Bab 54
Ponsel Nindi terus berdering. Dia lirik sekilas, menampilkan telepon dari Kak Nando.
Nindi mematikan suara ponselnya, memilih untuk tidak menjawab.
Nando melihat telepon tidak terjawab dengan sorot mata pasrah. Lantas, dia menatap Leo dan berkata, "Panggilannya nggak dia angkat."
"Kak Nando, aku sudah bilang, dia itu dipengaruhi orang lain, tapi kamu masih saja membiarkannya. Hari ini, dia berani menyerangku dan Sania."
Nando bertanya, "Bukankah dulu kamu juga pernah memukulnya? Anggap saja impas."
"Itu beda! Aku kakaknya! Lagi pula, Sania nggak ganggu dia, 'kan?"
Nando menghela napas. "Aku tahu, tapi Nindi sudah nggak semudah dulu saat ditenangkan. Kalau kamu nggak bawa payung, langsung minta sopir untuk mengantarmu. Kenapa harus rebut payung yang dia pegang?"
Sudah tahu Nindi sedang kesal kepada mereka, mengapa malah dipaksa untuk mengalah?
Apalagi kalau bukan mencari-cari masalah sendiri?
"Aku mau hemat waktu saja. Memangnya dia bisa pegang payung sebesar itu sendirian? Kalau dia ng
Locked chapters
Download the Webfic App to unlock even more exciting content
Turn on the phone camera to scan directly, or copy the link and open it in your mobile browser
Click to copy link