdengar suara notifikasi dari ponsel Hendry yang tertinggal di rumah. Windy pun melihat pesan yang dikirim oleh mahasiswi tersebut.
Pesan tersebut berisi: "Aku terjatuh ketika mengambil kue tadi, sakit sekali, huhu ... "
Di bawah pesan itu, terlampir sebuah foto swafoto.
Foto tersebut tidak memperlihatkan wajah, hanya menunjukkan kakinya.
Gadis di dalam foto itu mengenakan kaus kaki putih yang tinggi, sepatu kulit hitam dengan ujung bulat dan seragam mahasiswa berwarna biru-putih. Di dalam foto itu, dia memperlihatkan kedua kakinya yang jenjang dan mulus.
Lutut yang putih dan mulus itu benar-benar terlihat memerah. Tubuh yang indah ditambah dengan kata-kata yang manja benar-benar sangat menggoda.
Dengar-dengar, pemilik-pemilik perusahaan yang sukses paling suka memilih pasangan dengan tipe seperti ini.
Windy menggenggam erat ponselnya hingga ujung jarinya memucat.
Ting ...
Mahasiswi itu kembali mengirimkan pesan yang berisi: "Pak Hendry, ayo bertemu di Hotel Marina, aku ingin merayakan ulang tahunmu."
Hari ini adalah ulang tahun Hendry dan selingkuhannya ingin merayakannya.
Setelah membaca pesan ini, Windy langsung mengambil tasnya dan pergi ke Hotel Marina.
Dia ingin melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.
Dia ingin melihat siapa mahasiswi ini!
Setelah tiba di Hotel Marina, dia pun bergegas masuk.
Namun, Windy melihat kedua orang tuanya, Fendi Chandra dan Lisa Vonco di sana. Dia segera mendekat dan bertanya, "Ayah, Ibu, mengapa kalian di sini?"
Fendi dan Lisa tertegun sejenak, lalu saling bertatapan dan berkata, "Windy, adikmu baru saja kembali dari luar negeri, kami mengantarnya ke sini."
Debby Chandra?
Windy tertegun sejenak ketika melihat bayangan tubuh Debby dari balik jendela.
Saat ini, Debby mengenakan seragam berwarna biru-putih, persis seperti mahasiswi yang ada di dalam foto tersebut.
Ternyata, mahasiswi itu adalah adiknya sendiri.
Sejak lahir, Debby sudah sangat dikenal dengan kecantikannya. Dia juga dijuluki sebagai mawar merah dari Kota Hilton. Selain itu, dia juga memiliki sepasang kaki terindah di Kota Hilton dan menjadi idaman semua pria.
Saat ini, adiknya malah menggunakan kedua kakinya untuk menggoda Hendry.
Windy seketika merasa lucu, dia kemudian menoleh ke arah Fendi dan Lisa sambil berkata, "Sepertinya aku adalah orang yang terakhir tahu."
Fendi dengan canggung berkata, "Windy, Pak Hendry sama sekali tidak menyukaimu."
Lisa juga berkata, "Benar, Windy, apakah kamu tahu berapa banyak wanita di Kota Hilton ini yang ingin bersama Pak Hendry? Daripada diberikan ke wanita lain, lebih baik diberikan pada adikmu."
Windy mengepalkan tinjunya sambil berkata, "Ayah, Ibu, aku juga putri kalian!"
Setelah mengatakan itu, dia pun berbalik dan pergi.
Lisa tiba-tiba berkata dari belakang, "Windy, ada yang ingin aku tanyakan. Apakah Pak Hendry pernah menyentuhmu?"
Windy berhenti sejenak.
Fendi juga berkata dengan suara yang tajam, "Windy, jangan merasa kami pilih kasih. Waktu itu, semua orang sudah mengakui Pak Hendry dan Debby adalah pasangan yang serasi. Hanya saja, Pak Hendry menjadi manusia vegetatif setelah kecelakaan waktu itu. Kami terpaksa menikahkan kamu dengannya untuk menggantikan adikmu."
Lisa menatap Windy dengan tatapan sinis sambil berkata, "Windy, lihatlah dirimu sendiri, kamu sudah menikah tiga tahun dengannya dan kamu hanya menjadi seorang ibu rumah tangga. Lihatlah Debby, dia sudah menjadi penari utama balet. Apa yang bisa kamu bandingkan dengan Debby? Cepat kembalikan Pak Hendry pada Debby!"
Perkataan ini seperti pisau tajam yang menusuk di dalam hati Windy. Dia kemudian pergi dengan mata yang memerah.
Setelah Windy tiba di vila, langit sudah gelap. Windy baru saja memberikan izin cuti pada Bibi Wanda, jadi hanya tersisa dia seorang di rumah. Tidak ada yang menyalakan lampu, terasa begitu gelap dan dingin.
Di tengah kegelapan, Windy duduk sendirian di meja makan.
Semua makanan yang ada di atas meja juga sudah dingin. Selain itu, masih ada kue yang dia buat sendiri dengan tulisan: "Selamat ulang tahun, suamiku."
Windy seketika merasa semua makanan ini sangat merusak mata. Semua makanan ini seperti lelucon, sama seperti dirinya sendiri.
Sejak dulu, Hendry dan Debby sudah diakui sebagai pasangan yang serasi di kalangan bangsawan. Semua orang juga tahu kalau Debby adalah wanita kesayangan Hendry. Hanya saja, kecelakaan yang terjadi tiga tahun lalu membuat Hendry menjadi manusia vegetatif dan Debby langsung menghilang.
Waktu itu, Keluarga Chandra membawa Windy kembali dari desa dan memaksanya untuk menikah dengan Hendry yang tidak sadarkan diri.
Setelah tahu kalau pria itu adalah Hendry, Windy dengan rela menikah dengannya karena dia sudah menyukainya sejak lama.
Setelah menikah, Hendry menjadi manusia vegetatif selama tiga tahun lamanya. Selama tiga tahun itu, Windy terus merawatnya tanpa henti. Dia tidak keluar rumah, tidak bersosialisasi dan hanya merawat Hendry dengan sepenuh hati hingga akhirnya dia sadar kembali.
Windy mengeluarkan pemantik api dan menyalakan lilin.
Di bawah pantulan cahaya yang redup, Windy berdiri di depan kaca dan melihat dirinya yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Dia mengenakan gaun hitam putih yang terlihat begitu kaku dan tidak menarik.
Dalam waktu tiga tahun ini, Debby sudah berhasil menjadi penari utama balet yang muda dan cantik.
Windy berpenampilan seperti seekor bebek yang jelek.
Berbeda dengan Debby yang terlihat seperti angsa putih.
Setelah terbangun, Hendry lebih memilih angsa putih dibandingkan bebek jelek.
Ternyata, semua yang dilakukan Windy selama tiga tahun ini tidak ada gunanya.
Hendry tidak mencintainya, tetapi dia mencintai Hendry.
Orang yang pertama kali jatuh cinta akan selalu kalah di akhir cerita. Hari ini, Hendry berhasil membuatnya kalah dengan sangat telak.
Dengan mata yang basah, Windy pun meniup lilinnya.
Seluruh sisi vila kembali dilanda kegelapan yang tak berujung.
Saat ini, mobil Rolls Royce Phantom milik Hendry tiba-tiba melaju kencang dan berhenti di atas rerumputan.
Windy sangat terkejut dengan kepulangannya.
Dia mengira kalau Hendry tidak akan pulang malam ini.
Tidak lama kemudian, pintu vila dibuka, sosok Hendry yang tampan dan anggun melangkah masuk dengan membawa embun malam yang dingin dari luar.
Sejak dulu, keluarga Tjuara selalu dianggap sebagai keluarga bangsawan di Kota Hilton. Sebagai keturunan keluarga Tjuara, Hendry sudah memiliki bakat berbisnis yang luar biasa sejak kecil. Dia bahkan mendapatkan gelar ganda dari Universitas Handara pada usia enam belas tahun, kemudian meluncurkan perusahaan pertamanya di surat kabar Walley. Setelah kembali ke dalam negeri, dia pun mengambil alih Grup Tjuara dan menjadi orang terkaya di Kota Hilton.
Hendry kemudian melangkah masuk dan berkata dengan suaranya yang magnetis, "Kenapa tidak menyalakan lampu?"
Klik.
Dia pun mengulurkan tangannya untuk menyalakan lampu dinding.
Melihat cahaya terang itu, Windy menutup matanya sebentar, lalu menoleh ke arah Hendry.
Saat ini, Hendry mengenakan setelan jas hitam yang dijahit khusus untuknya. Wajahnya yang tampan, ditambah dengan bentuk tubuh yang sempurna dan auranya yang dingin, membuat begitu banyak wanita bermimpi untuk mendapatkannya.
Windy menatapnya sambil berkata, "Hari ini ulang tahunmu."
Mendengar ini, Hendry tidak menunjukkan ekspresi apa pun di wajahnya. Dia kemudian melirik ke arah meja makan sambil berkata, "Lain kali tidak perlu repot-repot seperti ini, aku tidak merayakan ulang tahun."
Windy kembali bertanya, "Tidak merayakan ulang tahun atau tidak ingin merayakannya bersamaku?"
Hendry menatapnya dengan tatapan yang datar, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Terserah kamu mau berpikir bagaimana."
Setelah itu, dia bergegas naik ke lantai atas.
Hendry selalu memperlakukan Windy seperti ini.
Windy tidak bisa meluluhkan hatinya dengan cara apa pun.
Sambil menatap punggung Hendry, Windy pun kembali berkata, "Ini adalah hari ulang tahunmu, aku ingin memberimu hadiah."
Hendry sama sekali tidak berhenti melangkah dan juga tidak menoleh, "Tidak perlu."
Windy tersenyum, lalu berkata, "Hendry, kita cerai saja."
Mendengar ini, langkah kaki Hendry tiba-tiba berhenti. Dia kemudian berbalik dan menatap Windy dengan tatapan yang sangat serius.