Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Khawatir Jetro bisa bangun kapan saja, Naomi berjingkat dari tempat tidur untuk memakai pakaian, lalu dia menemukan gaunnya sudah robek. Dia menggertakkan gigi dan mengenakan kemeja Jetro sambil memeluk gaunnya dan menyelinap keluar ruangan itu seperti pencuri. Dia berjalan sangat cepat sehingga dia tidak menyadari bahwa saat dia memasuki lift, ada seorang wanita seksi dari ruangan lain yang mengumpat di panggilan telepon sambil berjalan menuju kamar tempat dia baru saja keluar. "Oke, oke, Kak Warti, aku akan memikirkan solusi lain untuk film itu. Aku lagi bersama Jetro. Tunggu aku menemaninya tidur dulu, kita akan mendapatkan semua yang kita inginkan!" Sally menutup panggilan telepon dengan cemas dan berlari ke pintu. Ketika dia sedang mempertimbangkan apakah akan menyuap pelayan untuk memberinya kartu kamar, dia tiba-tiba menemukan bahwa pintunya terbuka. Dia terkejut, lalu dengan hati-hati membuka pintu, bau yang kuat dan tak terkatakan keluar. "Apa yang terjadi?!" Melihat pria acak-acakan di atas sofa mulai terbangun, Sally tidak berani membuang waktu. Dia segera menutup pintu, melepas pakaiannya dan memeluk pria itu, menyelesaikan semua gerakannya dengan gesit. Saat pria itu perlahan membuka matanya, dia berpura-pura malas dan berteriak dengan manja. "Jetro ...." Setelah linglung sejenak, Jetro tiba-tiba sadar, lalu berdiri tegak dan menatap Sally dengan mengernyit. Jantung Sally berdebar kencang, tapi dia tetap menempel dengan patuh, berusaha merangkul lengan Jetro, "Nggak apa-apa, aku nggak akan mengancammu dengan masalah ini, selama aku bisa tetap di sisimu, aku sudah puas ...." "Plok!" Sebelum sempat menyentuh Jetro, tangan Sally sudah ditepis. Mata suram Jetro seolah mampu menembus hati orang, "Kamu yang membiusku 'kan?" Pupil mata Sally bergetar dan tanpa sadar dia langsung untuk menghindari tatapan tajam Jetro. Dia tersenyum kaku dan berkata, "Bagaimana mungkin? Apakah aku orang seperti ini di matamu?" "Aku tahu kapasitas minumku." Jetro memandangnya dengan tatapan dingin, "Itu hanya tiga gelas anggur merah." Menatap tatapan Jetro yang menyelidik, Sally bersikeras bahwa Jetro bernafsu untuk berhubungan seks karena mabuk. Melihat tatapan bersalah dan resah di matanya, Jetro mengangkat alisnya dan berdiri untuk mengenakan pakaian terlebih dahulu, tapi ternyata bajunya hilang. Dia mengerutkan kening dan hendak bertanya ketika dia tiba-tiba melihat kilatan cahaya berkedip di samping saku celananya. Saat mengenakan celananya, Jetro diam-diam mengambil aksesori itu dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Lalu dia menoleh ke arah Sally yang telanjang dan berkata dengan nada dingin. "Keluarlah, tunggu sampai aku selesai negosiasikan bisnis." Sally tidak berani berkata apa-apa, jadi dia segera mengenakan pakaiannya dan menuju pintu. "Tunggu!" Jetro tiba-tiba memanggil Sally dan melihatnya menoleh dengan panik, dengan dua anting mutiara besar tergantung di daun telinganya. "Besok ada rapat di perusahaan. Kamu pergi ke rumah tua sendiri." Saat Sally menutup pintu dan pergi, Jetro perlahan mengeluarkan anting di tangannya. Ini adalah anting kupu-kupu panjang yang terbuat dari pecahan berlian. Setelah berganti pakaian dari ruang ganti VIP pembalap, Naomi menggunakan kemeja Jetro sebagai kain pembungkus, membungkus roknya yang robek dan sepatu hak tingginya yang ditarik hingga patah itu, lalu membuangnya ke tempat sampah di tempat parkir. Quina pergi karena ada urusan mendadak dan meninggalkan kunci mobil untuk dia. Naomi berjalan ke tempat parkir sambil mengerutkan kening dan memikirkan kejadian malam ini. Dia tidak pernah menyangka bahwa Jetro adalah bos besar di balik layar. Dia sudah menyia-nyiakan satu setengah tahun usahanya di resor ini mulai dari penawaran hingga perencanaan. Naomi dengan kesal merapikan rambut yang berserakan ke belakang telinganya, tapi tiba-tiba tertegun ketika dia menyentuh daun telinganya yang kosong .... Di mana anting kupu-kupunya? Itu adalah hadiah ulang tahun dia yang kedelapan belas dari kakeknya! Sebuah firasat buruk tiba-tiba muncul di benaknya .... "Dasar bajingan, Jetro, aku sungguh sial bisa mengenalmu si pembawa bencana!" Jelas tidak realistis untuk kembali dan mencarinya sekarang, jadi Naomi dengan hati-hati memasukkan anting yang satu lagi ke dalam tasnya. Dia menekan kunci mobil dengan sedih dan akhirnya menemukan supercar Ferrari yang ditinggalkan Quina untuknya di bawah lampu berkedip di sudut kanan. Pada sudut yang rumit dan aneh, supercar tersebut terjepit di tempat parkir yang hanya mampu menampung satu mobil. Mobil lain yang sangat familier bagi Naomi adalah Bentley yang biasa digunakan Jetro. Cara terbaik sekarang adalah memanggil staf dan meminta pemilik Bentley untuk pergi terlebih dahulu. Kalau tidak, kalau dia memaksa supercar keluar, pasti akan menimbulkan goresan. Naomi melempar-lempar kunci mobil di tangannya, melihat sekeliling Bentley hitam mengkilat yang baru saja dirawat lalu tiba-tiba tersenyum nakal. Di ruang pribadi di lantai tiga Kabut Tebal, Jetro baru saja selesai melakukan rapat video perusahaan dan Sally tidak sabar untuk masuk ke dalam ruangan. Rasa malu dan gugup yang terlihat di wajahnya tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dan kebanggaan di baliknya. Jetro melempar ponselnya ke samping dengan santai dan tanpa sadar ingin menuang segelas sampanye untuk dirinya. Lalu seolah memikirkan sesuatu, dia mendorong botol itu dengan kesal, menyilangkan kaki dan bersandar di sofa sambil berkata dengan nada dingin. "Katakan padaku, apa yang kamu inginkan?" Sally terkejut dan berkata dengan lembut, "Jetro, kamu salah paham. Aku benar-benar nggak berniat menggunakan masalah ini untuk memerasmu. Aku hanya ...." "Lalu apa yang ingin kamu tukarkan?" Jetro bermain dengan pisau Swiss Army dengan tidak sabar dan berkata dengan santai, "Uang, status atau sumber daya?" Ketika Sally hendak berbicara lagi, dia mengulurkan tangan untuk menghentikan ocehan Sally. "Aku sedang terburu-buru, jangan hafalkan dialog drama TV vulgarmu di sini." Ekspresi Sally sedikit canggung, setelah lama mengamati ekspresi Jetro, dia akhirnya mengumpulkan keberanian dan berkata perlahan, "Katanya Pak Lubas akan kembali ke Indonesia dalam dua hari dan berencana untuk membuat film usaha patungan di luar negeri. Aku mau ...." "Oke." Jetro berkata dengan singkat dan jelas, "Ada apa lagi, katakan semuanya sekaligus. Aku nggak punya kebiasaan mencicil." Seolah-olah terluka oleh sikapnya yang terlalu berdarah dingin dan kejam, mata Sally sedikit merah dan ketika berbicara lagi, suaranya terisak. "Di matamu, apakah aku orang seperti ini? Kalau begitu, lebih baik aku nggak meminta apa-apa. Aku hanya ingin berada di sisimu selamanya!" "Kalau begitu kamu terlalu serakah." Jetro menundukkan kepalanya dan dengan cepat menulis serangkaian nomor di kertas lalu menyerahkannya kepada Sally, "Hubungi nomor ini, sebutkan namaku dan beri tahu dia kalau kamu ada permintaan. Mulai sekarang, seluruh studio mereka akan didedikasikan untuk melayanimu sendirian." Sally mengerutkan kening dan samar-samar mengenali nama yang dikenalnya di antara nomor-nomor itu dan matanya tiba-tiba melebar. "Bukankah ini perusahaan agen top dunia? Ya ampun, kamu baik sekali, Jetro ...." Nada dering ponsel tiba-tiba berdering. Jetro menyela teriakan gembira Sally dengan isyarat, lalu mengerutkan kening dan menjawab panggilan telepon. "Sudah kubilang, jangan ganggu aku sebelum jam tiga .... Apa? Mobilnya ditabrak?"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.