Bab 9 Aku Tidak Punya Orang Tua!
"Oh, aku nggak punya orang tua." Setelah jeda selama beberapa detik, senyum simpul kembali muncul di wajah Ivana. Dia hanya menjawab dengan tenang.
Perubahan ekspresinya tadi begitu cepat, seperti ilusi sekejap. Namun, staf produksi bisa melihatnya. Para penonton di ruang siaran langsung juga bisa melihatnya.
Maria yang berdiri dengan bantuan Jovian, tampak membelalakkan mata karena terkejut.
Kenapa Ivana mengatakan bahwa dia tidak memiliki orang tua?
Jela-jelas dia punya!
Terlebih lagi, orang tuanya itu sangat kaya!
Apakah berbohong di depan kamera TV seperti ini tidak terlalu berlebihan?
Maria mengira acara ini adalah produksi stasiun TV.
"Maaf," ucap salah satu staf dengan cepat.
"Nggak masalah." Ivana menjawab dengan senyum yang tenang.
[Kakak Jahat ini nggak punya orang tua? Apa dia yatim piatu?]
[Kenapa menyedihkan sekali? Apa kita sudah keterlaluan menyerang dia selama ini?]
[Tiba-tiba aku jadi merasa nggak tega.]
[Untuk apa memikirkannya? Orang yang menyedihkan pasti punya sisi menyebalkan juga! Coba pikirkan semua tingkah menyebalkannya dulu!]
Dengan begitu itu, orang yang membenci Ivana mulai kembali membanjiri komentar dengan cerita tentang keburukan masa lalu Ivana. Misalnya saja Ivana yang duduk santai, sementara senior berusia tujuh puluhan berdiri. Ivana yang menjulurkan kaki untuk menjatuhkan aktris muda. Ivana yang merebut peran orang lain. Ivana yang dengan sengaja membiarkan dirinya difoto saat mengobrol dekat dengan aktor top, lalu menyebarkan foto itu ke internet ....
[Sungguh menyebalkan!]
[Status yatim piatu bukan alasan untuk berbuat semena-mena!]
Setelah pengambilan gambar sederhana di rumah Keluarga Torin selesai, Ivana pun ikut pergi bersama dengan staf produksi.
"Jaga Nenek baik-baik, Kakak akan pulang dalam beberapa hari," kata Ivana sambil mengelus kepala adiknya dengan lembut.
Jovan tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala pelan.
...
Di dalam mobil van menuju lokasi, staf mulai memperkenalkan tempat tujuan secara singkat, serta menjelaskan aturan-aturan selama acara berlangsung. Mereka juga memutar video profil para peserta lainnya.
Ivana di kehidupan sebelumnya tidak memiliki waktu untuk mengidolakan siapa pun. Bahkan televisi di rumah neneknya pun rusak.
Jadi, Ivana tidak terlalu mengenal para artis. Ditambah lagi, Ivana pernah hidup 300 tahun di dunia kultivasi. Selain kenangan yang benar-benar penting baginya, sisanya sudah kabur.
Oleh karena itu, Ivana memperhatikan semuanya dengan sungguh-sungguh.
Sambil menonton, Ivana juga mencatat serta mencari info tentang para bintang itu lewat ponselnya.
Wajahnya tampak serius, seperti orang yang sedang belajar dengan sungguh-sungguh.
Beberapa hari lalu, Ivana baru mengurus ulang kartu identitas dan kartu bank. Kemudian, dia membeli ponsel pintar dengan harga yang cukup murah.
Setelah mendapat izin dari Ivana, juru kamera mulai merekam layar ponselnya.
[Apa ini serius? Apa Kakak Jahat ini aktingnya nggak terlalu berlebihan? Wajar kalau dia nggak mengenal artis-artis pendatang baru, tapi apa mungkin dia juga nggak mengenal idol atau aktor top?]
[Dia sendiri seorang artis! Dari sini jelas terlihat kalau Kakak Jahat itu adalah tukang cari perhatian.]
[Apa hanya aku yang menyadari hal ini? Ponsel Kakak Jahat ini harganya hanya 1,4 juta!]
[Jelas sekali dia sedang membangun karakter baru! Karakter yang menyedihkan!]
Para staf tentu saja memperhatikan reaksi dari ruang siaran langsung. Mereka menoleh ke arah Ivana dengan rasa penasaran sambil bertanya, "Bu Ivana, siapa yang paling kamu kenal dari antara semua tamu ini?"
Jari Ivana yang sedang menggulir layar ponsel langsung berhenti. Yang paling dia kenal tentu saja adalah Finley dan Olivia ....
"Aku nggak terlalu kenal dengan siapa pun," jawab Ivana sambil menggelengkan kepala.
[Ini sudah keterlaluan!]
[Apakah dia sudah kecanduan berakting?]
Staf yang melihat komentar buruk itu justru tampak santai.
Jika ada kontroversi, itu artinya ada perhatian dari netizen.
Jika acaranya terlalu damai, justru tidak akan menarik!
...
Mobil van mengantar Ivana sampai di kaki sebuah gunung.
Ivana turun dari mobil, lalu menengok ke kiri dan kanan. Tampaknya para peserta lain belum datang.
Namun, Ivana memahami aturan dunia hiburan dengan sangat baik. Artis yang populer akan selalu datang terakhir.
Sebagai artis kecil yang nyaris tidak memiliki nama, tentu saja dia harus datang pertama.
Tak lama kemudian, sebuah mobil datang. Dari dalam, turunlah seorang pemuda tampan dengan penampilan modis. Rambutnya berwarna abu-abu kekinian.
Berkat riset singkat tadi, Ivana tahu bahwa pemuda ini adalah pemenang dari sebuah ajang pencarian bakat yang sangat populer. Namanya William Milano, berusia 20 tahun, memiliki keahlian menyanyi dan menari. Katanya, dia adalah blasteran yang lahir di negara wilayah barat. Kemudian, dia pindah ke Negara Krais saat masih remaja untuk jadi trainee, hingga akhirnya melakukan debut di Negara Canio.
"Halo!" Mereka saling menyapa satu sama lain.
Setelah memperkenalkan diri secara singkat, mereka mulai mengobrol dengan canggung.
Ivana merasa William adalah orang yang sangat sopan, ramah, serta memiliki perilaku baik. Pemuda ini berbicara dengan menatap mata lawan bicara, serta menunjukkan senyum yang lembut dan hangat.
[Wah! Ada kesayanganku!]
[Sayang, jangan terlalu dekat dengan Kakak Jahat, nanti kamu akan dimanfaatkan untuk mencari sensasi.]
[William, berhati-hatilah! Dia bisa saja menjebakmu!]
Di ruang siaran langsung keduanya, para penggemar William mulai tampak cemas.
Namun, William yang tidak menyadari apa-apa, tetap melanjutkan obrolan canggung dengan Ivana.
Saat mereka mengobrol, satu van lagi datang.
Dari dalamnya turun seorang pria dan wanita. Ivana melirik mereka sekilas, lalu dengan ekspresi acuh tak acuh langsung mengalihkan pandangan, menatap pemandangan di sekitarnya.