Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3

Paula yang berpenampilan anggun dan mewah memeluk Ophelia dengan erat. Dia terus memanggil putrinya sambil berlinang air mata. Untuk sesaat, semua orang di sekitar seolah-olah menahan napas. Terutama Rudy yang baru saja datang dan para anak buahnya. Mereka semua melongo tidak percaya. Baru-baru ini, tersebar rumor bahwa keluarga Hawkin, keluarga terkaya di Kota Hoburgh, mengutus banyak orang untuk mencari keberadaan putri kandung mereka yang hilang. Ternyata putri hilang itu adalah Ophelia! Para anak buah Rudy terkesiap, lalu bertanya, "Kak Rudy, gimana ini? Apa kita masih harus menangkapnya?" Tentu saja mereka harus mundur sekarang. Rudy menyeringai dingin, tetapi tatapan mesumnya masih tertuju ke tubuh Ophelia. Dia membalas, "Kita mundur dan lihat situasi dulu. Kalau dia benaran putri keluarga Hawkin, ini akan lebih menarik. Orang yang kusukai nggak akan pernah aku lepaskan." "Ayo jalan!" tambah Rudy. Selagi tidak ada yang memperhatikan, Rudy diam-diam pergi bersama anak buahnya. Di sisi lain, Paula masih menangis hingga matanya merah. Meskipun usianya hampir lima puluh tahun, wajahnya yang dibasahi air mata masih terawat dengan sangat baik. Dia mengulurkan tangannya dengan hati sesak, ingin menyentuh wajah Ophelia. Namun, Ophelia menghindari sentuhannya. Kontras dengan berbagai lonjakan emosi yang dirasakan Paula, Ophelia sangat tenang. Raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan perubahan, seolah-olah bukan dirinya yang berada di situasi ini. Tangan Paula tertahan di udara, tetapi begitu teringat bahwa Ophelia belum tahu apa pun, dia segera menjelaskan identitas Ophelia yang sebenarnya. "Phelia, aku ibumu, ibu kandungmu. Aku baru tahu kalau putriku yang dulu kulahirkan dengan mempertaruhkan nyawa ternyata tertukar. Sejak mengetahui kebenarannya, aku terus mencari kamu. Sekarang akhirnya aku menemukanmu ... " Sambil bicara, air mata Paula kembali mengalir. Mata yang merah itu mengandung kesedihan dan rasa bersalah, menunjukkan perasaan tulus seorang ibu. Baik di kehidupan sebelumnya ataupun di kehidupan ini, Ophelia tidak pernah meragukan ketulusan Paula saat ini. Saat ini, kata-kata ibunya tulus adanya. Kesedihannya tulus. Perasaan bersalahnya juga bukan pura-pura. Namun, pilih kasih dan kebencian Paula juga nyata. Setiap kali Paula harus memilih antara dirinya dan Mia, selalu dia yang dikecewakan. Selalu seperti itu. Contohnya seperti saat Mia pura-pura mati dengan terjun ke laut di kehidupan lalu. Paula menamparnya dengan kuat dan berkata, "Ophelia, hal yang paling aku sesali dalam hidup ini adalah mengakuimu sebagai putriku!" Ophelia memejamkan matanya. Tubuhnya bergetar tanpa bisa ditahan. Semua memori itu masih jelas terbayang di benaknya. Kesedihan dan ketidakadilan yang dirasakannya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ophelia perlahan melepaskan pelukan Paula. Gerakannya lembut, tetapi tegas. Dia berkata, "Maaf, kamu salah orang." "Phelia ... " Paula terlihat sedih, tetapi dia segera menetralkan emosinya. Sambil berlinang air mata, dia memaksakan sebuah senyuman dan berkata, "Nggak apa-apa, putriku. Ibu mengerti kamu belum bisa menerima kenyataan ini sekarang. Tapi, darah lebih kental dari air. Ibu yakin suatu hari nanti kamu akan bersedia mengakui Ibu." Ophelia tidak menanggapi. Paula membujuknya lagi dengan hati-hati, "Phelia, sekarang sudah larut. Pulanglah dulu dengan Ibu, oke? Ibu nggak tenang membiarkanmu sendirian di luar ... " Sejak mengetahui bahwa putri kandungnya tertukar, Paula segera menyuruh orang untuk mencari informasi dan keberadaan putri kandungnya. Dia juga tahu sedikit tentang latar belakang keluarga angkat Ophelia. Ibu angkatnya seorang pengangguran yang kerjaannya bertengkar dengan tetangga. Ayah angkatnya seorang pencuri dan penipu, tipikal preman tidak berguna. Kakaknya seorang penjudi yang sering dikejar utang. Paula tentu saja meremehkan keluarga seperti ini. Dia juga khawatir Ophelia terpengaruh kebiasaan buruk karena tumbuh besar di tengah keluarga seperti itu. Tidak apa-apa kalau dirinya tidak tahu. Namun, sekarang putri kandungnya ada di depan mata, darah dagingnya sendiri. Bagaimana dia tega membiarkan putrinya kembali ke tempat kotor itu? "Phelia, ikut mobil Ibu, ya?" pinta Paula. Ophelia yang dihadapkan dengan permintaan tulus dan hati-hati Paula tidak menjawab. Sudut matanya melirik Dennis yang melongo di tanah. Dennis jelas terkejut. Dia tidak menyangka bahwa Ophelia adalah putri kandung keluarga Hawkin yang kaya raya di Kota Hoburgh! Ini kabar baik! Dengan begini, dia bisa menggunakan Ophelia untuk memeras keluarga Hawkin. Utang judi ratusan jutanya juga akan lunas dalam sekejap! Lagi pula, keluarganya telah bersusah payah membesarkan Ophelia selama ini. Wajar saja kalau mereka meminta kompensasi beberapa miliar atau beberapa puluh miliar, bukan? Saat memikirkan hal ini, mata Dennis langsung berkilat serakah. Ophelia tidak mungkin kembali ke keluarga Haggins. Tempat yang lebih mencekik dari jurang itu jelas tidak bisa disebut rumah. Apalagi, Dennis dan Rudy tidak mungkin melepaskannya dengan mudah. Jalan terbaik untuk lepas dari para pecundang ini adalah kembali ke keluarga Hawkin bersama Paula. Setelah memikirkan ini, Ophelia menatap Paula dengan ekspresi terharu. Seperti seorang anak kecil yang haus kasih sayang, ada antusiasme dan harapan di matanya. Tatapan itu melunakkan hati Paula dan air matanya pun kembali jatuh. "Phelia, ayo kita pulang," ajak Paula. Ophelia membiarkan Paula mendekati dan menggandengnya naik ke mobil. Setelah duduk di kursi belakang, Ophelia menundukkan pandangan. Binar terharu dan kelembutan di matanya sirna, digantikan kilat cuek dan mengejek. Sebentar lagi dia akan kembali bertemu Mia. Iring-iringan mobil mewah perlahan-lahan melaju menuju rumah keluarga Hawkin. Dennis yang masih terbaring di tanah menatap lurus ke arah Ophelia. Dia melihat gadis itu mengacungkan jempol ke arahnya, lalu melakukan gerakan menggorok leher dengan santai. Dennis terkejut, lalu segera naik darah. Gadis angkuh! Baru saja statusnya naik, dia sudah berani mengancamnya. Dennis bergegas berdiri, lalu mengambil ponsel dan menghubungi orang tuanya. Dia berseru di telepon, "Ayah, Ibu, Ophelia dibawa pergi oleh keluarga Hawkin! Cepat ke sini sekarang, kita harus mendatangi keluarga Hawkin untuk menuntut penjelasan. Kita nggak mungkin membesarkan putri mereka selama delapan belas tahun secara gratis!" "Oh, iya!" Dennis tiba-tiba teringat ucapan Paula tadi. Putri yang dia lahirkan dengan mempertaruhkan nyawa ternyata tertukar dengan bayi lain. Mata Dennis bersinar. Jika Ophelia adalah putri kandung keluarga Hawkin yang sebenarnya, itu artinya Mia adalah adik kandungnya! "Ayah, Ibu, kita juga pergi jemput seseorang!" tambah Dennis.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.