Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3

"Aku dengar dari Stella kalau kamu dan Linda sedang bertengkar?" Suara Adel, Ibu dari Linda, terdengar di telepon. "Nggak, dia cuma sedang pacaran," jawabku dengan santai. "Pacaran? Bukannya dia selama ini pacaran denganmu?" Nada suara Adel terdengar terkejut. "Pacaran denganku? Sejak kapan? Jangan-jangan dia hanya menggunakanku sebagai kedok?" Aku langsung menjawab, "Pokoknya, Bibi, aku dan Linda hanya teman biasa. Aku nggak terlalu mengenalnya." Setelah berkata demikian, aku langsung menutup telepon. Dulu, Keluarga Wijaya sering mencariku untuk menanyakan kabar Linda. Namun, setiap kali aku mengatakan sesuatu yang buruk, Linda pasti akan datang mencari masalah denganku. Jadi biasanya, aku selalu menutup-nutupi hal itu untuknya. Namun, sekarang tidak akan lagi. Kali ini, setelah keluar dari kampus, tujuanku adalah mendirikan perusahaan. Berdasarkan ingatan tentang peristiwa besar yang akan terjadi dalam empat tahun ke depan, ditambah dengan kekuatan keluargaku, aku yakin kali ini aku akan lebih sukses dari kehidupan sebelumnya. Selain itu, aku juga sudah merencanakan langkah untuk perlahan-lahan merebut kekayaan Keluarga Wijaya. Jika aku ingin membalas dendam, aku akan memastikan Linda kehilangan segalanya! Proses mendirikan perusahaan tidak terlalu rumit. Ketika sore hari tiba, aku sudah mendapatkan izin usaha baru. Bisnis yang aku jalankan juga berkaitan dengan industri perfilman. Ini berhubungan dengan bisnis keluargaku. Dalam empat tahun ke depan, media baru akan menjadi peluang besar. Industri perfilman tradisional juga akan mengalami perubahan besar. Tujuan mendirikan perusahaan ini bukan hanya untuk ekspansi, tapi juga untuk meningkatkan kekuatan keluargaku ke tingkat yang lebih tinggi. ... Saat aku kembali ke kampus, aku malah bertemu dengan Linda yang datang dengan penuh amarah. "Dirga! Berhenti!" teriaknya. "Ada apa?" Aku berhenti, menatapnya dengan sedikit bingung. "Aku nggak menyangka kamu adalah orang seperti ini! Aku hanya pacaran, tapi kamu malah melaporkannya ke ibuku!" "Kamu memang pengecut!" "Kalau berani, kamu bisa bersaing secara adil dengan Hans! Apa gunanya kalau hanya bisa melakukan hal seperti ini di belakang?" Di depan asrama putra, banyak mata memandang ke arahku. Karena Linda cantik, pandangan para lelaki itu penuh dengan kebencian serta kegembiraan atas kesulitanku. "Linda, jangan bertingkah seolah-olah kamu adalah korban," kataku. "Kamu pacaran dengan siapa pun, itu nggak ada hubungannya denganku," tambahku. Aku dengan tegas mengatakan hal itu, lalu berbalik untuk pergi. Dia hanya orang yang menganggap barang rongsokan dari tempat sampah sebagai harta karun, tidak lebih. Apa masih ada gunanya terlibat lebih jauh dengannya? Jelas tidak ada. Namun, tampaknya Linda tidak memercayai kata-kataku. Dia terus mengikutiku sampai ke depan gedung asrama. "Kalau kamu nggak peduli, kenapa kamu melaporkan hal ini ke keluarga?" Dia berteriak marah sambil menuduhku! "Dirga, aku beri tahu kamu. Kalau hubungan asmaraku rusak gara-gara kamu, aku nggak akan membiarkanmu lolos!" Ucapan Linda mengandung ancaman serius. Saat itu, aku teringat wajah puasnya ketika dia menabrakku hingga mati di kehidupan sebelumnya. "Plak!" Aku tidak bisa menahan diri, langsung menampar wajahnya. Dia tersentak mundur sambil memegang pipinya dengan ekspresi tidak percaya. "Kamu! Beraninya kamu memukulku?" ujar Linda. Linda bersiap untuk mengamuk. Dia mengayunkan tangannya hendak menyerangku. Aku mundur selangkah, masuk ke dalam gedung asrama putra. "Linda, aku beri tahu kamu, urusanmu nggak ada hubungannya dengan aku. Apa pun yang kamu lakukan, itu urusanmu," kataku. "Ibumu sendiri yang bertanya padaku. Aku nggak tertarik untuk bicara tentangmu." "Sialan, dasar wanita jalang!" Aku memaki dengan lantang. Harus aku akui, aku merasa sangat puas setelah mengucapkannya. Seolah-olah beban di dadaku hilang begitu saja. Namun, tindakanku ini membuat suasana di asrama gempar. Para lelaki di sana berhenti sambil menatapku. Di bawah tatapan mereka, Linda tampak gemetar. Tubuhnya gemetar karena emosi! "Dirga! Dirga! Tunggu saja kamu!" Setelah berkata begitu, dia langsung pergi sambil menutupi wajahnya. Aku mengernyitkan dahi sambil menggelengkan kepala. Aku tahu dengan baik bahwa masalah akan segera datang. Benar saja, kesenangan selalu ada harganya. Sejak dahulu kala, wanita cantik sering membawa masalah, tidak terkecuali Linda. Saat kembali ke kamar asrama, teman-teman sekamarku menatapku dengan tajam. Namun, karena mereka tahu hubungan antara aku dan Linda sebelumnya, mereka tidak banyak bertanya. Tidak sampai sepuluh menit, teleponku berdering. Yang menelepon adalah Stella, sahabat Linda. "Dirga! Berani-beraninya kamu memukul Linda!" Begitu aku mengangkat telepon, suara teriakan Stella bisa terdengar. "Oh? Jadi kamu mau menuduhku tanpa tahu situasinya?" Aku menjawab dengan tenang. "Kamu memukul seorang wanita, kamu benar-benar bukan pria baik! Wanita yang kamu pukul itu Linda!" "Dasar pria bajingan!" Aku menjauhkan telepon sedikit, tapi suaranya masih terdengar sangat keras di telinga. "Oh, kalau begitu suruh dia mengganggu pria baik-baik, jangan ganggu aku," balasku. Setelah mengatakan itu, aku langsung menutup telepon. Stella juga adalah wanita bodoh yang hanya bisa berteriak padaku. Saat pria bajingan seperti Hans membawa lari Linda, dia juga hanya bisa berteriak padaku. Benar-benar membosankan. Sementara itu, aku masih punya banyak hal yang harus dilakukan. Aku baru saja mendirikan perusahaan. Jadi aku harus menghabiskan banyak waktu untuk berinvestasi dalam film pendek maupun video pendek,.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.