Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Giany hanya menoleh wajahnya setelah ditampar, bahkan merasa sangat kecewa. Yoana segera berjalan ke samping Carol untuk membujuk, "Ibu, aku benar-benar nggak apa-apa. Di dalam kartu ini hanya ada 2 miliar, aku takut kakak boros seperti dulu, jadi nggak menyiapkan banyak uang." Giany merasa sangat sakit hati, dia hanya membuka pintu taksi yang masih berhenti di sampingnya. "Tolong ke ...." Namun, dalam otaknya tidak ingat alamat apa pun, hanya bisa melalui kaca mobil melihat sekeluarga itu masuk ke rumah dengan suasana harmonis. Sopir taksi berkata, "Ini keluargamu atau musuhmu? Tadi kamu nggak bilang apa pun, kenapa bisa kena tampar. 200 ribu ini, aku nggak mau, kamu turun di sini saja." Seketika Giany langsung menangis, dia juga ingin tanya mereka adalah keluarganya atau musuhnya? Mata Yoana yang memegang tangan Denis di kejauhan itu melintas rasa bangga. "Ibu, Kak Denis, apa kakak benaran amnesia? Sebaiknya kita panggil dia masuk saja." Wajah Carol menjadi masam, bahkan merasa benci ketika mengungkit Giany. "Kalau dia sudah amnesia, dia nggak akan mencari kemari! Denis, pernikahanmu dan Giany sebaiknya segera dibatalkan, jangan sampai membuat Yoana sedih. Yoana sudah lama menderita di luar sana. Aduh, aku sebagai ibu mana tega membiar dia menderita lagi." "Bibi Carol, tenang saja, aku akan baik pada Yoana selamanya." Sedangkan Giany, meski dia dan Giany adalah teman sejak kecil, selama ini dia sudah benci pada Giany. Selain itu, dulu saat Giany dan Yoana keluar bersama, yang diculik malah Yoana. Lima tahun yang lalu, Yoana baru berhasil ditemukan. Semua orang baru tahu Yoana yang melindungi Giany agar dia bisa kabur dan melapor polisi. Giany memang berhasil kabur, tapi tidak melakukan apa pun, hanya bisa membiarkan adiknya diculik saja. Orang kayak Giany sudah jahat sejak kecil. Setelah Yoana ditemukan, Giany terus menindas Yoana, bahkan mengira Yoana sudah merampas kasih sayang yang dia miliki. Setiap Denis melindungi Yoana, Giany pasti melakukan ulah. Jadi dia bisa seperti ini, semua akibat dirinya! ... Giany duduk sendirian di pinggir jalan dengan pakaian medisnya, tampaknya sangat kasihan. Sebuah mobil berhenti di sampingnya. "Giany?" Suara wanita muda terdengar, Giany menengadahkan kepalanya, dia melihat orang itu agak familier, tapi tidak teringat siapa dia. "Apa kamu bertengkar dengan Denis lagi? Kenapa nggak menukar baju sebelum keluar dari rumah?" "Siapa kamu?" Carla memegang dahinya sambil membuka pintu pengemudi. "Kamu naik dulu, terkadang jangan salahkan orang mengataimu. Kalau satu trik dipakai berulang-ulang, pasti membuat orang kesal. Aku saja nggak ngerti kenapa kamu mau sebaik itu pada Denis." Giany naik ke posisi samping pengemudi dan tidak mengatakan apa pun. Carla mengendarai mobil ke rumahnya sendiri. "Malam ini tinggal di sini saja. Lagian besok pagi setelah kamu bangun, pasti akan ribut mencarinya." Giany masuk ke dalam, lalu menukar sepatunya dengan sopan. Giany merasa familier terhadap tata rumah ini, tampaknya dia adalah teman baiknya. Giany duduk di sofa, Carla menuangkan segelas air hangat untuknya. Giany memegang gelas dan merasa tubuhnya sangat hangat. Tampaknya Carla sangat lelah, juga menguap. "Aku mandi dulu, kamu masih tidur di kamar itu. Besok pagi saat kamu pergi, ingat bawa pergi baju yang kamu tinggal waktu itu." "Terkadang aku berharap kamu bisa lebih memikirkan diri sendiri, jangan begitu cepat menyerah pada Denis. Tapi setiap kali kamu kabur dari rumah, selalu nggak lewat dari tiga hari. Asal Denis memanggilmu, kamu pasti pergi menyanjungnya lagi, bahkan membiarnya menghinamu. Wajar saja temannya menghinamu, sebaiknya lebih banyak pikirkan diri sendiri. Giany, kalau suatu hari kamu benaran amnesia, aku bakal merayakan dengan kembang api."

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.