Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8

Sebelum sempat menjawab, terjadi kejadian tidak terduga. Ada dua orang anak yang sedang bermain papan seluncur ke arah kolam renang. Kedua anak itu tidak memperhatikan ada orang di depan mereka, akibatnya mereka menabrak Agnes hingga jatuh ke kolam. Cindy terkejut. Tanpa menghiraukan kedua anak itu, Cindy hendak terjun ke kolam untuk menyelamatkan Agnes. Namun, ada seseorang melesat dari samping. Sebuah dorongan yang besar membuat tubuh Cindy terhuyung-huyung. Setelah berdiri dengan stabil, barulah Cindy mengetahui bahwa orang tadi adalah Adit. Adit tanpa ragu melepas jas dan langsung melompat ke kolam renang. Setelah menyelamatkan Agnes, dia baru mengernyitkan dahi dan melihat ke arah Cindy. "Apa yang terjadi?" Sebelum Cindy membela diri, tiba-tiba Agnes yang memakai jas Adit buka suara. "Aku yang salah karena membuat Cindy marah dan mendorongku sampai jatuh ke kolam. Aku nggak apa-apa, kamu jangan menyalahkan dia ... " Nada suara Agnes yang lemah dan manja itu terdengar menyedihkan, wanita itu juga memperlihatkan tubuhnya yang gemetar kedinginan. Sesudah mendengar penjelasan Agnes, Adit menatap Cindy dengan tatapan kekecewaan. "Bukan aku, aku nggak mendorongnya, itu ... " Cindy menggelengkan kepala. Ketika menoleh mencari kedua anak yang main papan seluncur, ternyata kedua anak itu sudah kabur. Seketika itu juga, Cindy bingung harus berkata apa. Pada saat ini, Cindy tidak diberi kesempatan untuk membela diri. "Kalau bukan kamu, lalu siapa? Aku? Apa kamu mau bilang bahwa Agnes menjatuhkan dirinya sendiri ke kolam?" "Cindy, awalnya kukira kamu hanya nakal, ternyata kamu kurang ajar!" Cindy seperti disambar petir saat mendengarnya. Cindy berpikir, "Apa benar kata-kata itu keluar dari mulut Paman? Paman mengatakan bahwa aku kurang ajar?" Padahal Adit jelas-jelas tahu bahwa kata-kata itu yang paling Cindy takuti setelah kematian orang tuanya. Waktu sekolah, ada sekelompok anak yang mengejek Cindy kurang ajar karena tidak punya orang tua. Waktu itu, Adit yang membelanya. Namun, sekarang Adit sendiri yang mengejeknya dengan kata-kata itu. Cindy masih ingin menyampaikan sesuatu, tetapi Adit mengabaikannya. Adit bergegas pergi sambil membopong Agnes. Tokoh utama sudah pergi, jadi tidak ada alasan untuk melanjutkan pesta. Para tamu pun mulai bubar, Cindy pulang sendirian dengan hati hancur. Cindy tidak bisa tidur semalaman. Dia berusaha menghubungi dan mengirimkan pesan kepada Adit untuk memberi penjelasan, tetapi Adit tidak menghiraukannya. Esok paginya, Adit baru membawa Agnes pulang. "Paman, aku benar-benar nggak mendorongnya. Waktu itu, ada dua anak kecil yang bermain papan seluncur dan nggak sengaja menabrak Agnes sampai jatuh ke kolam." Begitu mereka pulang, Cindy buru-buru menjelaskan, tetapi Adit tidak menghiraukannya. Adit mengajak Agnes pergi tanpa memandang ke arah Cindy sama sekali. Cindy mengadang Adit sekali lagi dan berkata dengan mata berkaca-kaca. "Bisakah kamu memercayaiku sekali saja? Padahal dulu ... kamu sangat memercayaiku." Ketika mendengar suara Cindy yang terisak, akhirnya Adit berhenti. Satu-satunya orang yang paling dekat dengan Cindy dari dulu adalah Adit. Hanya Adit yang bisa memberikan semua yang dibutuhkan Cindy. Setiap terjadi masalah, Adit selalu memercayai ucapan Cindy. Cindy pernah bertanya, kenapa Adit mau memercayainya, padahal semua orang menuduhnya berbohong. Saat itu, Adit menjawab, "Cindy, aku yang membesarkanmu, mana mungkin aku nggak mengenal watakmu?" Namun, setelah terdiam cukup lama, pria itu justru mendorong Cindy menjauh darinya. "Minggir!" Meskipun Adit tidak mendorong dengan keras, Cindy hampir jatuh ke lantai. Melihat Cindy yang hampir jatuh, Adit panik dan bergegas menolongnya. Adit terkejut ketika menyadari bahwa tubuh Cindy dingin. "Kenapa tubuhmu dingin sekali?" Adit tampak khawatir. Karena Cindy tidak menjawab, Adit menarik tangan Cindy dan menyadari bahwa Cindy tidak memiliki detak nadi! Sebelum sempat bertanya, Agnes yang berada di belakang Adit berkata, "Cindy, meskipun kamu nggak suka Adit bersamaku, nggak sepantasnya kamu pura-pura sakit agar dia mengkhawatirkanmu!" Kata-kata Agnes barusan membuat kekhawatiran Adit berubah menjadi amarah. "Belum cukup kamu mendorong Agnes sampai jatuh ke kolam, kamu masih pura-pura sakit untuk mendapat perhatianku? Kalau kamu mau kumaafkan, kamu harus minta maaf kepada Agnes!" Jarum jam di dinding terus bergerak detik demi detik, kesedihan yang tidak terucapkan menyelimuti hati. Waktu Cindy di dunia tidak lama lagi, kenapa waktu yang tersisa ini harus dihabiskan untuk perang dingin? Dengan wajah memucat, Cindy memutuskan tidak membela diri lagi. "Oke. Maafkan aku, Agnes." Cindy menunduk minta maaf kepada Agnes dengan berlinang air mata, kemudian Cindy mengangkat wajah dan menatap Adit kembali. Kali ini, tidak ada air mata yang menetes lagi di wajahnya. "Paman, apa kamu memaafkanku?" Meskipun Cindy minta maaf, Adit tidak merasa senang. Karena gadis yang berada di hadapannya tampak menderita dan seperti ingin menangis. Ekspresi wajah Adit sangat suram. Butuh waktu lama, sampai akhirnya Adit menjawab, "Jangan ulangi lagi kesalahanmu ini!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.