Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 1

Saat pertunanganku dengan Bryan Howen batal, semua orang menganggap hidupku berakhir sampai di situ. Padahal, reputasiku sampai rusak selama lima tahun bersama Bryan demi menyesuaikan diri dengan pria itu. Tidak ada lagi yang mau menerima wanita sepertiku. Setelah itu, kabar tentang kekasih baru Bryan pun tersebar di kalangan teman-teman. Semua orang di sekitarku menantikanku meminta balikan dengan Bryan. Namun, mereka tidak tahu bahwa aku secara sukarela menggantikan adik perempuanku pergi ke Kota Haruba dan menikah dengan orang sana. Sebelum menikah, aku mengembalikan kotak harta karun yang Bryan berikan. Kartu harapan kosong yang dia berikan padaku sewaktu masih muda. Setelah itu, aku pergi tanpa membawa kenangan apa pun. Suatu hari kemudian, Bryan tiba-tiba menanyakan soal aku. "Setelah sekian lama nggak ada kabar, apa Valen sudah mati?" "Ayo, nurut, Valen. Kita 'kan sudah sepakat empat kali, jadi sekali pun nggak boleh terlewat ... " Hari itu, Bryan mendadak mengatakan bahwa dia ingin menikah. Sudah tiga bulan kami tidak bertemu. Pada pertemuan terakhir kami, aku secara tidak sengaja mendengarnya mengatakan kepada temannya bahwa dia sudah bosan denganku. Tawa mereka pun bergema ke penjuru ruangan. Mereka menertawakanku yang rela memiliki reputasi buruk demi menyesuaikan diri dengan Bryan selama lima tahun hubungan kami, tetapi pada akhirnya tetap dicampakkan. Kehidupanku selama tiga bulan ini di rumah keluarga Bolena sangat sulit. Beberapa hari yang lalu, Adam Bolena bersikap kasar karena mabuk. Luka di punggungku masih terasa pedih. Itu sebabnya aku sontak kembali berharap saat Bryan mendadak meneleponku hari ini dan memintaku datang. Aku bergegas menuju vila Bryan, aku bahkan sengaja mengenakan sepasang gelang giok yang kudapatkan saat pertunangan kami. Setibanya di sana, ternyata Bryan sudah agak mabuk. Dia tertidur dalam posisi setengah berbaring di atas paha seorang gadis yang terlihat masih muda. Gadis itu tampak sangat lugu, sepertinya dia masih seorang pelajar. Begitu melihatku masuk, gadis yang sedang memijat kepala Bryan itu sontak terlihat panik. Dia langsung hendak bangkit berdiri. Namun, Bryan menggenggam tangannya. "Kamu duduk saja." Mata Bryan tetap terpejam, hanya genggaman tangannya saja yang terasa bertenaga. Setelah itu, Bryan menarik gadis itu agar mendekat ke arahnya. Gadis itu menundukkan kepalanya dan membiarkan Bryan menciumnya. Bryan pun melepaskan genggamannya di tangan gadis itu, lalu menadahkan tangannya di bawah dagu gadis itu. Ciuman mereka dalam sekali, bunyinya sampai terdengar lantang. Sementara aku hanya bisa berdiri termangu di pintu masuk sambil memegang tas tanganku. Aku akhirnya berhasil menenangkan diri. Aku memalingkan pandanganku ke luar jendela dan berpura-pura tidak peduli. "Aku jalan-jalan di taman dulu, nanti aku ke sini lagi." Begitu mendengar ucapanku, Bryan mendadak tertawa dengan sinis. Gadis di sampingnya itu pun langsung berdiri dengan patuh. "Aku saja yang keluar, biar kakak itu ke sini." Kali ini, Bryan tidak menghentikannya. Dia menggenggam tangan gadis itu dan memainkannya selama beberapa saat, lalu akhirnya melepaskannya dengan enggan. "Di luar dingin, jangan sampai kedinginan." Gadis itu pun mengangguk sambil tersenyum kecil, rambut hitam panjangnya yang tergerai menutupi sebagian besar wajahnya yang merona malu. Dia berjalan melewatiku sambil menyapaku dengan sopan. Aku balas mengangguk padanya sambil tersenyum. Dia terlihat masih sangat muda, sorot tatapannya tampak begitu jernih. Pembawaannya yang malu-malu mirip sekali dengan adik perempuanku. "Sini, Valen." Bryan bersandar di sofa sambil menepuk tempat kosong di sampingnya. Lampu kristal yang megah mengeluarkan pancaran cahaya berwarna-warni yang menyinari Bryan, wajahnya membuat wajahnya yang ramping dan tampan terlihat sangat menarik perhatian. Sampai-sampai Bryan seolah tampak tidak nyata. Entah kenapa, aku jadi merasa gelisah dan tidak nyaman. Sorot tatapan Bryan tampak berkilau, efek alkohol membuat ujung matanya tampak kemerahan. Ada serangkaian bekas ciuman sepanjang tulang selangka dan samping leher Bryan. Aku bisa melihatnya karena lehernya dibiarkan terbuka. "Gadis tadi namanya Salsa Jihan." Aku mengangguk. "Oh, iya." "Menurutmu, dia bagaimana?" Aku berpikir sebentar, lalu menjawab dengan serius, "Terlihat sangat sederhana, cantik dan baik." Bryan mengangguk mengakui. "Dia mirip sekali 'kan denganmu lima tahun lalu?" Aku sontak tertegun.
Previous Chapter
1/30Next Chapter

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.