Bab 97 Renata, Cukup
Ketika tatapan mereka bertemu, sorot mata Renata tampak begitu tenang, bahkan agak menghina.
Meski terlihat jelas matanya memerah, tak menunjukkan ekspresi sedih sedikit pun.
Calvin menatap matanya, lalu mengernyitkan dahi. "Kenapa kamu datang kemari? Bukannya kamu sudah pulang?"
Renata menarik napas dalam-dalam, mengatur emosinya, lalu melangkah masuk dengan percaya diri.
Pandangannya tertuju ke Calvin, berkata dengan suara datar, "Bukannya kamu masih di kantor?"
Kemudian, dia tersenyum tipis. "Sepertinya, kita saling berbohong. Jadi, nggak perlu debat soal siapa yang salah."
Mendengar percakapan mereka yang tak biasa, Yenni segera meredakan suasana. "Kak Renata, ya?"
Pandangan Renata tertuju kepada Yenni. Saat di pintu, dia tak bisa melihat dengan jelas, tetapi sekarang baru dia paham.
Kesan pertamanya terhadap wanita itu adalah kurus kering.
Wanita ini terlalu kurus sampai-sampai tulang lengannya terlihat menonjol.
Meskipun kurus, tetap tak bisa menutupi wajahnya yang rupawan. Kalau
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link