Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 10 Kebetulan atau Rencana?

Oliver menutup telepon dengan marah. Dia memarahi Leonard berkali-kali di dalam hatinya. Pergi liburan bukanlah hal yang mendesak, jadi kenapa tidak langsung pulang saja dan berbicara secara langsung? Sekarang Felicia baru saja pindah ke rumah keluarga Osbert, bahkan belum sempat tidur semalam pun di sana. Namun, keesokan harinya, mereka malah akan keluar rumah dan meninggalkan gadis itu sendirian. Apa maksudnya ini? "Chacha! Belakangan ini cucu Kakek memang agak sibuk, jadi mungkin dia baru bisa kembali dan berkenalan denganmu nanti." Oliver mengatakannya dengan sedikit rasa bersalah dan Felicia hanya mengangguk. "Nggak apa-apa, Kek. Aku sudah cukup merasa nggak enak karena mengganggu kalian. Tentu saja aku nggak boleh mengganggu pekerjaan Pak Leonard, apalagi sengaja menyuruhnya kembali untuk menemuiku." "Nanti waktu Pak Leonard nggak sibuk lagi, pasti akan ada banyak kesempatan untuk berkenalan." "Kakek Oliver, tadi aku dengar Pak Leonard bilang kalau besok dia akan mengajak Kakek pergi berlibur. Apa itu benar?" Felicia sama sekali tidak marah dan bahkan terlihat tidak peduli. Justru, kenyataan kalau Leonard tidak pulang adalah kabar baik baginya. Dia sudah menyuruh Connie menerima permintaan keluarga Osbert dari Kota Eldorado untuk berobat. Dalam waktu dekat, dia juga harus meninggalkan Kota Aldeas. Jadi, kalau Oliver pergi, itu justru mempermudahnya untuk pergi tanpa perlu mencari alasan. "Ya, Kakek juga nggak tahu apa yang merasuki anak itu sampai tiba-tiba ingin mengajak Kakek liburan." "Chacha, ayo pergi bersama kami! Kamu pasti belum pernah ke Kota Bromwal, 'kan?" Felicia menggelengkan kepala. "Nggak perlu, Kek. Dalam beberapa hari ini, aku harus membantu profesorku. Aku ingin memanfaatkan liburan musim panas untuk belajar lebih banyak dan memperkaya diri." "Kakek Oliver dan Pak Leonard harus bersenang-senang saat liburan, ya!" Nada suara Felicia terdengar lembut dan sopan, tetapi juga tegas. Oliver hanya bisa mengangguk. Gadis ini memang punya pendirian yang kuat. Dia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya lebih jauh. "Kalau gitu, setelah urusanmu selesai, pastikan untuk kembali ke Vila Meditania, ya!" "Oke, Kek. Jangan khawatir!" Felicia menjawab dengan patuh sehingga membuat Oliver merasa lega. Dia pun mengajak gadis itu makan malam bersama. Setelah selesai makan, Felicia berpura-pura merasa lelah dan kembali ke kamarnya. Di kamarnya, dia segera melakukan panggilan video dengan Diana untuk memastikan kalau Jeff sekeluarga sudah meninggalkan Panti Jompo Milates. Dia juga memastikan kalau Esther sudah selesai makan, berjalan-jalan, dan tidur dengan tenang sebelum akhirnya menutup telepon. Keesokan harinya, Felicia bangun pagi-pagi sekali. Malam sebelumnya, dia sudah bertanya kepada kepala pelayan mengenai jadwal bangun Oliver. Sebagai seorang lansia, tidurnya memang tidak banyak, jadi Felicia harus meninggalkan vila sebelum Oliver bangun. Dia meninggalkan sebuah catatan, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Oliver, lalu membawa ranselnya dan keluar dari Vila Meditania. Tidak lama setelah dia pergi, sebuah mobil Mercedes-Benz G-Class hitam muncul di jalan menuju Vila Meditania dan langsung berhenti di depannya. Pintu mobil terbuka dan Felicia masuk tanpa ragu. Dia menutup matanya dan bersiap untuk kembali tidur. "Guru, sarapan dulu sebelum tidur." Connie mengeluarkan sarapan yang sudah disiapkan, tetapi Felicia melambaikan tangan dan menolaknya. Bagian kursi belakang mobil telah dimodifikasi dan sekarang bisa diratakan menjadi tempat tidur. Felicia segera berbaring, menarik selimut, dan menyelimuti tubuhnya. Tidak lama, dia pun terlelap dalam tidur yang tenang. "Berangkat." "Atur suhu AC dengan baik." Connie memerintahkan sopir, lalu menarik selimut yang menutupi Felicia dengan hati-hati. Selama ini, gurunya telah banyak mendonorkan darah untuk Stella sehingga tubuhnya menjadi sangat lemah. Biasanya, gurunya perlu makan lebih banyak makanan yang bisa memperkuat energi dan darah, serta tidur lebih banyak agar tubuhnya tetap kuat. Setiap kali tidur kurang, energi dan semangat Felicia pasti akan menurun drastis. Perjalanan dari Kota Aldeas ke Kota Bromwal memakan waktu sekitar 16 jam. Selama perjalanan itu, Felicia hanya terbangun sekali untuk minum dan ke toilet, lalu kembali tidur. Connie sesekali meletakkan jarinya di bawah hidung Felicia untuk memastikan kalau pernapasan gurunya masih normal baru merasa tenang kembali. Hal ini dilakukan karena suatu waktu, guru pernah membantu seorang nenek menjalani operasi yang berlangsung selama 20 jam penuh. Setelah keluar dari ruang operasi, Felicia pingsan karena kelelahan. Connielah yang menyeka tubuhnya, mengganti pakaian, dan memberinya infus agar dia bisa tidur cukup panjang untuk memulihkan kembali energinya. Setelah itu, Connie sering khawatir tentang kesehatan Felicia. Keluarga Osbert di Kota Eldorado kali ini menawarkan biaya tinggi untuk meminta pengobatan. Awalnya Felicia menolak, karena menurutnya kondisi mereka tidak terlalu serius. Berdasarkan saran dokter rumah sakit, kalau pasien mengikuti pengobatan dan menjaga suasana hati, masalah jantung mereka tidak akan menjadi masalah besar. Namun, keluarga Osbert tidak menyerah dan terus mencari Dokter Elim. Mungkin karena merasa tergerak dengan ketulusan mereka, akhirnya guru setuju untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan kali ini. 16 jam kemudian, Mercedes-Benz G-Class berhenti di Rumah Sakit Swafael di Kota Bromwal. Saat itu, masih ada satu hari lebih sebelum pukul 10 pagi pada tanggal 20 Juli. Felicia keluar dari mobil, membawa tas ranselnya, dan berjalan santai menuju kantor Dokter Kepala Rumah Sakit Swafael. Dalam beberapa tahun terakhir, Rumah Sakit Swafael yang semula tidak dikenal, tiba-tiba berkembang pesat menjadi rumah sakit swasta terbesar dan paling terkenal di Kota Bromwal. Hal yang membuat Rumah Sakit Swafael ini terkenal adalah sebuah operasi jantung yang dianggap mustahil oleh seluruh pakar, tetapi berhasil dilakukan di sini. Pasien itu hampir dipastikan akan meninggal dan hanya bisa menunggu waktu. Bahkan dokter spesialis jantung terkemuka di seluruh Kota Bromwal dan Avalon pun tidak berani mengambil kasusnya. Namun, Rumah Sakit Swafael bersedia mengambilnya dan operasi itu berhasil. Pasien yang sebelumnya hanya bisa menunggu kematian sekarang hidup dengan sehat. Connie mengikuti di belakang Felicia. Keduanya masuk ke kantor Dokter Harry satu per satu. Begitu Harry melihat Felicia, dia langsung berdiri dan menyambutnya dengan hormat. "Guru sudah datang." "Aku sudah melihat rekam medis kali ini, sebenarnya Guru nggak perlu datang." Harry merasa kalau meminta Felicia datang untuk urusan yang sederhana ini terlalu berlebihan. Mengingat betapa sibuknya gurunya, penyakit ringan seperti ini sebenarnya bisa dia tangani sendiri. Felicia hanya melirik Harry dengan tenang, "Lihat lagi dengan teliti, apa itu benar-benar cuma penyakit ringan?" Setelah Felicia bangun dan duduk di mobil, dia melihat kembali email yang dikirimkan oleh Connie. Setelah memeriksanya, Felicia menyadari meski kondisi pasien terlihat sederhana, sebenarnya ada masalah besar yang tersembunyi di jantungnya yang sulit dideteksi. Harry langsung memasang wajah serius dan kembali membuka catatan medis pasien untuk memeriksanya lagi. "Begitu pasien tiba, lakukan CT scan dan angiografi jantung terlebih dulu." "Periksa semua hal lainnya, lalu berikan hasilnya padaku." "Baik, Guru." "Ayo pergi makan." Felicia sudah tidur sekitar 16 jam. Selama itu, dia tidak makan apa-apa dan sudah sangat lapar. Harry segera membawa mereka ke kantin rumah sakit. Saat mereka baru saja keluar dari kantor dokter kepala, mereka melihat Ricky berjalan ke arah mereka. Ricky terkejut melihat Felicia di sana. Dia pikir mungkin dia salah lihat sehingga dia segera berlari mendekat. Namun, pada detik berikutnya, Harry membuka pintu kecil, memimpin mereka masuk ke dalam, dan menghilang dari pandangan. Ricky mengusap matanya dan merasa bingung. Dia yakin kalau dia tidak salah lihat! "Ricky, kamu lihat siapa?" Leonard yang sedang menggandeng tangan Oliver berjalan mendekat. Oliver terus mengeluh sepanjang perjalanan. Mengomel tentang Leonard yang tidak pulang, tidak bertemu dengan cucu dari nenek angkatnya, dan bahkan tidak menghormati mereka. Leonard ingin berkata kalau adik angkat kakeknya ini dan cucunya justru sedang menunggu saat yang tepat untuk menjadikan Leonard sebagai alat balas dendam dan pijakan untuk masuk ke keluarga kaya. Namun, begitu dia hendak berbicara, Oliver langsung menutup telinganya dan berpura-pura tidak mendengarkan. Leonard merasa sangat frustrasi dan akhirnya memutuskan untuk tidak membahasnya. "Pak Leonard, sepertinya saya melihat ... Nona Felicia." Ricky memelankan suaranya dan berkata dengan hati-hati, "Saya nggak tahu apa saya salah lihat, tapi sosoknya sangat mirip." Begitu mendengar itu, Leonard langsung mengerutkan alisnya dengan tajam. Wanita itu tiba-tiba muncul di sini dan dia tidak percaya kalau ini hanyalah kebetulan. Leonard menduga kalau wanita ini pasti sudah menanyakan jadwal perjalanan Oliver, kemudian sengaja datang ke sini. Wanita yang penuh dengan ambisi dan perhitungan, untuk mencapai tujuannya, memang tidak akan segan-segan menggunakan segala cara.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.