Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 13 Oliver Menduga, Elim Pasti Masih Muda

Felicia memeriksa nadi Oliver, lalu memanggil Leonard. Dia menjelaskan kondisi Oliver dengan suara pelan. Masalah utama Oliver bukan pada jantungnya, melainkan pada tumor kecil yang sangat halus di tubuhnya. Tumor itu punya kemungkinan untuk membesar atau menyebar. Oleh karena itu, ada dua opsi yang bisa dilakukan sekarang. Satu adalah melakukan operasi untuk mengangkat tumor dan mengirimnya untuk diperiksa apa itu jinak atau ganas. Kedua, pengobatan konservatif, yaitu dengan minum ramuan obat tradisional dan akupunktur. Hanya saja, pengobatan konservatif membutuhkan waktu lebih lama, sementara operasi bisa menyelesaikan masalah lebih cepat. Setelah mendengarkan penjelasan Felicia, alis tebal dan indah milik Leonard berkerut. Dia merenung sejenak sebelum akhirnya perlahan membuka suara. "Guru Elim, apa tumornya bisa hilang kalau menggunakan obat tradisional dan akupunktur?" Felicia mengangguk. "Bisa, tapi proses ini agak lama, memakan waktu sekitar tiga bulan. Selama waktu ini, saya akan menjaga jantung Kakek Oliver, tapi syaratnya adalah Pak Oliver juga harus bekerja sama dengan saya. Jangan sampai emosinya terlalu naik turun." "Keluarga juga harus bekerja sama karena hasilnya nggak secepat operasi. Selama pengobatan dengan obat tradisional, mungkin akan muncul beberapa reaksi abnormal, dan itu wajar." "Selain itu, untuk akupunktur, biasanya setelah selesai akan ada rasa sakit di tubuh. Keluarga harus memastikan agar Pak Oliver merasa nyaman dan tetap tenang." "Saya akan berdiskusi dulu dengan kakek." "Baik, setelah mengambil keputusan, segera beri tahu saya." Felicia menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Leonard, lalu meninggalkan kamar VIP bersama Connie. Leonard memegang laporan hasil pemeriksaan itu dan membacanya sekali lagi. Hasil itu sebenarnya sudah sering dia lihat dari berbagai rumah sakit sebelumnya. Setiap rumah sakit awalnya mengatakan kalau kondisi kakek tidak terlalu serius. Namun. setelah dilakukan pemeriksaan lebih mendalam, tidak ada satu pun dokter yang berani mengambil kasus ini. Seperti yang dijelaskan oleh Felicia, posisi tumor kecil itu sangat berbahaya. Operasi di area itu sangat berisiko dan kebanyakan dokter tidak berani melakukannya. Hanya dokter kelas internasional seperti Elim yang bisa menangani operasi semacam ini. Sebelum bertemu Elim, Leonard masih punya sedikit harapan. Namun, setelah bertemu, Elim ternyata seorang wanita tua dan hampir seumuran dengan kakeknya. Apa dia benar-benar mampu bertahan selama operasi yang begitu panjang? Apalagi wanita tua itu memakai kacamata presbiopi. Bagaimana kalau saat operasi terjadi sedikit saja kesalahan posisi ... Leonard tidak sanggup membayangkan konsekuensi dari hal itu. Namun, kalau dia tidak memercayai Elim, lalu siapa lagi yang bisa dia percayai untuk melakukan operasi ini? "Leon, kemarilah." Oliver memanggil Leonard yang terlihat murung dan dikelilingi aura kelam. Leonard tersadar dari lamunannya, lalu berjalan mendekati tempat tidur. "Ada apa, Kek?" "Kakek heran sama wajahmu yang cemberut. Kenapa? Apa Kakek akan mati?" "Nggak, Kakek, jangan bicara sembarangan." "Kalau gitu, ceritakan padaku apa yang dokter wanita tua itu katakan padamu tadi." Leonard terdiam beberapa saat, lalu akhirnya menceritakan kondisi kakeknya yang sebenarnya. "Kalau gitu, operasi saja!" "Kakek kira ini masalah besar." Oliver tersenyum. "Jangan lihat dia sebagai wanita tua. Dari cara dia menatapku tadi, Kakek bisa tahu kalau dia masih muda." "Selain itu, nggak ada kerutan sedikit pun di tangan wanita itu. Itu sama sekali nggak seperti tangan orang tua." "Hah?" Leonard tertegun sejenak. Dia memang tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Oliver. "Katanya kamu pintar! Tapi terkadang kamu bodoh seperti kerbau." Oliver mengetuk kepala Leonard. "Kalau kamu nggak percaya, waktu kamu melihat Elim lagi, perhatikan tangannya baik-baik." Oliver berkata dengan tenang dan percaya diri. Elim berambut putih, mengenakan jas putih, memakai kacamata presbiopi, dan bahkan mengenakan masker. Jelas sekali kalau dia menutupi hampir seluruh penampilannya dengan sengaja. Mana mungkin seseorang yang dikenal sebagai dokter ajaib kelas internasional yang sulit ditemui akan tampil begitu saja di depan umum? Elim sudah menangani banyak pasien sebelumnya, tetapi apa ada satu saja pasien yang berani mengatakan kalau mereka pernah melihat wajah aslinya? Apa yang dipikirkan oleh Oliver, sekarang juga terpikirkan oleh Leonard. Hanya saja, karena terlalu khawatir, dia tidak sempat memikirkan hal-hal itu sebelumnya. Sekarang, setelah mendengar penjelasan Oliver, semuanya menjadi masuk akal bagi Leonard. "Kalau gitu, kita lakukan saja operasinya tanpa ragu." Oliver menatap cucunya dan berkata sambil tersenyum, "Mengenai minum obat tradisional ditambah akupunktur, tiga bulan itu terlalu lama." "Kakek nggak bisa menunggu selama itu." "Selain itu, Elim berani mengatakan kalau waktu tiga bulan itu sudah cukup untuk perawatan, itu artinya tumor ini hampir pasti jinak. Dia cuma nggak ingin memberi jaminan mutlak." Leonard mengangguk. "Aku mengerti, Kek." "Aku akan pergi menemui Guru Elim." "Ya, pergilah!" Oliver tidak bisa tinggal di rumah sakit selama tiga bulan. dia masih punya urusan di Vila Meditania, di mana Felicia, gadis kecil yang malang itu sedang menunggunya. Dia baru saja berjanji kepada Esther untuk menjaga cucunya, tetapi keesokan harinya dia malah meninggalkan Felicia. Kalau dia harus tetap tinggal di luar kota selama tiga bulan, bukannya itu terlihat seperti dia sengaja mengabaikan gadis itu? Itu adalah sesuatu yang tidak akan pernah dilakukan oleh dirinya! Oliver mengeluarkan ponsel dan menelepon Felicia. Setelah telepon berdering beberapa kali, Felicia pun mengangkatnya. "Halo, Kakek Oliver." "Chacha! Kamu sudah makan belum? Gimana dengan magangmu? Jangan lupa untuk kembali tinggal di Vila Meditania, ya!" Suara Oliver terdengar sangat lembut dan perhatian. "Maaf, ya! Kakek tiba-tiba ada urusan mendesak dan harus meninggalkan Kota Aldeas, jadi belum sempat menjamu kamu dengan baik!" "Nggak apa-apa, Kek, aku baik-baik saja. Kakek nggak perlu khawatirin aku. Setelah selesai magang, aku akan kembali tinggal di Vila Meditania." Felicia berkata dengan lembut, "Kakek Oliver, selesaikan saja urusan Kakek dulu. Nanti setelah Kakek kembali, aku akan membuatkan kue osmanthus untuk Kakek." "Oke! Kalau gitu, Chacha juga harus jaga kesehatan, ya. Jangan terlalu capek. Kalau uang sakumu kurang, bilang saja pada Kakek, nanti Kakek kirimkan." "Uangku masih cukup. Makasih, Kek." "Guru, ada orang yang datang." Connie tiba-tiba mengingatkan dengan suara pelan. Felicia menoleh dan melihat sosok Leonard. Dia langsung memelankan suaranya dan buru-buru mengakhiri teleponnya dengan Oliver. Untungnya, dia belum mengganti pakaian dan penampilannya. Setelah Felicia menutup telepon, dia berbalik dan melihat Leonard yang masuk. Tatapan pria itu tertuju padanya dengan aura yang sulit dijelaskan dan penuh misteri. Felicia tidak menunjukkan perubahan ekspresi, mematikan ponselnya, dan menyimpannya di saku. "Pak Leonard, apa Anda dan keluarga sudah berdiskusi?" "Masih ada beberapa hal yang kurang saya mengerti, jadi saya ingin meminta Guru Elim menjelaskannya lagi kepada saya." Leonard menyerahkan hasil pemeriksaan Oliver dan Felicia mengulurkan tangan untuk menerimanya. Namun, Leonard tidak melepaskannya. Felicia menatap pria itu, lalu menarik laporan itu perlahan. Baru setelah itu, Leonard melepaskan laporan itu. Dalam momen itu, mata Leonard sempat memperhatikan tangan Felicia dengan saksama. Sesuai dengan apa yang dikatakan Oliver, tangan Guru Elim ini memang putih bersih dan halus, sama sekali tidak terlihat seperti tangan orang tua. "Pak Leonard, bagian mana yang masih kurang jelas?" Felicia tetap bersikap profesional. Sebagai seorang dokter, kalau ada keraguan dari pihak keluarga pasien, sudah menjadi tugasnya untuk memberikan penjelasan hingga mereka paham. "Tentang tumor kecil itu." Leonard menunjuk salah satu bagian laporan dengan jarinya. "Kalau dilakukan operasi, apa pemulihannya akan lebih cepat dibandingkan dengan metode obat tradisional dan akupunktur?" Felicia mengikuti arah jarinya untuk melihat laporan tersebut, lalu mengangguk. "Saya akan menjelaskan lebih rinci kepada Pak Leonard." Felicia mengambil pena dan menjelaskan satu per satu kepada Leonard. Namun, meski Leonard tampak serius mendengarkan, sebenarnya pikirannya terus terfokus pada tangan Felicia.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.