Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 19

Setelah berkata demikian, Steven memanggil Lukman untuk masuk ke ruang kerjanya. Gea segera merapikan roknya sebelum Lukman masuk dan duduk di sofa. Saat Steven keluar dari ruang kerja, dia melihat Gea duduk diam, seperti seekor kucing kecil yang kebingungan Sayangnya hatinya terbuat dari besi, dia tidak merasa iba sedikit pun. Melihat Steven keluar, Gea segera menghapus air mata di wajahnya, bahkan dia berusaha tersenyum meski ada beberapa luka kecil di tubuhnya. Steven melemparkan surat perjanjian ke hadapannya. "Dalam sepuluh menit kamu harus udah pergi. Aku nggak mau lihat muka kamu di sini." Steven lalu berjalan menuju kamar mandi. Gea mengambil perjanjian pra-nikah itu dan membacanya dengan serius. Isi perjanjian itu sederhana, selama pernikahan, Steven akan mengambil alih manajemen Grup Sutedja tanpa bayaran, menggantikan Candra sampai ayahnya sadar. Sebagai istrinya, Gea harus menjaga nama baik keluarga dan memperlakukan Tristan seperti anak kandungnya sendiri. Pesan ini menekankan bahwa Gea harus sepenuhnya patuh pada setiap perkataan Steven dan pernikahan ini dapat diakhiri kapan saja. Jika hal tersebut terjadi, Gea harus segera pergi tanpa membawa apa pun. Menatap bagian akhir perjanjian itu, Gea tersenyum getir. Masa depannya kini terikat pada pria dingin ini, dan dia harus siap mengurusnya. Tidak ada juga penyebutan tentang anak dalam perjanjian itu, menunjukkan betapa Steven sama sekali tidak ingin menyentuhnya, apalagi memiliki anak bersamanya. Meski terasa sedih, Gea tanpa ragu menandatangani perjanjian tersebut. Lukman menyimpan perjanjian itu dan berkata dengan sopan, "Selamat, Nona Gea. Sekarang, Anda resmi menjadi bagian dari keluarga Lazuardi. Saya Lukman, kepala pelayan di sini. Besok pagi pukul delapan, saya harap Anda dapat hadir tepat waktu di Kantor Urusan Agama." Apa besok mereka akan menikah?! Gea mengangguk, "Terima kasih Pak Lukman, saya pasti akan datang tepat waktu. Lalu, mengenai adik perempuan saya bagaimana, ya?" Dia masih agak khawatir. Lukman tersenyum, "Anda boleh pulang dulu. Pak Steven bilang dia bakal nganterin adik perempuan kamu ke keluarga Sutedja sebelum tengah malam. Dia pasti akan nepatin janjinya." Entah mengapa, Gea merasa yakin pada ucapan Lukman. "Saat keluar dari kamar Steven, Gea merasa seolah baru saja terbangun dari mimpinya. Dia benar-benar akan menikah dengan seorang pria asing!" Tidak lama setelah Gea pergi, Steven keluar dari kamar mandi dan memberi perintah kepada Lukman, "Awasi dia." Tristan akan diasuh oleh Gea dan keselamatan anaknya akan menjadi tanggung jawab perempuan itu. Setiap langkah yang diambil oleh Gea harus di bawah kendalinya, karena jika tidak, Steven tidak akan merasa tenang. Saat Gea keluar rumah, dia melihat Cynthia dan beberapa orang yang dia kenal berdiri tidak jauh dari sana. "Kakak." Beberapa pria melihatnya dengan cemas dan serentak memanggil Gea. Gea menyembunyikan tangannya yang terluka di belakang punggung. Mereka adalah Lukas dan Wildan. Lukas menghampiri Gea dengan wajah penuh sesal, "Kami baru denger apa yang terjadi di rumah. Tenang aja, Kak Sony pasti bakal..." "Lukas." Gea dengan tenang menghentikannya, "Aku udah bilang, jangan panggil aku kakak lagi, ini yang terakhir kalinya, ya!" "Terima kasih ya atas perhatian kalian. Aku baik-baik aja, keluargaku juga. Tapi, jangan sebut-sebut namaku lagi di depannya, ya. Dia sama ceweknya bisa marah. Jadi mending nggak usah, ya!" Lukas mereka sangat tidak puas, "Kakak ipar, jadi kamu dan kakak tertua benar-benar pisah?" Mereka tidak suka wanita yang lemah dan polos seperti Silvia. Gea jauh lebih baik dibandingkan perempuan itu. Selama enam tahun, Gea telah melalui banyak kenangan bersama. Mereka sudah menganggap Gea sebagai kakak ipar dan tidak ada yang dapat menggantikan posisinya. Namun Gea hanya menepuk bahunya dan berkata dengan tulus,"Senang kenal sama kalian. Semoga sukses, ya!" Setelah itu, Gea pergi tanpa menoleh lagi. Lukas dan teman-temannya hanya bisa memandang punggungnya yang semakin jauh. Mereka tidak mengerti mengapa Sony melepaskannya begitu saja. Keluar dari rumah, Gea melihat Bobby berdiri di samping mobilnya dan menatapnya tajam. Gea segera naik ke dalam mobil Bobby. Perempuan itu hanya diam dan langsung mengeluarkan ponselnya, karena terdengar panggilan masuk. "Gea, kamu ada di mana, kenapa nggak angkat telepon?" Panggilan ini berasal dari Ibunya, dengan suaranya gemetar dan menahan emosi, "Kamu udah ketemu sama adikmu belum? Cepat kasih tahu Ibu dia di mana, cepat kasih tahu..." Gea segera berkata dengan lembut, "Bu, nanti aku jemput di rumah sakit, ya. Pas Ibu pulang ke rumah, Ibu bisa langsung lihat Sherly." Dia merasa lega karena berhasil meyakinkan Steven, jika tidak, mungkin dia akan menjadi gila. Baru saja menutup telepon, tiba-tiba Bobby berteriak dengan kencang sambil memukul jendela mobil, "Dia nggak berguna, kenapa malah bunuh diri?!" Gea memiliki hubungan yang berbeda dengan Bobby dan Lukas. Dia mengenal Bobby sejak dia masih di taman kanak-kanak dan mereka seperti saudara. Dia tahu Bobby mengkhawatirkannya, tetapi saat ini dia tidak berniat menenangkannya. Pria itu harus belajar menerima kenyataan. "Kamu mau membawaku pergi ke mana?" Gea menatap Bobby, "Ini bukan jalan ke rumah sakit." Bobby tetap lurus memandang ke depan dan mengacuhkan Gea. Gea tersadar, mereka menuju ke rumah Sony! Dengan wajah pucat Gea berteriak kepada Bobby, "Berhenti! Berhenti! Kamu nggak lihat sekacau apa aku?" Dia sekarang tidak memiliki apa-apa, hanya harga dirinya yang masih dia miliki. Apa sekarang dia juga ingin merampasnya? Bobby menggertakkan giginya dengan marah, "Aku nggak akan biarin kamu nikah sama Steven yang kayak iblis. Semua masalah ini karena Sony, dia harus bertanggung jawab!" Gea tersenyum dengan sinis, "Dia nggak akan peduli, kamu nggak tahu betapa dia membenci keluarga Sutedja sekarang?" Namun, diam-diam, dia masih menyimpan harapan keci untuk Sony. Mobil berhenti di depan rumah Sony, Bobby segera menghubunginya. Setelah beberapa kali berdering, akhirnya Sony menjawab, "Sony, aku dan Gea ada di depan rumah kamu. Keluar sebentar, ada yang mau diomongin." Gea melihat tirai kamar Sony terbuka, cahaya lampu menyinari sekitar jendela dan bayangan tubuh Sony terlihat di sana. Bobby menekan tombol pengeras suara sehingga suara Sony terdengar di dalam mobil,"Udah, aku udah ngomongin semuanya, Nggak perlu ketemu dia lagi." Bobby mendengarkan suara Sony yang datang sehingga membuatnya kehilangan kesabaran, "Sony, tahu nggak Gea ke mana malam ini?" Dia berkata, "Aku udah nggak peduli." Bobby melihat kesedihan di wajah Gea dan amarah yang terpendam dalam hatinya tidak bisa lagi ditahan. Kemudian, tangan kecil Gea meraih ponselnya dan berkata,"Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan langsung sama kau." Dia ingin memberi tahu Sony secara langsung, "Sony, besok aku akan menikahi pria itu bernama Steven," Namun, kata-kata itu tertahan di dalam hatinya.'

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.