Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab.12

Briella yang baru saja mandi dan berganti pakaian, duduk di kamarnya untuk waktu yang lama. Rasanya dia ingin bersembunyi dari Justin, tidak ingin bertemu dengan pria itu. Dia sangat malu. Setelah beberapa waktu berdiam diri, Briella berusaha menenangkan dirinya sendiri. 'Lupakan! Bukan masalah besar, bukankah hanya tidur di ranjang yang sama?' pikirnya. Lagipula, jika Justin benar-benar gay, itu hampir sama dengan seorang wanita, dan dia bisa berangapan bahwa dia tidur dengan seorang wanita sepanjang malam. Berpikir seperti ini, Briella merasa jauh lebih baik. Namun, saat dia membuka pintu kamarnya dan ingin keluar, usahanya menenangkan diri barusan benar-benar sia-sia. Tatapannya bertemu dengan Justin yang kebetulan juga baru keluar dari kamarnya. Keduanya saling memandang, dan terdiam. Koridor tempat keduanya berada dipenuhi dengan aroma parfum yang berasal dari tubuh mereka berdua. Aroma yang berbeda sama-sama terjerat di udara, dan membuat baunya menjadi tak bisa dijelaskan. Briella menelan ludah, mengepalkan tangannya dan kemudian mengumpulkan keberanian untuk berbicara pada Justin, "Maaf, saya benar-benar tidak dengan sengaja masuk ke kamar Anda. Mohon maafkan saya." Tepat ketika Briella sedang berpikir tentang bagaimana mengatasi rasa malunya, Justin menjawab, 'Hmm." Sehingga Briella bisa menarik napas lega. Koridor yang semula lebarnya sekitar dua meter itu tampak sempit saat ini. Keduanya berdiri di sana dan tidak bergerak sampai pintudi ujung tangga terbuka. "Lala!" JJ masih mengenakan piyama dan berlari ke arah Briella dengan cepat. Kehadirannya meredakan suasana canggung di antara Justin dan Briella. "Lala, tadi malam kau pergi ke mana? Aku datang ke kamarmu dan tidak ada. Aku sangat gelisah hingga tidak bisa tidur." Suasana yang baru saja mereda menjadi terasa canggung lagi. Raut wajah Briella memerah dan dia menjelaskan kepada JJ dengan pelan, "Tadi malam aku mabuk dan ... tertidur di tempat lain." JJ tidak banyak berpikir. Dia menyentuh pipi dan kening Briella sambil bertanya, "Apakah kau baik-baik saja? Guru bilang, jika tidur di luar akan menyebabkan masuk angin." "Aku baik-baik saja." Briella ingin sekali menemukan lubang untuk mengubur dirinya sendiri saat ini, dan kehadiran Justin di sebelahnya membuatnya sangat tidak nyaman. Briella memeluk JJ dan mengalihkan pembicaraan, "Kenapa kau belum mandi? Ayo cepat mandi dan ganti pakaian, kau bisa terlambat untuk ke sekolah." Setelah itu, Briella membawa JJ ke kamar dengan cepat. Justin masih berdiri di tempat, menatap punggung mereka berdua, dan sudut bibirnya terlihat sedikit terangkat. .... Ketika Briella dan JJ turun bersama, Justin sudah pergi ke kantor bersama Asisten Dean. Ketidakhadirannya membuat Briella menarik napas lega. "Lala, ada apa denganmu?" tanya JJ saat melihat Briella menghela napas. "Tidak ada apa-apa. Mari kita sarapan." Keduanya masuk ke ruang makan dan duduk berdampingan. Briella sedang tidak fokus saat ini, pikirannya penuh dengan cara untuk mencari perusahaan mitra yang mau bekerjasama dengannya. Hampir semua perusahaan sudah dia datangi, dan yang tersisa tidaklah banyak, apa yang harus dia lakukan? "Lala!" Briella tidak sadar sampai JJ memanggilnya untuk keempat kalinya. "Hah?" Briella memegang sandwich di tangannya, tapi tidak makan sedikitpun. "Ada apa denganmu? Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?” JJ bertanya dengan cemas. Briella tersenyum melihat kepeduliannya. "Hmm, hanya ada sedikit masalah kecil." JJ tidak bertanya, tetapi menatapnya dengan sungguh-sungguh. Setelah menyeka mulutnya dengan serbet, dia mengaitkan jari-jarinya ke arah Briella dan memberi isyarat padanya untuk mendekat. "Kenapa?" Briella mengernyitkan keningnya saat melihat JJ mendekatinya. JJ dengan cepat mencium pipi Briella dan kemudian ia tersenyum manis. "Ciuman penuh kasih untuk memberi Lala-ku kekuatan penuh!" *** Setelah mengantar JJ ke taman kanak-kanak, Briella berencana untuk kembali mencari perusahaan mitra, tapi saat dia sudah setengah jalan, dia menerima telepon dari Karen. "El!" Panggilan gembira Karen terdengar memekakkan telinga setelah Briella menjawabnya. Briella menjauhkan ponsel dari telinganya, dan kemudian kembali mendekatkannya dengan perlahan, “Ada apa, kenapa kau sangat bersemangat?" "Perusahaan JAX mengirimiku email!" Suara Karen penuh dengan kegembiraan. "Perusahaan JAX?" "JAX! Merek asli No. 1 Amerika, JAX!" Mereka mengirim email kepadaku dan meminta untuk bertemu di sore hari." Karen sangat bersemangat, "Ini benar-benar berita yang bagus!" Otak Briella seolah kosong untuk beberapa detik. "Aku ... apakah kau tidak salah dengar?" tanya Briella. "Tidak. Ini benar! El, aku akan pergi ke studio untuk mencarimu, dan kita akan bersiap untuk pertemuan sore nanti." Karen langsung menutup telepon begitu ia selesai berbicara. Butuh waktu lama bagi Briella untuk sadar dari keadaan linglung. Tapi, perlahan sudut bibirnya terangkat. Briella bergegas kembali ke rumah kontrakannya yang mereka jadikan studio. Ketika dia tiba, Karen kebetulan juga datang. Melihat Briella datang dengan berkeringat, Karen yang sedang membuka pintu kontrakan bertanya dengan ragu, "Dari mana?" Briella mengelus rambutnya, berpura-pura tenang, dan berkata, “Aku sudah berangkat untuk mencari perusahaan lain. saat kau tiba-tiba mengabariku." "Sepagi ini?" Karen langsung menunjuk ke jam di dinding begitu mereka masuk. "Ini baru jam setengah delapan." "Ya." Mendengar ucapan Briella, Karen langsung memeluknya dengan terharu. "Dibandingkan dengan ketekunanmu, aku benar-benar tidak berguna! Aku belum memberikan kontribusi apapun hari ini ...." "Bukankah kau masih memperhatikan email? Itu juga sebuah kontribusi." Karen merasa lucu dengan kata-kata Briella dan dia melepaskan pelukannya. "Eh ... apakah kau baru membeli baju ini?" Karen mengernyitkan keningnya saat dia melihat pakaian Briella. “Koleksi musim gugur terbaru merk Channel!” "...." Briella merasa hampir mati karena pertanyaan Karen. Setelah memutar otaknya, akhirnya dia menjawab dengan suara rendah, “KW super." Dia tak punya pilihan lain, dia tidak membawa pakaiannya ke kediaman Justin dan hanya bisa mengenakan apapun yang ada di sana. "Tapi ... yang ini sangat mirip dengan yang asli." Karen bergumam sambil mengangkat bahunya. "Baiklah, mari kita bahas rapat sore ini. Pokoknya kita harus menangkap perusahaan ini." Briella langsung mengangguk, dan dia merasa lega saat Karen tidak bertanya lebih lanjut. .... Pertemuan dengan perusahaan JAX ditetapkan pada pukul dua siang. Untuk menghindari kecelakaan tak terduga di jalan, Briella dan Karen berangkat lebih awal dan tiba di kantor 20 menit lebih cepat. Perusahaan tersebut berlokasi di area pusat perusahaan teknologi, di jalan lingkar pertama Kota J. Di area perkantoran ini, Perusahaan JAX menempati seluruh bangunan, dari lantai pertama hingga lantai 30. Setelah mereka menyapa resepsionis di meja depan, seseorang datang untuk menerima mereka dan membawa mereka untuk menunggu di ruang negosiasi. Ruang negosiasi yang sangat besar itu berukuran puluhan meter persegi, dan setelah asisten memberikan mereka air, mereka diinta untuk menunggu sebentar. Suasana yang hening menambah sedikit ketegangan. Karen menggenggam cangkirnya dengan erat. Sudah sangat lama sejak dia terakhir kalinya gugup. "Aku merasa lebih gugup daripada ketika aku pulang dengan skor nol dalam ujian dan meminta orang tua untuk menandatanganinya," gumamnya pelan. Briella terhibur mendengar ucapan Karen. Keduanya berusaha untuk saling menghibur dan suasana tegangnya sedikit mereda. Segera, seorang pria paruh baya berjas dan sepatu kulit datang ke ruang negosiasi. Karen dan Briella langsung berdiri untuk menyambutnya. "Ini Morgan--direktur desain kami, dan juga orang yang bertanggung jawab atas penilaian hari ini." Asisten di belakang Morgan memperkenalkan keduanya pada Morgan. "Direktur Morgan." Briella dan Karen menyapa dengan sederhana. Direktur Morgan duduk di seberang keduanya, dan asisten itu berdiri di belakangnya dalam keadaan siaga. Ketika Briella hendak memberikan versi sampel yang dia persiapkan kepada Morgan, Morgan langsung mengangkat tangannya dan berkata dengan lugas, "Karya Nona El sebelum ini, aku tidak ingin melihatnya." Kata-katanya membuat gerakan Briella terhenti. Dia dan Karen saling berpandangan dan tidak begitu mengerti apa maksud Morgan. "Saya telah mendengar bahwa Anda dalah seorang Model sebelumnya. Saya tidak menyangka bahwa Anda juga terlibat dalam desain kostum." Morgan berbicara sambil menatapnya dengan penuh rasa tertarik. “Sejujurnya, undangan ini berasal dari Bos besar kami secara langsung. Ia mengatakan bahwa kami lebih menantikan desain terbaru Anda." Mendengar ini, Karen sangat gembira. Karena itu adalah bos langsung yang berbicara, itu berarti kesempatan mereka terbuka lebar. Briella mengerutkan kening karena kata-katanya. Bos besar Perusahaan JAX? Dalam benaknya, dia merasa tidak pernah mengenal siapapun di JAX, apalagi Bos besar. "Hal ini murni karena apresiasinya pada Nona El yang ingin mencoba bidang baru, jadi dia bersedia memberimu kesempatan ini. Untuk persyaratannya ...." Direktur menegaskan nada bicara dan mengedipkan mata pada asisten kecil di sampingnya. "Ini informasi model pria dari pihak kami, Anda perlu mendesain dan membuat setelan orisinil untuknya. Batas waktunya 24 jam." Asisten itu menyerahkan sebuah berkas pada Briella. "Dan juga, besok saya perlu melihat hasil pekerjaan Anda sebelum jam 2:30 siang. Jika disetujui, saya akan menandatangani perjanjian kerja sama saat itu juga. Jika tidak, saya tidak bisa membantu." Morgan menambahkan beberapa kalimat lagi. "Ini ... 24 jam? Tidakkah itu terlalu singkat?!" Karen mulai merasa khawatir. "Apakah ada masalah?" Morgan mengangkat alisnya, dan dia ingin mengambil berkas itu kembali. “Mitra yang bisa bekerjasama dengan JAX bukanlah orang biasa ...." Sebelum Morgan bisa mengambil kembali berkas itu, sebuah tangan putih mulus menarik informasi itu selangkah lebih cepat. "Tidak masalah!" Briella tersenyum padanya dengan percaya diri. ***

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.