Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 4 Seorang Wanita yang Menuntunnya Pulang

Sally tercengang. Sebelum dia bisa memberikan jawaban, Luke sudah menatapnya. Jelas sekali, bahwa Pangeran Cilik itu sangat menyukai Sally. Akan sangat bagus jika dia bisa membangun hubungan yang baik dengannya. Sally tidak punya pilihan lain selain menggendongnya. Anak kecil itu tampak sangat gembira dan mengencangkan pelukannya di lehernya. Matanya berbinar seperti bintang. Ini membuat Sally semakin menyukainya. Setelah mengangkatnya, dia keluar dari pintu. Dia berterima kasih kepada lelaki kecil itu ketika dia berada di luar kantor. "Sayang, terima kasih telah membantuku melampiaskan amarahku” "Sama-sama. Itu hanya satu wanita yang menyebalkan. Aku sudah terbiasa melihat Ayahku dikelilingi oleh kumpulan wanita seperti dia.” Meskipun anak itu terlihat sangat kekanak-kanakan, tetapi cara menyampaikan sesuatu sangat berwibawa. Dia layaknya orang dewasa namun dengan postur tubuh yang lebih kecil dan umur yang lebih muda. Sally menganggap ini menarik. "Sudah terbiasa dengan mereka? Berapa umurmu?" Anak laki-laki itu menghela nafas dan berusaha mengatakan yang sebenarnya, "Yah..mau bagaimana lagi. Ayahku memang setampan itu. Layaknya sekumpulan lalat, wanita-wanita itu selalu mengerumuninya setiap saat. Mereka benar-benar memuakkan. Tapi kau berbeda, Bibi. Kau cantik dan lembut. Aku sangat menyukaimu, jadi… aku akan menjagamu!" Sally terhuyung begitu dia mendengar kata-katanya. Dia kira dia salah mendengar ucapannya. "Menjagaku?" Tidak disangka bahwa seorang anak berumur empat atau lima tahun ini berkata demikian! Sally tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis. Dia bertanya-tanya apakah anak ini tahu apa artinya "menjaga" ketika dia mengucapkan ini. Namun, dia tidak terlalu memikirkannya. Rencananya adalah mengantarnya ke bawah dan kemudian kembali bekerja. Yang mengejutkan, anak kecil itu menatapnya penuh harap. "Aku akan menganggap diammu sebagai kesepakatan, ya?" Sally tertawa. "Ok, aku setuju." "Benarkah? Bagus, kalau begitu! Jadi..kau pulang bersamaku, ya, sekarang?" Anak lucu itu tersenyum senang, pipinya yang putih berubah kemerahan. Dia terlihat menggemaskan. Rasanya ingin Sally menggigit pipi itu! Namun dia menahan diri dan berkata dengan geli, "Pulang denganmu? Hmm.. boleh tidak kita melewatkan topik ini?" Tapi anak laki-laki itu bersikukuh, "kau ‘kan sudah setuju untuk membiarkan aku menjagamu. Jangan bilang kau akan menarik kembali kata-katamu. Kata Ayah, kalau kita berbohong, hidung kita bisa tumbuh menjadi panjang" Baru sekarang Sally menyadari bahwa anak ini benar-benar serius. Dia tidak bercanda sedikit pun. Kecuali ... kalau dia memang aneh. Bagaimana mungkin seorang anak kecil mengatakan sesuatu seperti ingin "menjaga" seseorang? Darimana dia belajar tentang ini? Apakah keluarga Jahn mengajarkannya demikian? Di tengah percakapan, mereka mendapati diri mereka sudah di bawah. Sebuah Rolls-Royce mewah sedang parkir di depan pintu lobi. Seorang pengawal membungkuk lalu melangkah maju untuk membuka pintu mobil. Kedua lengan anak laki-laki lucu itu masih melingkar di leher Sally, menunggu jawabannya. Tatapan tajam anak itu seakan-akan membuat sekujur tubuhnya mati rasa. Dia segera menjawab, "Sayang, bolehkah kita membicarakannya nanti? Aku masih harus bekerja. Sementara kau harus pulang sekarang. Kita bahas lain kali saja ya soal kau mau menjagaku?” "Tidak, kau sudah berjanji padaku. kau tidak bisa menarik kembali kata-katamu," jawab anak laki-laki lucu itu dengan tegas. Sally bingung harus bagaimana meresponnya. Seakan ingin marah kepada dirinya sendiri, dia menyesal karena tidak menggunakan otaknya ketika dia berbicara sebelumnya. ‘Apa yang harus kulakukan sekarang?’ Tidak setuju sama saja dengan berbohong, tapi jika dia setuju, anak ini masih terlalu muda untuk menjaga seorang Sally. Dia tidak setega itu. Ketika dia masih bergumul dengan dilemanya, anak tampan itu berkata, "kau tidak ingin pergi ke rumahku, ya?" Sally mengangguk berulang kali. "Oh..itu. Keluarga Jahn adalah keluarga yang sangat makmur, jadi aku yakin ada banyak peraturan. Karena ini adalah pertemuan pertama kita, aku bisa saja diperlakukan sebagai penipu jika aku berkunjung. Itulah kenapa aku memilih untuk tidak pergi." Anak lucu itu memiringkan kepalanya untuk mempertimbangkan hal ini. Dia tampaknya memahami kalau alasan ini masuk akal. Ia berkata, "Baiklah kalau begitu. Tidak apa-apa jika kau tidak ingin pergi ke rumahku. Kita bisa pergi ke rumahmu." "Uhuk uhuk…" Sally tersedak. Bagaimana bisa dia mengarahkan percakapan kembali ke titik awal? "Itu juga tidak bisa?" Bocah tampan itu merasa kesal, tepi matanya mulai memerah. Dia melihat Sally dengan tatapan menyedihkan. "Bibi, apa kau tidak menyukaiku?" Melihat anak itu menatapnya membuat hatinya bergetar. Bagaimana mungkin dia tidak menyukainya? Gigi putihnya kontras dengan bibirnya yang kemerahan; lembut, lelaki kecil yang berparas tampan ... Sally bisa saja meleleh setiap kali anak ini tersenyum padanya. Dua detik kemudian, dia mengalah dan setuju. "Baiklah. Aku akan membawamu pulang. Jangan menangis, ya." Dia lalu menggendong bocah lucu itu ke kursi belakang mobil. Anak itu meringkuk di pelukan Sally, menyembunyikan senyum kemenangannya. ... Sementara itu, di kantor presiden Perusahaan Keluarga Jahn ... Farrel Jahn duduk di belakang mejanya, meneliti laporan keuangan. Asistennya membawa secangkir kopi dan meletakkannya di atas meja sembari melapor "Tuan, pengawal Pangeran Cilik memberitahu bahwa dia Pangeran pergi ke Zhuoyue Creative Agency dan membuat keributan di sana hari ini." Farrel menegakkan posisi duduknya. Dia bahkan tidak mendongak dan membenarkan. "Biarkan saja dia melakukan apa yang dia suka, selama dia tidak merajuk. Jika agency menderita kerugian, berikan saja mereka kompensasi" George Nyle menurunkan nada suaranya. "Agency itu tidak rugi, tapi aku dengar seorang wanita membawanya pulang." "Seorang wanita?" Saat Farrel akhirnya mengangkat kepalanya, alisnya yang tegas mengerut. "Wanita apa?" "Sepertinya dia karyawan kantor itu. Kudengar Tuan Kecil menyukainya begitu dia melihatnya. Dia menolak untuk melepaskan pelukannya dan bahkan bersikeras untuk 'menjaganya'." Sedikit canggung, George berusaha menjelaskannya. Seperti yang diharapkan, ekspresi Farrel menjadi tidak enak ketika dia mendengar apa yang asistennya katakan. "Beri tahu Felix bahwa jika dia mengajari Xander omong kosong lagi, aku akan memindahkannya ke cabang perusahaan kita di Afrika. Dia bisa lupakan saja untuk kembali lagi." "Baik, Tuan." George segera menuruti perintah itu. Lalu dia bertanya dengan hati-hati, "Kalau begitu, haruskah kita mengirim seseorang untuk menjemput Tuan Kecil?" Farrel mencubit celah di antara alisnya. Tiba-tiba rasa sakit di kepala menghampirinya. "Tidak ada yang bisa membujuknya saat dia keras kepala. Aku akan pergi. Beri aku alamatnya!" "North District. Furong Park." George segera mungkin memberitahu alamatnya. Farrel mengangguk. Dia mengambil kunci mobilnya, lalu bergegas tanpa mengatakan apapun.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.