Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Yulia langsung dipermalukan. Karena, ekspresi guru melukis yang berdiri di depan pintu tiba-tiba berubah. Dia sontak menoleh ke arah Yolanda. Dengan penuh semangat dan gemetar dia berkata, "Nggak! Dia nggak salah. Memang benar, seperti itu!" Guru melukis kembali ke tempat dengan wajah terkejut. Dia berjalan ke depan karya, bibirnya gemetar. "Lukisan ini adalah replika." "Selain Jola, siapa lagi yang bisa melukis lukisan yang begitu megah di dunia ini?" "Sayangnya, dia pensiun dari dunia melukis dua tahun lalu, hanya meninggalkan tiga karya tak ternilai. Tapi, bagaimana kamu bisa tahu tentang Master Jola?" Pertanyaan itu membuat Yulia terdiam di tempat, kuku jarinya tertancap ke dalam daging. Bu Nina menatap Yolanda dengan tidak percaya. Gadis itu melirik sejenak ke arah guru melukis dengan ekspresi dingin. Dia kemudian berbalik, membuka pintu, dan terdengar satu kalimat di sudut koridor. "Aku adalah dia." Aku adalah dia! Dia adalah Jola! Kalimat ini terdengar sangat lucu di telinga Bu Nina dan yang lainnya. "Sudah gila. Awalnya pikir kamu ada sedikit niat, mau belajar karena tahu harus pergi ke pameran lukisan! Sekarang, kamu jelas-jelas suka berkhayal." "Kamu master internasional?" "Kalau kamu bisa setengah unggul dari Yulia, nggak mencuri dan ditahan di Lembaga Pembinaan Remaja, aku akan sangat senang! Sungguh memalukan." Benar. Yolanda yang dulu memang tidak seunggul Yulia. Namun, Yolanda yang sekarang sudah bukan Yolanda yang dulu. Jika dia ingin menjadi unggul, tidak ada yang bisa menandinginya. ... Setelah keluar dari ruang belajar, Yolanda langsung kembali ke kamarnya dan membuka komputer! Sekarang, yang ingin dilakukannya adalah mengeluarkan racun dari tubuhnya. Demi memulihkan kekuatannya dan segera kembali ke keluarga Hanum di ibu kota. "Tap, tap, tap." Tangan yang gemuk itu mengetik baris kode di atas papan ketik dengan gesit. Komputer terus mengedipkan layar hitam dan terhubung. "Bip, bip." "Sedang meretas sistem bank!" "Silakan masukkan kata sandi. Kata sandi sedang dipecahkan, silakan masukkan kode!" "Ting, ting! Pembobolan kata sandi, sukses. Silakan masukkan nama asli pemegang kartu." "Hanum ... " Berhasil dibuka. Yolanda bersandar ke kursi. Dengan wajah tanpa ekspresi, dia melihat jumlah transfer di layar. Bibirnya tersenyum tipis. "Maafkan aku, Kak Christo." Dia tidak akan mencuri uang di bank. Sandi rekeningnya pasti sudah diubah oleh Irene. Dia hanya bisa mencuri uang saudara laki-lakinya. Sementara itu, di dalam gedung-gedung besar di ibu kota! Empat pemuda berusia dua puluhan tahun sedang duduk di sofa mewah. Seorang pemuda bersandar di jendela prancis, mengenakan kemeja putih. Dua kancing kemejanya terbuka, menampakkan dada yang bidang. Jarinya-jarinya yang lentik memainkan ponsel. Dia tersenyum nakal nan anggun, kata-kata yang keluar dari mulutnya begitu dingin. "Kak Sergio benar." "Kalau bukan karena Irene gantikan Yasmin, yang mati di pesawat itu mungkin adalah Yasmin." "Jadi, aku putuskan!" "Mulai hari ini, kita berempat harus berada di sisinya setiap saat. Siapa pun yang berani melukainya, aku akan musnahkan seluruh keluarganya." Ketika mereka berempat menuju lokasi ledakan. Jenazah Yasmin ditemukan. Setelah diperiksa oleh ahli forensik berkali-kali, orang yang meninggal bukanlah Yasmin. Dia adalah putri angkat keluarga Hanum, yaitu Irene. "Christo benar." Pemuda berpakaian jas bersandar di dinding, sambil menyilangkan kaki. Dia perlahan mendongak dan menimpali dengan suara rendah, "Kali ini hanya keberuntungan, bagaimana kalau nanti?" "Banyak orang di seluruh dunia ini yang berharap dia mati!" "Tapi, ... " "Entah mengapa, aku merasa Yolanda yang pulang ke keluarga Hanum hari ini, tampaknya agak berbeda dari sebelumnya ... " Kalimat 'agak berbeda' itu, membuat para pemuda yang tertunduk dan merasa bersalah sontak mendongak. Mereka semua menatap pemuda yang mengenakan setelan jas hitam dengan wajah yang dingin dan serius. "Kak Carlos. Jujur saja, aku juga merasa agak berbeda." "Tapi, sikap, perilaku, dan penampilannya jelas-jelas seperti Yasmin. Bahkan kekuatan dan detail kecil yang terjadi sebelumnya sangat cocok. Kak Carlos, apa kamu trauma karena ledakan ini?" "Bukan ... " Pemuda berjas itu sedikit mengernyit. Cahaya gelap yang sulit ditebak berkedip di matanya. "Itu adalah perasaan." "Perasaan ketika melihatnya, ingin melindunginya dengan segala cara." "Itu adalah aura." "Aura yang buat orang tunduk dan bersujud, walau hanya satu tatapan ... " Meskipun suara, kebiasaan, penampilan, kekuatan, bahkan ingatannya sama dengan Yasmin. Namun, dia merasa berbeda dengan sebelumnya ... Kamar tiba-tiba menjadi sunyi. Tiba-tiba ...! "Tring." Nada dering pesan singkat tiba-tiba berdering dari ponsel pemuda berkemeja. Dia menundukkan kepala tanpa peduli. Seolah membaca pesan yang tidak dapat dipercaya, pupilnya tiba-tiba menyusut. "Ya ampun!" "Bagaimana mungkin?" Suara terkejut ini membuat tiga orang lainnya menatapnya dengan bingung. Pemuda itu terus memeriksa ponselnya beberapa kali, kemudian menengadah. Dengan penuh kengerian, dia berkata, "Uang 2 miliar di bank internasionalku dicuri satu menit yang lalu." "Aduh, cuma 2 miliar, nggak seberapa! Apa? Uang di bankmu kehilangan 2 miliar?" "Sergio, kamu yang melakukannya?" "Bukan aku, kalau aku akan ambil 2 triliun." "Lalu, siapa itu ... " Siapa? Siapa yang memiliki kemampuan untuk mencuri dua miliar dari rekening Christo Hanum? Ini bukan soal uang, tetapi soal bank mereka. Di mana bank mereka memiliki sistem anti pencurian yang dirancang oleh peretas nomor satu dunia. Namun, sekarang apa yang mereka lihat? Uang Christo dicuri! "Di dunia ini, hanya satu orang yang bisa bobol sistem keamanan bank kita! Hanya satu orang, yaitu ... " "Yasmin!" "Adik kita!" "Hanya dia yang punya kemampuan ini." Keempat orang itu sontak mendongak dan saling menatap satu sama lain dengan bingung. Tatapan mereka pun menjadi suram. Christo segera mengeluarkan ponselnya dan mulai melacak alamat dan wilayah situs web. Alhasil, dengan penuh kengerian dia mendapati! Orang yang mencuri uangnya tidak ada di ibu kota. Akan tetapi, di Kota Jarga ... "Bukan di ibu kota. Itu artinya uang ini bukan dicuri oleh Yasmin?" Jika bukan Yasmin yang mencurinya? Lalu, siapa? Hanya mencuri 2 miliar, apa tujuannya? Carlos mengernyit sambil menatap tiga orang di depannya. Dengan tegas dia mengingatkan, "Christo." "Kamu ke Kota Jarga, cari orang yang bobol sistem itu." "Dengan cara apa pun!" Mau orang itu musuh atau teman, apa pun tujuannya, mereka harus menemukan si penantang ini! Pada saat Christo menuju ke Kota Jarga. Di sisi lain, Yolanda yang telah mengambil uang dan keluar dari kediaman keluarga Hartanto. Dia sedang menuju ke rumah sakit terbesar di Kota Jarga. Di sepanjang jalan, banyak orang yang menunjuk-nunjuk penampilan Yolanda. Bahkan ada yang mengenalinya sebagai gadis nakal yang dulu ditahan di Lembaga Pembinaan Remaja karena mencuri. "Sstt." "Jelek sekali, wajahnya bikin mau muntah." "Aduh, menyeramkan." Bahkan perawat di rumah sakit pun menjauh dari Yolanda dengan wajah penuh hina. Yolanda tidak mendengar kata-kata yang menyakitkan ini. Dia mengambil resep obat yang sudah diracik dan bersiap-siap pergi dari tempat itu. Namun, saat ini. "Dokter! Dokter! Tolong!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.