Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 3

Keesokan paginya, udara terasa dingin. Alex bangun pagi-pagi sekali, tetapi Dena sudah tidak ada di sampingnya. Alex membuat sarapan seadanya, lalu bergegas ke Rumah Sakit Remian. Setibanya di tepi tempat tidur, seorang wanita tua yang terbaring di sana langsung bangun dan duduk. Wajahnya yang sudah penuh dengan keriput terlihat bahagia. "Alex ... kok kamu ke sini?" "Nenek Sania, kali ini aku ke sini untuk berpamitan dengan Nenek." Alex menyerahkan semua uang sisa yang baru saja dia terima, yaitu senilai dua miliar, kepada wanita tua itu. "Aku akan segera ke luar negeri untuk belajar musik. Dua miliar ini adalah uang sumbangan terakhirku buat panti asuhan." "Aduh, anak ini. Kenapa juga kamu masih memberikan sumbangan ... " Nenek Sania sontak menangis terharu. Sewaktu Alex masih berusia lima tahun, Nenek Sania mengadopsinya dan membesarkan pria itu. Setelah itu, Alex berhasil masuk ke jurusan seni di Universitas Jaya berkat usahanya sendiri. Dia awalnya akan melanjutkan studinya ke luar negeri di bidang musik. Namun, nenek Sania yang sakit keras membutuhkan uang sebanyak satu miliar demi menyelamatkan nyawanya. Sebagai balas budi, Alex mengorbankan sepuluh tahun hidupnya untuk mendapatkan biaya operasi bagi Nenek Sania. Semua sisa uangnya Alex gunakan untuk membantu membangun panti asuhan kembali. Nenek Sania benar-benar tidak tahu harus berterima kasih bagaimana. "Tenang saja, Nenek. Nanti begitu aku sudah selesai belajar, kita nggak akan kekurangan uang lagi." "Iya, baguslah kalau kamu bisa melanjutkan studimu ke luar negeri. Nenek ikut senang." Tiba-tiba, nenek Sania teringat sesuatu. "Tapi, bukannya kamu akan sulit bertemu istri dan anakmu kalau kamu ke luar negeri?" "Justru bagus kalau nggak bertemu, biar nggak banyak gangguan." Alex menjawab sambil terkekeh pelan, "Aku ... sudah bercerai." Nenek Sania awalnya terkejut, tetapi dia lalu memeluk kepala Alex dengan erat sambil berbisik, "Syukurlah kalau kamu sudah cerai! Selama ini kamu sudah hidup menderita, jadi mulai sekarang jangan lupa untuk lebih mementingkan dirimu sendiri." "Iya, Nenek, pasti." Setelah keluar dari rumah sakit, Alex bergegas pulang untuk mengemas barang-barangnya. Dia sudah menyelesaikan hal terakhir, jadi sekarang dia bisa pergi dari keluarga Halim tanpa beban apa pun. Beberapa jam kemudian, Alex sudah merapikan semua barangnya. Semua barang yang berkaitan dengan istri dan anaknya juga sudah dikemas. Syal yang diberikan kepada Dena untuk menyenangkan hati istrinya itu, bahkan botol susu yang anaknya tinggalkan ... Alex sudah bekerja keras untuk keluarganya selama sepuluh tahun ini. Jika bukan karena kontrak itu, tentu saja Alex juga ingin memiliki sebuah keluarga hangat miliknya sendiri. Namun, pada akhirnya semua itu hanyalah harapan. Alex memperhatikan barang-barang yang sudah dia bereskan itu sekali lagi, lalu memindahkan semuanya ke tempat sampah di luar pintu. Tepat pada saat itu, sebuah mobil Rolls-Royce berhenti di depan pintu rumah. Clayton-lah yang pertama kali melompat turun dari dalam mobil. Dia menatap Alex yang berdiri di samping tempat sampah dengan agak menghina. "Ngapain memulung sampah di sini? Dasar nggak tahu malu!" "Makan malamnya sudah siap? Aku mau makan ayam goreng!" Alex sebenarnya merasa cukup terikat dengan putranya yang sudah dia besarkan selama enam tahun itu, tetapi hatinya terasa panas karena marah sekaligus dingin karena mati rasa. "Kalau mau makan, minta saja ke Paman Michael-mu itu." "Kamu ... " Clayton terlihat sangat kaget, ini pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini. Tepat pada saat itu, Dena pun berjalan menghampiri bersama Michael. "Alex, rumah Michael lagi direnovasi, jadi dia mau menumpang dulu di sini selama beberapa hari. Kamu nggak keberatan, 'kan?" Ini adalah pertemuan pertama Alex dengan Michael. Walaupun sudah beberapa tahun menikah, tetapi wajah Michael tetap terlihat putih dan tampan. Pantas saja Dena tidak pernah bisa melupakannya. Sedangkan wajah Alex yang dulu tampan dan muda kini tampak lelah dan kusut. Clayton pun memanfaatkan kesempatan itu untuk berseru, "Cepat bantu pindahkan barang-barang Paman Michael! Dengar nggak, dasar Ayah jahat! Kalau nggak mau, aku akan membencimu!" Alex balas menatap istri-anaknya. "Maaf, aku nggak bisa bantu angkat-angkat, tanganku habis terkilir." Sebersit cahaya dingin pun berkilat dalam tatapan Michael, lalu dia sok merasa tidak enak hati. "Sudahlah, nggak usah. Pak Alex juga sepertinya nggak begitu senang. Aku benar-benar minta maaf ... " Michael pun berbalik badan hendak berjalan pergi, tetapi Dena menahannya. "Nggak apa-apa, biar kubantu pindahkan. Dia nggak akan keberatan kok kamu tinggal di sini." Alex hanya menatap dalam diam, lalu berujar sambil tersenyum kecil, "Iya, kamu pakai kamar kami saja. Aku nggak keberatan kok." Apa bedanya Michael menumpang di sini ataupun tidak? Dari sikap Dena, ujung-ujungnya juga rumah ini pasti akan menjadi milik Michael.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.