Bab 145
Hendry yang memiliki postur tubuh tinggi dan sepasang kaki yang jenjang, hanya berdiri di dekat jendela Prancis. Sorot matanya yang dingin tampak seperti tinta hitam yang tumpah, dingin dan berbahaya. Kemudian, dia menyahut, "Memangnya masalah ini bisa diselesaikan cuma dengan mengakui kesalahan? Kalian pulang saja."
Aurel terlihat sangat cemas sampai air matanya terus menetes. Dia segera berkata dengan nada memohon, "Hendry, anggap saja Bibi sedang memohon padamu. Saat kamu masih kecil, Paman Devon dan Bibi yang menggendongmu. Fernando adalah putra semata wayang keluarga Wibowo. Tolong lepaskan dia ... kami akan memberinya pelajaran dengan baik di kemudian hari."
Hati Hendry tetap tidak tergerak. Dia memberi perinta dengan nada dingin, "Intan, antar mereka pergi."
Intan segera memberi isyarat mempersilakan sambil berkata, "Pak Devon, Bu Aurel, silakan lewat sini."
Ekspresi Devon langusng berubah dan dia berkata, "Hendry, kamu benar-benar mau bersikap semena-mena cuma untuk Windy? Aku

Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link