Bab.1
Di sebuah ruangan kamar yang sangat berantakan dengan banyak pakaian yang berserakan di lantai, Briella yang baru saja terbangun dari mabuk, mengusap pelipisnya yang sakit.
Saat dia membuka matanya, yang dilihatnya adalah seorang bocah lucu dengan potongan rambut semangka, berwajah bundar, bermata cerah dan gigi putih yang sedang tersenyum manis ke arahnya.
Briella mengira dia sedang bermimpi. Namun, tiba-tiba terdengar suara yang sangat manis seperti bola susu sedang memanggilnya. "Tante cantik, apakah kau sudah bangun?"
Begitu suara itu meledak ke dalam pendengaran Briella, wanita itu langsung terduduk dengan kaget.
Dia melihat sekeliling dengan wajah terkejut. Dia ada di kamarnya, dan kemudian dia melihat seorang boneka kecil datang ke sebelahnya. Sentuhan lembut bocah itu membuktikan kepadanya bahwa ini bukan mimpi, ini kenyataan!
"Kau ...." Briella menelan ludah, "Siapa kau? Kenapa kau ada di rumahku?!"
Sebagai jawaban, kantong susu kecil itu untuk menepuk perutnya dan menjawab dengan kalimat tak terduga, "Tante cantik, JJ sedang lapar."
Perut kosong yang kempes bekerja sama mengeluarkan suara kelaparan.
Briella mencoba mengingat dengan sakit kepalanya. Dia mabuk di bar tadi malam, dan kemudian beberapa orang mesum datang untuk mengganggunya. Dengan tergesa-gesa, dia memecahkan botol dan berteriak bahwa pengganggu itu memiliki senjata, lalu dia melarikan diri di tengah kepanikan kerumunan. Ketika dia meninggalkan bar, dia merasa tubuhnya sedikit berat, seolah-olah tubuhnya telah diisi dengan timah.
Briella menatap tubuhnya yang masih mengenakan pakaian tadi malam. Sepasang tangan kecil gemuk menarik-narik sudut roknya, dia sepertinya mulai memahami kenapa dia merasa tubuhnya begitu berat tadi malam.
"Apakah kau kembali bersamaku dari bar?" Dia tidak yakin.
JJ kecil mengangguk.
Melihat bahwa ia baru berusia lima atau enam tahun, dan mengenakan setelan kecil kantoran yang tidak sesuai dengan usianya, Briella tidak bisa menahan diri untuk mencibir pelan, "Orang tuamu sangat tidak dapat diandalkan, bisa-bisanya membawa anak kecil sepertimu ke bar."
"Tidak. Uncle yang membawaku pergi." JJ mengoreksinya dengan serius, "Aku tidak punya Mommy, dan Daddy-ku hanya bermain dengan laki-laki sepanjang hari."
Mendengar celotehan JJ, Briella terkejut sesaat, dan kemudian "Pfftt." Dia tertawa kecil.
Tiba-tiba dia merasa bahwa bocah aneh ini sedikit lucu, dan dia mengulurkan tangan untuk mencolek hidung kecilnya. "Jika Daddy-mu hanya bergaul dengan laki-laki sepanjang waktu, darimana asalmu?”
"Aku tidak tahu, Daddy tidak pernah mau mengatakannya." Kantong susu kecil itu menjawab dengan suara sedih dan terdengar bunyi cacing kelaparan lagi dari perutnya.
"Aku akan membuat sesuatu untuk dimakan. Setelah makan, aku akan membawamu ke kantor polisi."
Briella bangun untuk mandi.
Dari dalam kamar mandi, dia samar-samar mendengar suara sahutan kantong susu kecil di belakangnya yang berkata, "Tidak perlu, polisi secara otomatis akan datang ke depan pintu rumah Tante nanti."
....
Di atas meja, terlihat beberapa potong roti sandwich sederhana yang disajikan dengan susu panas. Setelah menyingkirkan semua potongan kain yang berantakan di atas meja, Briella memberi ruang untuk kantong susu kecil itu duduk dan bertatap muka dengannya.
"Cepat, kita akan pergi ke polisi setelah makan. Keluargamu pasti sangat cemas." Briella mendesak, menggigit sandwich di satu tangan, dan memencet remote control dengan tangan lainnya untuk menyalakan TV .
Layar gelap menyala, dan berita yang disiarkan menarik perhatiannya.
Pembawa acara dengan pakaian formal dan sepatu kulit dengan khidmat menyiarkan laporan: 'Tadi malam, Pangeran Cilik dari Keluarga Carlton diculik. Polisi sedang mencari tersangkanya!'
Seketika, Briella melihat bahwa orang di dalam foto itu sama seperti bocah kecil di depannya.
....
Sandwich di tangannya jatuh tanpa disadari, dia menelan makanan di mulutnya dengan susah payah, dan bertanya kepadanya, "Anak kecil di TV itu ... apakah itu kau?"
Jerome Carlton mengangguk dan tersenyum padanya.
Briella seolah disambar petir. Sebelum dia bisa bereaksi, terdengar suara pria yang nyaring datang dari luar rumah melalui pengeras suara. 'DENGARKAN PENCULIK DI DALAM! ANDA TELAH DIKEPUNG OLEH POLISI! MENYERAHLAH SEKARANG JUGA!'
Peringatan yang tiba-tiba membuat Briella segera berdiri dan bergegas ke pintu tanpa ragu-ragu. Ia ingin menjelaskan situasinya kepada polisi di luar. Namun, begitu pintu terbuka, dia disambut oleh beberapa petugas polisi berseragam, dan semua polisi itu menodongkan senjata ke arahnya.
Tubuh Briella seolah membeku, dan suasana terasa sangat mencekam. Kata-kata penjelasan Briella yang tadinya sudah melonjak ke tenggorokannya, langsung teredam ketika pandangannya bertemu dengan tatapan tajam di luar kerumunan.
Dia menarik napas dalam-dalam dan otaknya menjadi kosong.
Pria yang berdiri di belakang polisi, ditemani beberapa pengawal berpakaian hitam. Sosoknya memancarkan aura kuat yang membuat orang merasa tertindas. Rambutnya rapi dengan tatanan berkelas, alisnya berbentuk pedang, hidungnya membentuk puncak, garis wajahnya sangat tegas, dan matanya tajam seperti pisau yang cukup untuk menembus hati orang.
Briella tertegun, dua petugas polisi dengan senjata melangkah maju untuk menahannya, dan beberapa lainnya bergegas masuk ke dalam rumahnya.
"Tuan, Tuan kecil selamat dan sehat." Setelah mengonfirmasi keadaan si kecil, satu orang melangkah maju untuk melaporkan situasinya.
Berdiri di luar rumah, Justin Carlton tidak menjawab. Matanya yang dingin menyapu Briella dan menatap JJ di dalam rumah. Dia mengeluarkan dua kata seperti emas, "Bawa pergi."
Briella, yang berada di bawah kendali polisi segera bereaksi. "Kalian melakukan kesalahan, aku bukan penculik! Anak ini sendiri yang mengikutiku kembali kemarin. Aku ...."
Kata-katanya belum selesai, polisi langsung membentak, "Simpan keterangan Anda untuk di kantor polisi nanti!"
Setelah itu, kedua polisi langsung menyeretnya dan akan membawanya pergi.
"Lepaskan aku!" Briella meronta untuk melepaskan diri, tapi tidak berhasil sama sekali.
Pada saat ini, sesosok kecil bergegas keluar dari rumah, membuka tangan lebar-lebar dan memeluknya.
"Tante cantik, jangan pergi!" Jerome dengan kuat memeluk tubuhnya, bergelantungan di kakinya. “Aku tidak ingin kau pergi, JJ tidak mengizinkanmu pergi."
Menghadapi pemandangan saat ini, kedua petugas polisi itu saling memandang dengan heran, lalu menatap Justin. "Tuan, ini ...."
Manik mata Justin menunjukkan ketajaman seperti elang, nadanya bicaranya sangat dingin dan tanpa ampun, "Bawa keduanya bersama-sama!"
***
Di sebuah vila megah yang menjulang tinggi di puncak gunung, Briella dilempar ke sofa kulit di ruang tamu, dan beberapa pria berbaju hitam berdiri di belakangnya. Dia tersentak kesakitan dan menatap pria yang sangat kejam padanya.
Awalnya, Briella mengira dia akan dibawa ke kantor polisi, tapi ternyata dia dibawa ke vila mewah ini. Apa yang ingin dilakukan pria itu?
Briella mengerutkan kening karena tidak puas. Melihat petugas polisi dan pria berpakaian hitam yang tiba-tiba akan pergi, Briella berdiri dengan cepat. "Eh, kalian ...."
Sebelum kata-katanya selesai, dia ditekan kembali ke posisi semula oleh pria di belakangnya.
"Apa yang ingin kalian lakukan?!" tanyanya kesal.
Tidak ada yang menjawab.
Situasi saat ini membuat Briella gelisah, dia merasa seperti ikan di atas talenan, menunggu kedatangan seseorang untuk memotongnya.
"Tante cantik, jangan takut. JJ akan melindungimu."
Begitu suara itu jatuh, Jerome sudah naik ke atas sofa, duduk di pelukan Briella, dan melingkarkan lengannya di lehernya. Kehadirannya tidak meredakan emosi Briella, tetapi membuatnya semakin pusing.
Sosok pria tinggi itu seolah menarik udara di sekitarnya. Ke manapun dia pergi terasa ada keheningan, dan bahkan suara nafas sepertinya telah menghilang.
Ditemani asistennya, Justin Carlton mendekati mereka dan akhirnya duduk di sofa seberang. Sosoknya yang kekar dan kokoh bisa terlihat di balik jas formal yang membungkus tubuhnya, dan postur duduknya seperti raja yang tak terkalahkan. Mata elangnya yang sedang menatap kedua orang di depannya, mengamati.
Sebelum dia membuka suara, Briella menggigit bibirnya dan berbicara terlebih dahulu, "Tuan, tolong cari tahu kebenarannya sebelum menangkap orang, oke?!"
"Kebenaran?" Suara Justin sedikit serak. Bulu matanya yang panjang bergerak seiring kelopak matanya yang terangkat untuk memandang Briella.
***