Bab 74
Aku buru-buru bertanya, "Apa maksudmu?"
Bagas tidak menoleh dan juga tidak menjawab. Dengan tangan dimasukkan ke saku, dia berjalan pergi.
Apa itu berarti istri Fabian memiliki cukup bukti untuk menjebloskan suaminya ke penjara?
Kalau iya, mengapa dia tidak langsung melaporkan Fabian yang sudah menyiksanya selama ini?
Pasti ada alasan lain di balik semua ini.
Jangan-jangan, istrinya itu juga ikut terlibat, jadi ...
Dia ingin dihukum dengan Fabian?
Pikiranku penuh dengan berbagai dugaan. Sinar matahari pagi menembus awan dan jatuh tepat di bulu mataku. Aku mengerutkan kening karena silau dan mengangkat teleponku yang tiba-tiba berdering.
Aku berdiri dan menekan tombol hijau.
"Halo?" ujarku.
Terdengar suara yang akrab di telingaku. "Wilona?"
Itu suara Chelan.
Nada bicaranya datar seperti sedang bercakap-cakap dengan teman kantornya. "Aku dan timku sekarang ada di kaki gunung di Kota Alma, kapan kita bisa bertemu?"
"Mungkin agak siang. Kita mau bertemu di mana?"
"Biar kami saja yang menca
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link