Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4

Sebelum menikah, aku mengajak sahabatku untuk makan. Saat pergi ke toilet, aku secara tidak sengaja bertemu dengan Salsa. Penampilannya berbeda sekali dari sebelumnya. Sekarang wajahnya dirias tipis, tubuhnya yang ramping dan menawan dibalut oleh gaun hitam klasik dari merek Dior. Penampilannya tampak sangat menggoda. Sebatang rokok wanita terselip di antara bibirnya yang cantik. "Nona Valen juga sudah tahu, 'kan?" Salsa menatapku sambil tersenyum menantang. "Bryan mau bertunangan denganku." Aku balas menatap Salsa dan mendadak teringat pertemuan pertama kami. Waktu itu, Salsa masih terlihat sangat lugu dan pemalu. Entah kenapa aku jadi merasa agak sedih. "Iya, aku sudah dengar soal itu." "Nona Valen pasti cemburu sekali, 'kan?" tanya Salsa lagi dengan senyuman yang makin kentara. "Katanya kamu sudah melahirkan tiga orang anaknya. Kamu rela melakukan apa pun yang kamu bisa selama sekian tahun ini demi mempertahankan Bryan dan bisa menikah dengannya." Salsa bersandar di ambang jendela, sorot tatapannya tampak meremehkan dan sinis. Aku hanya meliriknya sambil berkata, "Yang Nona Salsa dengar itu juga cuma rumor." "Kita semua sama-sama perempuan, jadi nggak usah menyebarkan rumor menyesatkan seperti itu." "Rumor menyesatkan apanya?" sahut Salsa sambil tertawa sinis. "Semua penduduk kota juga sudah tahu." Aku tidak ingin meladeninya, jadi aku berbalik badan dan hendak berjalan pergi. Tiba-tiba, Salsa berujar dengan nada sarkastik, "Nona Valen, setiap perempuan itu berbeda satu sama lain. Kenapa kamu begitu nggak menghargai dirimu sendiri? Apa ibumu nggak mengajarkan hal itu kepadamu waktu dia masih hidup?" Langkahku sontak berhenti. Begitu mendengar kata-kata "ibu," rasanya darahku langsung naik ke kepala. Tanpa pikir panjang ataupun dengan logika, aku langsung berbalik badan dan menampar Salsa. "Nona Valen ... " Salsa sontak tertegun, lalu langsung menutupi pipinya dan menangis dengan sedih. "Aku tahu kamu sama sekali nggak terima dengan kabar pertunanganku dan Bryan, tapi bukan berarti kamu bisa main menamparku begini ... " "Aku tahu kamu marah, tapi yang namanya perasaan itu 'kan nggak bisa dipaksakan." "Bukan salahku kalau Bryan nggak suka wanita yang hobinya berfoya-foya sepertimu ... " Salsa berujar sambil menangis terisak, dia terlihat begitu sedih dan kasihan. Namun, setiap patah katanya benar-benar menghujam hatiku. "Aku tahu ibumu meninggal muda sehingga nggak bisa mendidikmu, Nona Valen, jadi kali ini aku nggak akan memperpanjang masalah ini denganmu ... " Aku menggertakkan gigi dengan kuat hingga gusiku terasa nyeri, lalu hendak menampar Salsa lagi. Namun, Bryan mencengkeram tanganku dengan erat. "Valen, cepat minta maaf ke Salsa." "Nggak." Aku berdiri dengan tegak, wajah dan bibirku tampak agak pucat. Namun, mataku tampak menyalang dengan marah dan berkilat tajam.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.