Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 2

Miguel secara naluriah melepaskan tangan wanita yang terletak di lengannya dan ekspresi wanita itu langsung membeku. "Apa aneh kalau aku datang ke pesta ulang tahun Lea? Kami juga teman." Valencia melihatnya dengan senyum yang samar, seolah-olah tidak terlalu tertarik. "Nggak, aku kira kamu nggak suka menghadiri pesta seperti ini, jadi aku nggak memberitahumu sebelumnya." Valencia tertawa dalam hati. Apa benar itu karena dia tidak suka, jadi Miguel tidak memberitahunya? Miguel sengaja tidak memberitahunya karena ingin membawa orang lain, 'kan? Setelah memberikan penjelasan, Miguel menatap dingin dan memindai sekeliling ruangan. Tatapannya seolah bertanya, siapa yang mengundang Valencia ke sini? Lea mengalihkan pandangannya dengan gugup. Dia tidak berani menatap Miguel dan pura-pura seolah ini tidak ada kaitannya dengannya. "Halo, kamu pasti Valencia, 'kan? Aku Molly, seharusnya Miguel sudah pernah cerita tentangku." Wanita yang datang bersama Miguel itu dengan melangkah maju duluan dan menyapa Valencia. Oh, ternyata dia Molly, cinta pertama Miguel yang selalu dikenangnya. Hati Valencia terasa sangat sakit dan dadanya terasa sesak. Dia sudah menjalin hubungan dengan Miguel selama tiga tahun, jadi perasaan itu tidak bisa hilang dalam semalam. Namun, dia bisa menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik. Valencia tersenyum tipis dan mengangguk. "Nona Molly, senang bertemu denganmu." Molly tersenyum lebar melihatnya. "Nona Valencia, apa ada yang pernah bilang kalau kita berdua mirip?" Begitu kata-kata itu keluar, ekspresi Miguel langsung berubah menjadi dingin. Valencia tersenyum sinis pada Miguel, lalu mengalihkan pandangannya dan bertemu pandang dengan tatapan Molly yang agak menantang. "Oh, ya?" Valencia mengedipkan mata cokelatnya yang berkilauan, lalu berkata dengan nada yang pura-pura tidak mengerti, "Tapi aku rasa nggak kok, kamu nggak secantik aku." Orang-orang yang sedang menonton terkejut. Bukannya Valencia selalu terkenal sebagai orang yang lemah lembut dan penurut? Kenapa hari ini dia berbicara setajam ini? Melihat suasana mulai canggung, Lea cepat-cepat mencoba mengalihkan topik. "Ayo, jangan berdiri di situ. Ayo duduk." Molly menahan rasa kesalnya pada Valencia, memaksakan senyumnya, dan menyerahkan hadiah yang dibawanya kepada Lea. "Selamat ulang tahun, Lea, ini hadiah untukmu." Lea menerima dan melihat hadiah itu. Dia terkejut karena tas hadiah yang dia terima persis sama dengan tas hadiah yang diberikan Valencia tadi. Dia membuka kotak hadiah di dalam tas itu. "Wow, aku sudah lama ingin kalung ini! Terima kasih, Kak Molly." Valencia tertegun sejenak. Kenapa ini bisa sama persis dengan kalung yang dia beri tadi? Lea kemudian membuka tas hadiah yang diberikan Valencia. "Wow! Valencia, kamu juga memberiku kalung yang sama!" "Itu pasti palsu." Salah satu teman perempuan Lea yang berdiri di belakangnya dengan asal berkata tanpa melihatnya, "Kalung itu harganya lebih dari 100 juta, sedangkan Valencia hanya seorang pengacara kecil, berapa banyak gajinya sebulan? Mana mungkin dia bisa membeli kalung semahal itu untukmu?" Begitu kata-kata itu terdengar, suasana langsung menjadi hening. Semua mata langsung tertuju pada Valencia. Jelas sekali, mereka semua setuju dengan apa yang baru saja dikatakan orang itu. Dia yang hanya seorang pengacara kecil dan tidak dikenal, tidak akan mau menghabiskan uang sebanyak itu untuk membeli barang asli dan memberikannya kepada Lea. Wajah Miguel langsung berubah menjadi sangat suram. "Valencia, kalau kamu kehabisan uang, bilang saja padaku, aku bisa bantu siapkan hadiahnya. Kenapa kamu ... " Kenapa kamu memberikan barang palsu? Kata-kata berikutnya yang ingin dikatakan Miguel tidak bisa dia katakan, tetapi orang-orang di ruangan itu sudah memahaminya. Valencia menatap dingin ke arahnya. "Miguel, apa kamu juga berpikir kalau hadiah yang aku berikan itu palsu?" Miguel menatapnya dengan wajah muram dan tidak menjawab. Dia menganggap itu benar. Lea tertawa canggung, lalu berusaha memperbaiki suasana. "Nggak mungkin gitu, kok. Aku dan Valencia dekat, mana mungkin dia memberiku barang palsu? Kalian jangan gitu, bisa melukai hatinya, loh." Namun, meski dia berkata begitu, Valencia masih bisa melihat sedikit rasa kesal di mata Lea. Hati Valencia terasa dingin. Alasan dia membeli kalung seharga lebih dari 100 juta ribu untuk Lea adalah untuk berterima kasih atas perhatian yang pernah Lea berikan padanya. Tiga tahun yang lalu, Valencia bertengkar hebat dengan keluarganya karena menolak perjodohan, dan akhirnya pergi ke Kota Celestia seorang diri. Ayahnya, William Kylie, memblokir kartu banknya dan memutuskan sumber pendapatannya. Dia tidak menggunakan satu pun koneksi dari keluarga Kylie dan berhasil mendapatkan pekerjaan di sebuah firma hukum hanya dengan usahanya sendiri. Pada tahun pertama, Valencia bekerja sebagai pengacara magang dengan gaji 8 juta sebulan. Setahun kemudian, dia mendapatkan sertifikat pengacara dan gajinya sedikit meningkat, tetapi masih tidak tinggi. Di mata orang-orang ini, dia hanya seorang wanita miskin. Anak-anak dari lingkaran sosial Miguel selalu meremehkannya karena dia "miskin". Setiap kali mereka berkumpul, mereka terang-terangan mengucilkannya dan menghindarinya. Miguel tidak memperhatikan, tetapi Lea beberapa kali membantunya keluar dari situasi sulit dan dengan mengajaknya mengobrol duluan. Valencia masih berpikir kalau Lea berbeda dari yang lain, tetapi ternyata, dalam hatinya, Lea juga memandang rendah dirinya. Sungguh konyol. Malam saat dia setuju dengan perjodohan itu, William mengembalikan akses kartu banknya. Seratus juta, bagi Valencia itu seperti seribu rupiah. "Berikan kalung itu padaku, nanti aku akan membelikan hadiah ulang tahun yang lain untukmu." Miguel berkata lagi, "Valencia nggak mengerti, maafkan dia." Lea menatap Valencia dan Miguel, lalu terjebak dalam dilema. Kalau dia tidak memberikan kalung itu kepada Miguel, berarti dia tidak menghormatinya. Namun, kalau dia memberikannya, itu berarti dia juga menganggap kalung itu adalah barang palsu. Secara eksternal, itu akan mempermalukan Valencia, tetapi karena Valencia adalah pacar Miguel, pada kenyataannya, yang kehilangan muka tetaplah Miguel. "Kalau dia suruh kamu kasih, kasihkan saja," kata Valencia sambil menyilangkan tangan di dada sambil menatap Miguel dengan dingin. Lea akhirnya menyerahkan kalung itu pada Miguel. Molly yang berdiri di samping tiba-tiba berkata, "Miguel, jangan menyalahkan Nona Valencia, dia hanya berniat baik." Miguel tidak berkata apa-apa dan tetap dengan wajah suram. Pada saat itu, seseorang mengusulkan untuk bermain permainan agar suasana sedikit lebih ringan. Molly tersenyum, bergabung untuk minum, dan bermain bersama mereka. Valencia yang tidak suka keramaian, jadi dia pergi duduk sendiri di sofa yang ada di sudut ruangan. Miguel berjalan ke arahnya dengan wajah dingin dan duduk di sampingnya. Valencia tidak menghiraukannya dan terus bermain dengan ponselnya. Setelah beberapa saat, Miguel berkata dengan pelan, "Kamu bisa memberikan hadiah yang lebih murah, itu lebih baik daripada memberi barang palsu." "Kalau kamu pikir itu palsu, kembalikan saja padaku." Valencia menatap ponselnya, suaranya datar dan tidak peduli. "Kamu tahu 'kan kalau ini mempermalukanku?" Valencia menutup mata dan menarik napas dalam-dalam, lalu tiba-tiba membuka matanya. Dia menatap Miguel. "Aku mempermalukanmu? Lihat saja setruk pembeliannya di dalam tas, kenapa kamu nggak bisa memeriksanya sendiri? Kalau perlu, aku bisa mengantarmu ke toko untuk memverifikasi dengan staf di sana." Miguel tertegun sejenak, lalu menunduk untuk mencari setruk itu. Setelah melihat setruknya, Miguel baru percaya kalau kalung itu asli. Wajahnya agak melunak dan nada suaranya juga menjadi lebih lembut. "Kenapa kamu nggak memberitahuku ada setruk tadi?" Valencia mendengkus dingin. "Malas bicara." Setelah itu, dia kembali sibuk dengan ponselnya. Setelah beberapa saat, Miguel akhirnya meminta maaf dengan suara rendah. "Maafkan aku, tadi aku salah paham tentangmu." Valencia pura-pura tidak mendengarnya dan tetap fokus pada permainan di ponselnya. Miguel tetap duduk di sampingnya tanpa berkata apa-apa, tetapi matanya terus tertuju pada kelompok orang yang sedang bermain permainan. Lebih tepatnya, matanya tertuju pada Molly. Valencia selesai memainkan permainan di ponselnya. Kebetulan dia menatap ke arah Miguel yang sedang menatap Molly. Molly kalah dalam permainan dan dipaksa untuk minum lebih banyak alkohol. Awalnya, Miguel masih bisa menahan diri. Namun, saat dia melihat Molly sudah meminum gelas ketiga dan bersiap untuk meminum gelas keempat, dia tiba-tiba berdiri, berjalan cepat ke arah Molly, dan merebut gelasnya. "Lambungmu nggak baik, tapi masih minum banyak alkohol. Molly, apa kamu nggak takut mati?" Semua orang bisa melihat kalau Miguel marah. Ruang VIP yang tadinya ramai langsung hening. Semua orang menatap mereka berdua. Molly menatap Miguel dengan tatapan penuh kemarahan, "Kenapa harus ikut campur?" "Kamu nggak boleh minum lagi." Miguel memindai sekeliling orang-orang yang sedang bermain permainan dengan dingin, lalu berkata dengan wajah suram, "Siapa yang berani memaksanya minum lagi?" Orang-orang itu segera mengalihkan pandangan, tidak ada yang berani menatapnya. Valencia duduk di sofa, melihat tontonan ini dengan mata dingin, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Molly berdiri untuk merebut gelas itu kembali. Miguel mengangkat gelasnya tinggi-tinggi dan tidak memberinya kesempatan. Molly berjinjit, tetapi kehilangan keseimbangan dan jatuh ke pelukan Miguel. Miguel secara otomatis melingkarkan satu tangan di tubuh Molly. "Hati-hati, kenapa setelah bertahun-tahun, kamu masih saja ceroboh?" Pipi Molly merona. Dia bersandar di pelukan Miguel, menatapnya dengan mata lembut, dan suaranya terdengar manja. "Miguel, kamu benar-benar menyebalkan." Orang-orang di sekitar mulai bersorak lagi. Miguel baru saja hendak berkata sesuatu, tetapi saat dia melihat ke depan, matanya bertemu dengan mata Valencia yang sangat dingin.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.