Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 7

Aku pun mengikuti orang-orang dari keluarga Marhen dan diam-diam meninggalkan Kota Yumari. Dua hari kemudian, untuk pertama kalinya aku bertemu dengan calon suamiku. Lucas Marhen, si penerus keluarga Marhen. Dia tampak anggun dan elegan dengan setelan jas hitamnya yang rapi. Dia duduk di atas kursi roda dengan sehelai selimut tipis menutupi kedua kakinya. Posturnya tampak tegak, bahunya terlihat bidang dan kekar. Dia sama sekali tidak terlihat seperti orang cacat. "Valen." Lucas memanggilku dengan suara yang dalam. Aku menarik napas dalam-dalam, lalu bergegas melangkah maju dan perlahan berjongkok. Mata kami berdua pun bertemu. Aku sontak merasa sangat gugup dan malu. Aku bisa melihat sosokku yang mungil terpantul dari bola mata Lucas yang menyorotkan kesan mendalam. Rasanya bulu mataku sampai ikut bergetar. Aku diam-diam menarik napas, lalu memberanikan diri untuk menggenggam kedua tangan Lucas yang diletakkan di atas selimut dengan lembut. "Halo, Pak Lucas, namaku Valen Bolena." Aku seperti bisa mendengar orang-orang di sekitarku terkesiap saat aku menggenggam tangan Lucas yang kurus. Namun, aku sama sekali tidak mengacuhkannya saking tegangnya. Aku malah menggenggam tangan Lucas dengan lebih erat. Lucas sama sekali tidak mendorongku menjauh. Tanganku nyaris tidak bisa sepenuhnya menggenggam tangan Lucas, jemarinya panjang dan tulang jarinya terasa kuat. Rasanya aku sesak napas saking gugupnya. Tiba-tiba, Lucas menggenggam tanganku yang terasa dingin. Telapak tangannya yang besar balas menggenggamku dengan erat. "Valen, tolong dorong aku kembali ke kamar." Aku langsung bangkit berdiri, tetapi tiba-tiba langkahku terhuyung dan aku nyaris terjatuh. Lucas pun merangkul pinggangku dengan sigap. "Hati-hati." Sesaat setelah itu, rangkulannya langsung melonggar. Namun, pipiku terasa agak panas. Aku mengiakan dengan singkat, lalu mengambil alih kursi roda Lucas dari tangan pelayan dan mendorongnya masuk. Pintu kamar pun ditutup dan lampu yang bernuansa hangat dinyalakan. Lucas menatapku sejenak, lalu menunjuk kedua kakinya. Sepertinya ada seulas senyuman kecil di sudut bibirnya, tetapi mungkin aku salah lihat. "Maaf merepotkanmu malam ini, Valen, kakiku nggak bisa diajak bekerja sama." Aku menundukkan kepala sambil mengangguk kecil, aku tidak berani menatap Lucas. Aku pun menyentuh daun telingaku yang ternyata terasa panas itu dengan kikuk ...

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.