Bab 9
Vanda hanya merasa bahwa Pamela terlalu optimis, sementara dia sendiri telah kehilangan semua harapan.
Rencana proyek yang telah dipersiapkan selama sebulan akan dibatalkan begitu saja. Meskipun sangat tidak rela, tidak ada lagi yang bisa Vanda lakukan!
Sambil menghela napas dalam, Vanda berbalik ke arah dapur.
"Pamela, lanjutkan saja. Aku buatkan kopi biar lebih segar!"
"Ya, terima kasih!"
Pamela menjawab dengan samar. Pada saat yang sama, sebuah laman progres berwarna merah muncul di layar hitam komputernya.
Setelah laman muncul sepenuhnya, Pamela dengan cepat memecahkan kata sandinya.
Dia mengklik sebuah kotak dialog tersembunyi, menekan papan ketik dan mengetik beberapa kata untuk dikirim.
"Ada dendam apaan sih?!"
Pihak peretas terkejut dan membalas, "Kamu! Dewa macam apa kamu, sampai bisa melakukan serangan balik ke dalam sistem enkripsi level tertinggi Aliansi Apollo kami!"
Ujung jari Pamela mengetik ringan, "Nggak penting siapa aku. Intinya, kenapa kamu menyerang Perusahaan Quentin. Kalau ada perihal dendam, ya langsung saja cari orang yang melakukannya. Siapa pun yang memprovokasimu, cari dia dan selesaikan dengannya. Jangan hancurkan hasil jerih payah banyak orang yang tidak bersalah!"
Peretas itu tidak luluh begitu saja dan segera membalas.
Namun, dia berhasil dicegat oleh sistem pertahanan yang dipasang Pamela, yang telah disiapkan sejak awal.
Peretas itu tidak bisa menahan kekagumannya pada lawan misterius yang teknologinya lebih unggul daripada miliknya.
...
Ketika Vanda kembali dan membawa segelas kopi, komputer berhasil diperbaiki Pamela. Dokumen di dalamnya pun kembali.
"Beneran sudah diperbaiki! Pamela, kamu luar biasa! Bagaimana kamu bisa melakukannya?"
Pamela mengeluarkan USB dan memutarnya di ujung jari telunjuknya. Dia bersandar di kursinya dan menjawab sambil tersenyum, "Aku membeli perangkat lunak antivirus ini seharga 19,99 ribu di sebuah toko yang mengklaim kebal terhadap semua virus. Sepertinya memang benar! Aku akan memberikan ulasan positif setelah ini!"
Alis Vanda bertaut dan dia mengatakan, "Hah? Apa? Apa kamu benar-benar memperbaikinya cuma dengan perangkat lunak antivirus? Hmm, teknisi bilang aplikasi antivisur itu tak berguna, menurutku mereka yang nggak berguna!"
Pamela mengulurkan tangan untuk mengambil secangkir kopi dari tangan Vanda dan mengangkat dagunya, "Sudah. Cepat ambil salinan PowerPoint-nya. Presentasikan kepada Pak Patra dan yang lainnya!"
"Ya! Aku akan melakukannya! Pamela, aku mencintaimu!"
Vanda memberikan ciuman terima kasih kepada Pamela sebelum melanjutkan pekerjaannya.
Rekan-rekan kerja yang lainnya tiba-tiba mengerumuni Pamela dan meminta tautan antivirus yang dia miliki
Pamela meladeni mereka dengan malas, "Jangan khawatir. Nanti aku akan mengirimkannya ke grup!"
Dia menyesap kopi dari cangkirnya. Bulu matanya yang lentik terangkat saat dia melirik ke arah kantor Pak Patra.
Seharusnya paman aneh itu masih belum menghabiskan secangkir kopinya, 'kan?
...
Di dalam kantor.
Bianca membawakan Agam kopi, kemudian menggerakkan kakinya yang putih dalam berbagai posisi seksi.
Namun, dia tidak bisa menarik perhatian pria itu walaupun kakinya sudah terasa kram.
Vanda mengetuk pintu dengan lembut dan menjulurkan kepalanya untuk meminta instruksi, "Pak Patra, PowerPoint sudah siap. Rapat yang sudah dijadwalkan bisa dilanjutkan."
Patra yang menemani Agam minum kopi langsung berbinar. Dia menimpali sambil tersenyum, "Komputernya sudah diperbaiki?"
Vanda mengangguk mengiakan, "Ya, Pak Patra! Pamela sudah memperbaiki komputernya!"
"Wah, dia benar-benar hebat!"
Patra menjadi tenang. Dia berdiri dan memberi isyarat dengan sikap penuh hormat, "Pak Agam, materi rapat sudah siap. Mari ke ruang rapat dan penanggung jawab proyek akan memberikan penjelasan tentang proyek baru kita!"
Tangan Agam yang besar dan bertulang terlihat panjang dan ramping saat dia memegang cangkir kopinya.
Dia menyipitkan matanya dengan serius sebelum meletakkan cangkir kopinya dan berdiri dengan anggun. Sikapnya ini memberikan kesan seorang pria dewasa dengan pesona yang kuat dalam setiap gerakannya.
Bianca mengertakkan gigi dengan marah.
Pamela benaran berhasil memperbaikinya!
...
Lima belas menit kemudian, Agam keluar dari ruang rapat. Wajahnya yang tampan dan dalam tidak menunjukkan emosi apa pun.
Patra datang dan mengikutinya dengan sikap patuh.
Ketika melewati meja kerja Pamela, pria itu tiba-tiba menghentikan langkahnya, menatapnya dengan tatapan dingin. Bibir tipisnya tertarik ke atas membentuk seringai.
"Pak Patra, karena kemampuan berbakat pegawaimu, kalian berhasil membuatku menghabiskan waktu satu jam di sini!"
Patra menjadi canggung, lalu menjawab, "Eh, Pak Agam, saya benar-benar minta maaf."
Agam menyipitkan matanya, tidak menatap Pamela lagi dan berjalan menuju lift.
Pamela terkejut ketika Bianca datang dengan ekspresi sombong di wajahnya. "Pamela, kenapa memangnya kalau kamu bisa memperbaiki komputer? Pak Agam masih nggak tertarik dengan proyek bodoh kalian itu!"
Mengabaikan Bianca, Pamela menoleh ke arah Vanda yang baru saja kembali dari ruang rapat, lalu bertanya, "Vanda, apa yang terjadi?"
Vanda menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara terisak, "Pamela, aku nggak tahu kenapa, tapi ada sejumlah kesalahan data utama di PowerPoint. Pak Agam mengatakan proposal kita sampah ...."
Alis Pamela berkerut tanda terkejut.
Pada saat itu, Patra yang telah mengantar Agam pergi, kembali dengan wajah tegas dan memberikan teguran keras, "Vanda, apa yang kamu lakukan? Kalau nggak mampu tanggung jawab sama proyek ini, lebih baik nggak usah kerjain!"
Vanda menunduk merasa bersalah. "Pak Patra, saya minta maaf! Saya ...."
Pamela melihat seringai kemenangan di wajah Bianca, tahu bahwa wanita itu telah berhasil melakukan ulah liciknya!
"Pak Patra, kesalahan PowerPoint tidak ada hubungannya dengan Vanda. Komputer sudah diperbaiki, tapi virus merusak sebagian dari data yang ada di dalamnya. Karena itulah data PowerPoint menjadi kacau. Saya membiarkan Vanda membawanya ke rapat tanpa memeriksanya. Ini salah saya dan saya akan mengundurkan diri!"
Patra mengerutkan kening pada Pamela.
Pak Dikra, yang berada di belakang Pak Patra tiba-tiba berkata, "Mengundurkan diri? Pamela, kamu dipecat. Kemasi barang-barangmu dan pergi dari sini sebelum kamu membuat Pak Patra marah!"
Saat Pamela menunggu lift, Vanda keluar untuk mengejarnya. Dia merasa bersalah kepada Pamela.
"Pamela, akulah yang harus keluar ...."
Pamela menggeleng pelan, lalu menjawab, "Itu bukan salahmu. Pak Dikra memang mau memecatku. Kamu nggak perlu terlibat dalam masalah ini."
Vanda marah, "Tapi kalau kamu pergi seperti ini, Bianca bisa jadi pegawai tetap. Kemampuannya berada di bawahmu dalam segala hal. Dia akan diuntungkan kalau seperti itu!"
Pamela mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, melambaikan tangan ke arah Vanda dan berbalik untuk masuk ke dalam lift.
Pamela keluar dari lift tepat saat pintu sebelah terbuka.
Bianca melangkah keluar dari pintu sebelah, menggenggam sekotak perlengkapan kantor dan melemparkannya ke depan Pamela.
"Kamu lupa membuang sampahmu. Pak Dikra bilang kalau ruang kerjamu akan dikosongkan untuk dijadikan ruanganku!"
Pamela bersikap tenang dan membungkuk untuk mengambil barang-barangnya. Lalu, dia mengatakan, "Bianca, sebagai rekan kerja, aku ingin memberikan saran untukmu!"
Bianca bersedekap, berbicara setelah menggerakkan bahunya penuh kemenangan, "Apa? Katakan saja!"
Bibir Pamela tertarik dalam lengkungan samar. Dia mendekat ke telinganya dan berkata, "Kalau nggak punya kemampuan, kamu hanya akan tersingkir!"
Bianca terkejut, lalu menjawab, "Cih!"
Pamela sedang menakut-nakutinya?
...
Pamela berjalan keluar dari gedung perusahaan dengan membawa barang-barangnya. Tiba-tiba, sebuah mobil Maserati edisi terbatas berwarna hitam berhenti di sampingnya.
Ervin turun dari kursi samping kemudi, lalu mengatakan, "Nona Alister, tuan muda meminta nona untuk masuk."
Pamela tidak menanggapi dan mengambil jalan memutar.
Ervin mengangkat tangannya untuk menghentikannya, lalu mengatakan, "Nona Alister, tolong masuk ke dalam mobil!"
Mau bagaimana Pamela menghindar, juga tidak berhasil, ini membuat wajah kecil Pamela berubah muram. Dia dengan terpaksa masuk ke dalam mobil.
Kejadian ini kebetulan saja dilihat oleh Bianca. Dia awalnya melihat di pintu masuk perusahaan kalau ada Maserati edisi terbatas yang lewat. Jadi, dia keluar untuk melihat-lihat. Namun, dia tidak menyangka Pamela benar-benar masuk ke dalam mobil itu.
Mata Bianca melotot. Apa yang terjadi!
Itu adalah Maserati edisi terbatas. Bagaimana Pamela bisa masuk ke dalam mobil mewah seperti itu?
Apakah dia pantas diperlakukan begitu?