Bab 42
Jetro berjalan melewati Bu Melinda dengan wajah dingin menuju Tuan Besar Janto dan duduk, "Kakek."
Wajah Tuan Besar Janto pucat, seperti sedang koma, dia tak mampu menanggapi perkataan orang di sebelahnya.
Paman pertama, Yantono Barnes menghela napas dan merendahkan suaranya, "Kesehatan Ayah semakin buruk. Sudah waktunya panggil Labas kembali untuk membahas pemakaman Keluarga Barnes."
Paman ketiga, Yanuar Barnes juga mengangguk tanda setuju, "Ya, Ayah sudah bertahan begitu lama dan di penghujung aja. Sudah waktunya untuk didiskusikan."
"Kondisi fisik Kakek nggak akan ada masalah."
Jetro duduk di samping ranjang dan berkata dengan nada dingin sambil memandang kedua orang yang duduk jauh dengan tatapan serius.
Terhadap keponakannya, ternyata reaksi kedua orang itu sama saja, yaitu ketakutan.
Kini pendukung seluruh Keluarga Barnes yang paling mampu adalah Jetro.
Bisnis mereka mengandalkan dukungan Jetro setiap tahun untuk bertahan dari kesulitan, itu menunjukkan bahwa keduanya bukanlah pe
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link