Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 8

Silvia dan Sinthia sudah dipersilakan keluar bahkan tanpa masuk ke rumah Keluarga Kusnadi, kejadian ini tidak memengaruhi orang-orang Keluarga Kusnadi di vila. Di sisi ini, Sovian merasa malu karena kejadian barusan, dia langsung menarik Devina keluar dari vila, berjalan di taman sambil menghiburnya. "Kak Devina, jangan sedih, Kak Henri pilih kasih. Kamar bonekamu saja sudah diberikan, tapi dia masih berkata seperti itu, bukankah baru saja ditemukan kembali, apa hebatnya?" Devina mendesah dan berkata lembut, "Sovian, aku tahu kamu melakukannya demi kebaikanku, tapi kelak jangan berkata seperti ini lagi. Aku memang bukan putri Keluarga Kusnadi, semua barangku seharusnya milik Cindy, Kakak Henri berkata seperti itu juga tidak salah ...." "Perkataan apa ini? Kak Devina adalah kakak perempuanku satu-satunya bagiku. Aku tidak mengakui Cindy itu!" Mereka berdua berbicara sambil berjalan ke depan, lalu tiba-tiba mendengar suara Cindy. "Ada karma di tubuh bibi ini. Jika dibiarkan, mungkin akan memengaruhi fengsui keluarga. Jika ayah membayarku, aku bisa membantu menyelesaikannya, hanya 60 juta." Mereka berdua berbalik dan kebetulan melihat Cindy berbicara ke arah Bibi Ana sambil mengulurkan enam jari ke arahnya dengan ekspresi serius. Cindy memang menghampiri Bibi Ana karena energi jahat di tubuhnya, sekarang setelah menangani orang-orang tidak penting, dia tentu saja mau mengurus urusan penting. Meski sudah kembali ke Keluarga Kusnadi, Cindy tidak pernah ada kebiasaan meminta uang pada orang lain. Sekarang kebetulan selain menyingkirkan energi jahat, dia juga bisa mendapatkan uang kuliahnya. Ayah dan anak juga harus diperhitungkan dengan jelas. Adrian dan Henri di samping jelas tidak menyangka gayanya akan berubah begitu cepat. Bagaimanapun, metafisika fengsui tampaknya tidak cocok dengan Cindy. Keduanya hanya mengira anak ini kekurangan uang, makanya menggunakan metafisika fengsui sebagai alasan untuk meminta uang jajan. Mereka merasa sedikit kasihan untuk sesaat. Sejak kapan anak-anak Keluarga Kusnadi kekurangan uang saku 60 juta? Henri segera mengambil ponsel dan mau transfer uang padanya, "Apakah 60 juta cukup? Aku akan mentransfer 200 juta padamu, kalau tidak cukup, minta saja padaku." Adrian yang didului putranya juga mengambil ponsel dengan wajah serius dan berencana mentransfer 600 juta, yang pasti lebih banyak daripada putranya. Namun setelah mengambil ponsel, dia baru ingat dia belum ada informasi kontak putrinya. Hanya mendengar ini saja, Cindy tahu mereka berdua sudah salah paham. "Aku serius." "Aku tahu, aku tahu." Henri menatapnya sambil tersenyum, nadanya penuh kasih sayang. Bibi Ana di samping juga tersadar kembali setelah tertegun sebentar dan berkata dengan sangat kooperatif, "Nona Besar bilang ada energi buruk pada tubuhku, mohon Nona Besar bantu aku menyingkirkannya." Cindy, "..." Bisakah orang-orang dewasa ini menghormati profesiku? Meski begitu, ini bukan pertama kalinya Cindy menghadapi situasi seperti ini. Saat hendak berbicara, tiba-tiba mendengar cibiran dari samping. "Kamu berani melakukan penipuan tingkat rendah seperti ini, bahkan hanya demi 60 juta." Benar-benar memalukan. Sovian benar-benar sudah tidak bisa menahan diri. Walaupun barusan ditegur, tapi dia benar-benar tidak suka dengan orang seperti Cindy. Devina juga dengan cepat mengikutinya, memegang lengan Sovian dan tampak tidak nyaman. "Adik Cindy, Sovian bukan sengaja mengataimu seperti ini, jangan salahkan dia." Cindy hanya melirik kedua orang ini sebentar, mengabaikannya dan menatap Bibi Ana lagi. "Garis pernikahan pada takdirmu terputus, seharusnya karena kehilangan suami sangat dini, tapi kamu punya satu putra. Dari penampilanmu, dapat disimpulkan putramu sedang mengalami musibah, seharusnya berhubungan dengan uang." Cindy tidak pandai membaca wajah dan hanya bisa mengetahui dasar-dasarnya. Meski hal yang paling mendasar, Bibi Ana jelas tercengang saat mendengarnya. Apalagi saat mendengar tentang musibah terkait uang, ada kepanikan di matanya. Cindy berkata lagi, "Logikanya karmamu sendiri tidak akan memengaruhi keluarga majikan, tapi aku lihat keberuntunganmu ada sedikit hubungan dengan Keluarga Kusnadi ... kamu mencuri kekayaan Keluarga Kusnadi." Cindy mengucapkan kalimat terakhir dengan sangat tegas. Tubuh Bibi Ana tiba-tiba gemetar hebat. Tidak mungkin, dia pasti asal berbicara, bagaimana dia bisa tahu apa yang sudah dia lakukan .... Adrian dan Henri yang awalnya seolah sedang mendengar bercandaan anak-anak, tapi mendengar nada bicaranya yang serius dan kalimat terakhirnya, tatapan mereka menjadi sedikit serius. Devina tampak sedikit terkejut melihat reaksi Bibi Ana. "Maksudmu Bibi Ana mencuri uang di rumah?" Dia tampak tidak percaya dan menjelaskan untuknya, "Tidak mungkin, pasti ada kesalahpahaman. Bibi Ana sudah bekerja hampir 10 tahun di Keluarga Kusnadi, dia mana mungkin melakukan hal seperti ini?" Bibi Ana awalnya sedikit panik, tapi setelah mendengar perkataan Devina, dia tiba-tiba terlihat seperti sudah difitnah dan berkata sedih. "Nona Besar, jangan berbicara sembarangan, aku mana mungkin mencuri uang Keluarga Kusnadi. Semua orang di keluarga ini mengenalku, aku ... aku bukan orang seperti itu." Dia berkata dan menatap Sovian lagi, "Tuan Muda, percayalah padaku, aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu, aku ...." Setelah itu, dia menutupi wajahnya dan tampaknya akan menangis. Sovian memang masih muda dan dirawat oleh Bibi Ana sejak kecil. Sewaktu melihatnya tampak sudah difitnah, dia segera memelototi Cindy dan berkata keras. "Kamu ini kenapa? Bagaimana mungkin Bibi Ana mencuri uang di rumah? Ini hari pertamamu kembali ke Keluarga Kusnadi, apa yang bisa kamu ketahui? Tidak tahu apa-apa tapi sudah asal menyerang orang demi menipu beberapa puluh juta Paman, apakah perlu sampai seperti ini?" Di mata Sovian, Cindy hanyalah orang asing yang pertama kali dia temui hari ini, tapi Bibi Ana sudah 10 tahun di Keluarga Kusnadi. Dalam aspek kedekatan, dia tentu lebih percaya pada Bibi Ana. Dia bahkan lebih tidak senang dengan Cindy yang disebut dengan kakak sepupunya. Melihat ini, Devina juga ikut berbicara, "Ini pasti ada kesalahpahaman, apakah Bibi Ana sudah melakukan kesalahan dan membuatmu tidak senang?" Entah secara langsung ataupun tidak, perkataannya menyiratkan Cindy menggunakan kekuasaannya untuk menekan orang lain dengan tujuan membalas dendam pribadi. Mendengar suara itu, Bibi Ana seperti sudah mendapatkan pencerahan dan mulai menangis. "Nona Besar, aku tahu Anda marah karena Nyonya Silvia baru saja salah mengenali bahwa aku adalah ibu kandungmu, identitasku rendah, bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan orang seperti Nona Besar? Wajar saja Anda marah, tapi Anda tidak boleh memfitnahku seperti ini. Aku sudah tua, kamu ini mau membunuhku!"

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.