Bab 84
Aku hanya ingin mencari kakakku.
"Aku benar-benar melihatnya. Aku melihatnya. Itu kakakku. Itu kakakku ... " Aku menangis sejadi-jadinya dan terus berkata, "Tolong, biarkan aku pergi mencari kakakku. Aku mau mencari kakakku ... "
Aku direngkuh ke dalam pelukan yang hangat, terlindungi seolah-olah aku harta berharga.
Aroma cemara yang familier serta wewangian harum yang asing, tetapi menggugah membuai indra penciumanku.
Aroma ini hanya pernah aku cium dari kakakku.
Dengan lembut, Rafael menenangkanku, "Sudah, jangan menangis, Vanesa. Jangan menangis lagi. Kamu benar, kamu melihat kakakmu. Itu kakakmu. Kamu nggak salah lihat."
Aku menangis lebih keras, tetapi dia tetap tidak membiarkanku turun dari tempat tidur.
Dia memelukku dengan kuat, memastikan aku tetap berada di tempat tidur.
"Jangan terlalu emosi. Dokter bilang, kepalamu terbentur lagi. Kamu nggak boleh terlalu terbawa emosi lagi."
Dalam suara Rafael terselip nada perintah.
Perlahan aku mulai tenang.
Sambil memelukku, dia mencoba
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link