Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Victoria hampir secara refleks mendorong orang itu dengan panik. Dia mundur dengan ketakutan dan hampir terjatuh. Wajah Julian menjadi agak muram. Dia mengulurkan tangannya untuk menahannya. "Ada apa?" Dia juga datang bersama dengan orang-orang di ruang VIP ini. Awalnya, Lucas masih bertengkar dengannya, tetapi tidak lama kemudian, Lucas datang padanya dan berkata wanita seperti Victoria tidak layak untuk merusak persahabatan mereka selama bertahun-tahun. Oleh karena itu, dia juga mengajak Julian untuk keluar bermain bersama. Tanpa disangka, begitu Julian datang, dia langsung ditabrak oleh Victoria. Pandangannya turun. Saat melihat lengkungan pinggang Victoria, pandangannya menjadi lebih dalam. Tidak bisa disangkal, tubuh Victoria sangat indah. Pinggangnya ramping dan kecil, lekuk tubuhnya sempurna, dan kulit putihnya yang lembut. Di bawah cahaya hangat, seluruh tubuhnya terlihat berkilauan dengan cahaya lembut, tampak sangat lembut dan indah. Dia seperti sebuah bunga yang memikat. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin menciumnya. Namun, sikap ketakutannya tadi jelas menunjukkan kalau dia sedang takut pada sesuatu. Victoria melihat orang di depannya. Bukan Derick, melainkan Julian. Dia agak terkejut, tetapi akhirnya merasa lega. Tepat pada saat itu, suara Lucas terdengar dari dalam ruangan. "Julian, kenapa datangnya lama banget? Kami semua sudah menunggumu, tahu!" Julian menjawab pelan, "Ya." Setelah melepaskan orang di pelukannya, dia masuk ke ruang VIP. Victoria terdiam sesaat. Sebelumnya, Julian dan Lucas tampak saling bermusuhan, tetapi sekarang sepertinya tidak ada lagi perselisihan di antara mereka. Benar juga, mana mungkin mereka rela mengorbankan persahabatan mereka sejak kecil hanya demi seorang Victoria? Dia belum layak. Meski belakangan ini dia tidak menghubungi Julian duluan atau berusaha mengejarnya, tetapi melihat sikap dingin dan acuh Julian tadi, sepertinya dia tidak peduli. Malam itu, betapa nafsunya pria ini di ranjang, tetapi sekarang pria ini sama sekali tidak peduli. Bagi orang-orang seperti Julian yang berdiri di puncak piramida, hubungan singkat seperti itu adalah hal yang biasa dan tidak layak untuk diingat. Mungkin, apa yang Julian katakan malam itu sudah lama dilupakan olehnya. Victoria mencibir dirinya sendiri, lalu berbalik dan pergi. Di sisi utara area istirahat, terdapat balkon terbuka di mana banyak orang sedang merokok dan menghirup udara segar. Saat Victoria hendak melangkah maju, sebuah tangan menariknya dengan kuat ke dalam lorong tangga darurat. Pria itu menekannya ke pintu, menahan kedua tangannya dengan kuat, dan aroma maskulin yang kuat menyelimuti telinganya. Victoria sangat ketakutan. Dia mengangkat kakinya untuk menendang, tetapi kaki panjang pria itu menahannya. "Kasar banget," goda pria itu. Lampu sensor suara menyala dan Victoria melihat wajah Julian. "Kamu? Kenapa kamu bisa di sini ... " "Aku keluar buat merokok." Victoria terdiam. "Ngapain kamu sembunyi-sembunyi?" tanya Julian, tetapi dia tidak mengubah posisinya dan masih mempertahankan suasana yang intim. Ruang yang sempit dan gelap membuat suaranya yang tanpa emosi terdengar agak menggoda. Saat Victoria sedang ragu apa dia harus meminta bantuannya atau tidak, suara Derick terdengar di luar lorong seperti petir yang menyambar Victoria. "Ria, jangan bersembunyi lagi, aku sudah melihatmu! Kamar mandi ada di arah yang lain. Ayo cepat keluar, Om bakal anterin kamu ke sana." Suara memuakkan dan mesum dari Derick membuat Victoria merasa mual. Dia tidak lagi mendorong Julian, tetapi menatapnya dengan penuh permohonan, berharap agar Julian tidak mengkhianatinya. Tadi dia sangat menolak kontak fisik, tetapi sekarang malah tampak tenang seolah ingin bersembunyi di pelukan Julian. Melihat Victoria yang menempel pada tubuhnya seperti kucing yang terkejut, Julian mengangkat alisnya dan menonton pertunjukan dengan tenang. Dia pernah mendengar sesuatu tentang orang bernama Derick Graham ini. Seorang pengusaha bahan bangunan yang baru saja menjadi kaya dalam beberapa tahun terakhir. Terkenal dengan sifatnya yang cabul dan suka bermain-main dengan mahasiswi. Kalau mengaitkan hal ini dengan situasi Victoria di keluarga Benedict, tidak sulit untuk menebak apa yang terjadi pada Victoria. Namun, sekarang Victoria tidak bicara, jadi dia juga tidak akan menawarkan bantuan duluan. "Kenapa nggak keluar? Dia mencarimu, loh?" Julian sengaja bertanya seperti itu. Suara Julian berembus di dahi Victoria sehingga membuat dahinya terasa geli. Victoria mengepalkan tangannya dan berkata dengan menyedihkan, "Bisa bantuin aku nggak?" Suara permohonannya terdengar pelan. Julian menjawab, "Kamu minta tolong padaku waktu kamu butuh, tapi waktu nggak butuh, nggak ada kabar sama sekali. Aku bukan orang yang sangat baik, apalagi orang yang bisa kamu panggil dan singkirkan sesukamu." Victoria mencerna kata-katanya sejenak. Apa pria ini sedang mengeluh karena dia tidak menghubunginya duluan? Mata Victoria yang jernih dan cerah menatap wajah Julian. Tangannya yang lembut meraih dada Julian dan mengusapnya dengan lembut. Julian menundukkan kepalanya dan warna matanya menjadi lebih gelap. Di atas ototnya yang kuat dan ramping, tangan Victoria makin terlihat lemah dan lembut. Victoria berjinjit dan mencium bibir Julian. Bibir pria itu kering dan dingin, masih tercium aroma tembakau dan mint yang tersisa. Victoria tidak berniat mencari alasan untuk menipunya. Julian itu seperti rubah tua yang sudah hidup ribuan tahun. Menipunya sama dengan bunuh diri, jadi lebih baik memberinya apa yang dia inginkan. Mata Julian yang menatapnya terlihat tidak puas dan Victoria menyadarinya. Victoria menciumnya dengan hati-hati. Dia hanya mencium permukaan bibir pria itu tanpa menunjukkan banyak keterampilan. Dia merasa pengalaman Julian juga tidak terlalu banyak karena pria ini sangat tenang dan dingin. Pria ini hanya menatapnya dan memperhatikannya menyenangkan dirinya sendiri. Victoria merasa tidak puas. Apa dia tidak menarik sama sekali di mata Julian? Dia sengaja mendekatkan tubuhnya. Bibir mereka bersentuhan. Victoria dengan lembut menggigit bibir atas pria itu dengan giginya dan merasakan kalau napas pria itu menjadi agak kacau. Tatapan Julian yang dalam sudah dipenuhi dengan hasrat yang kuat. Tepat pada saat ini, Victoria sengaja berhenti dan pergi. Begitu dia pergi, pinggangnya langsung ditarik kembali. Julian mendorong Victoria kembali ke depan tubuhnya, menundukkan kepala, dan menciumnya. Kali ini, Julian yang mengambil inisiatif. Gerakannya sangat ahli dan berpengalaman. Hanya dalam sekejap, dia sudah membuat Victoria terengah-engah. Dia juga sangat dominan dan kuat sehingga membuat Victoria hampir kehabisan napas. Tidak lama kemudian, Victoria bersandar lemas di dada pria itu. Dia terlihat pasrah, sementara napas Julian menjadi tidak teratur. Julian mengubah posisi dan menempelkan punggung Victoria ke pintu. Dengan adanya penyangga, serangan Julian menjadi makin ganas, seperti badai yang makin menggila. Setelah Julian melepaskannya, Victoria merasa bibirnya mati rasa dan mungkin bengkak. Entah kenapa, Victoria merasa Julian sedang menghukumnya. Sambil terengah-engah, dia masih bisa merasakan aroma tembakau dan mint pria itu yang anehnya tidak membuatnya merasa tidak nyaman. Victoria tidak tahu seberapa memikatnya dirinya saat ini. Matanya berkilau seperti air, memohon dengan manis, tampak begitu menggoda dan mudah ditindas. Saat suasana intens di udara belum sepenuhnya menghilang, tiba-tiba pegangan pintu dibuka oleh seseorang. Julian tidak panik, mengusap-usap rambut Victoria, mendorongnya ke sudut pintu dengan lembut, lalu membuka pintu dan berjalan keluar. "Pak, Pak Julian?" Suara Julian terdengar kesal. "Kenapa berisik banget?" "Sa, saya lagi mencari seseorang, mungkin saya salah lihat." Derick tersenyum dengan wajah memelas. Tanpa Julian banyak bicara, Derick langsung pergi dengan tergesa-gesa. Julian kembali ke dalam dan menutup pintu. "Makasih," kata Victoria. Julian menjawab, "Nanti aku anterin kamu pulang. Kalau Derick melihatmu bersamaku, harusnya dia nggak akan mengganggumu lagi." Victoria mengangguk dengan sangat patuh. Julian menatap Victoria, merasa dia berperilaku seperti gadis yang patuh, polos, dan tidak berbahaya, tetapi sebenarnya adalah wanita jahat yang tidak punya hati. Dia bisa memainkan perasaan pria dengan mudah, tetapi pada akhirnya, dia memasang wajah yang polos seolah tidak tahu apa-apa. Julian tiba-tiba teringat akan Myla yang ada di samping Lucas. Wanita itu cukup mirip dengan Victoria. Keduanya terdiam sejenak dan lampu sensor suara tiba-tiba padam. Di dalam kegelapan, suasananya menjadi aneh dan sunyi. Mata Julian yang hitam dan tajam terus menatap Victoria dengan penuh rasa ingin memiliki seperti binatang buas yang siap melompat ke mangsanya dalam hitungan detik. Dalam beberapa detik yang hening itu, Victoria berdiri di dalam kegelapan dan merasakan tekanan dari Julian. Jantungnya berdegup kencang seolah akan melompat keluar dari dadanya. Julian melangkah maju. Tubuhnya yang tinggi dan ramping mendekati Victoria.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.