Bab 7
Meski saat ini aku tidak sampai kehilangan kendali karena gairah, tetapi kalau dia mengangkat telepon atau pergi di saat seperti ini, itu akan sangat memalukan bagiku.
Jakunnya bergerak. Dia mengambil ponsel dan langsung mematikannya, lalu melanjutkan mencium leherku dan tulang selangkanganku …
Namun, ponsel berdering lagi di detik berikutnya. Aku tahu kalau telepon ini tidak diangkat, sepertinya aku dan Reynard juga tidak akan bisa tenang.
Aku memalingkan wajahku. "Angkat saja."
Wajah Reynard terlihat cemas. Dia menarik selimut di sebelahnya untuk menutupiku, mengambil ponselnya dan pergi ke teras.
Meski dia menutup pintu geser teras, suaranya yang rendah masih terdengar olehku.
"Aku nggak bisa pergi, minta perawat membantumu saja."
"Aku nggak bilang aku nggak peduli padamu … Aku tahu itu karenaku ... Oke, jangan nangis, aku akan ke sana sekarang … "
Setelah itu, aku tidak mendengar suara lagi, hanya suara korek api elektrik yang terdengar.
Reynard merokok.
Ini pertama kalinya dia merokok di rumah.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Reynard kembali dengan aroma tembakau.
Dia menatapku dengan cemas. "Itu ... aku harus pergi sebentar. Itu dari Ivy, dia sendirian di rumah sakit … "
Anehnya, dia tidak menipu atau menyembunyikannya dariku.
Tubuhku yang berada di bawah selimut terasa dingin. "Apa kamu sebagai seorang pria cocok untuk merawatnya?"
"Aku, aku hanya pergi untuk mencari perawat untuknya," kata Reynard sambil merapikan pakaian yang kacau akibat ulahku.
Aku tahu aku tidak bisa menahannya lagi. Perasaan malu dan sedih memenuhi hatiku hingga membuat hidungku terasa perih. "Reynard."
"Ya?" Dia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan cemas.
Mungkin dia takut aku akan menahannya dan tidak membiarkannya pergi.
Reynard adalah seorang pengusaha besar di Solanta. Kapan dia pernah merasa takut? Namun, saat ini dia terlihat agak gugup dan bingung di hadapanku.
Pada saat ini, kata-kata yang terjebak di tenggorokanku tidak bisa dikatakan lagi. Aku tersenyum getir. "Hati-hati di jalan."
Setelah mengatakan itu, aku meringkuk ke dalam selimut dan menutup mata.
Sejenak, aku mendengar langkah Reynard mendekat. Saat napasnya makin dekat, kepalaku terasa panas.
Saat bibirnya meninggalkanku, dia berbisik pelan, "Maaf … "
Dia tahu kalau melakukan hal ini akan menyakitiku, tetapi dia tetap melakukannya.
Mungkin karena aku selalu memaafkannya, dia merasa tidak apa-apa melukaiku beberapa kali.
Reynard pergi, tetapi api yang dia nyalakan di dalam tubuhku belum padam. Aku menceburkan diriku ke dalam bak mandi.
Telepon dari Freya membuat semua gairahku lenyap. Aku terbaring di bak mandi sambil melamun.
"Apa yang Reynard lakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi? Wanita bernama Ivy itu siapanya dia?"
Aku tidak terkejut kalau Freya tahu dan aku juga tidak menyembunyikan fakta itu darinya.
Freya langsung marah. "Apa dia gila? Seorang pria merawat janda? Apa dia nggak tahu mendekati janda itu bisa menimbulkan gosip? Kenapa dia harus melibatkan dirinya dalam masalah ini?"
Freya merasa ini tidak pantas. Kami berdua adalah sahabat karib, jadi aku tidak takut untuk mengungkapkan perasaanku. "Kalau aku bilang dia baru saja tidur denganku, apa yang akan kamu pikirkan?"
Freya terdiam beberapa detik, "Kalian sudah melakukannya?"
"Belum, baru setengah bajuku yang dilepas." Aku merasakan diriku seperti sebuah lelucon saat mengatakan ini.
"Si*lan!" Freya, dokter genius yang biasanya tampak anggun dan sopan, mengumpat, "Reynard sudah melepas celananya tapi masih bisa berhenti di tengah jalan? Kalau bukan karena dia nggak bisa, berarti … "
Freya tidak melanjutkan kalimatnya.
Meski dia tidak mengatakannya, aku juga mengerti dia ingin mengatakan kalau Reynard tidak cukup mencintaiku.
Kalau dia mencintaiku, dia tidak akan meninggalkanku dalam keadaan seperti itu. Kalau dia mencintaiku, dia tidak akan pergi menghabiskan malam dengan wanita lain.
Istri sahabatnya memang malang, menjaganya tidak salah, tetapi Reynard menjaganya terlalu berlebihan.
"Kamu bilang mau menyerah, 'kan? Cepatlah menyerah dan cari yang lebih baik." Freya membujukku.
Aku tidak menjawab. Melepaskan Reynard adalah hal yang mudah, tetapi bagaimana dengan keluarga Avalon?
Sekarang rumah keluarga Avalon adalah rumahku. Robbert dan Camilla memperlakukanku seperti putri kandung mereka sendiri.
Mereka telah membesarkanku selama bertahun-tahun, terutama Camilla yang seperti ibu kandungku sendiri. Dia bahkan mengajariku cara menghadapi menstruasi pertamaku dan mencuci pakaian kotorku.
Freya menangkap sesuatu dari keheninganku. "Chloe, sebenarnya mungkin kita yang salah paham. Coba pikirkan betapa baiknya Reynard selama ini padamu. Dia selalu menyebutmu sebagai istrinya. Mungkin dia terlalu perhatian pada janda itu makanya pergi merawatnya. Lagian menurutku Reynard nggak akan berbuat apa-apa, apalagi itu janda yang sedang hamil. Dia nggak mungkin ingin jadi ayah tiri secara tiba-tiba, 'kan?"
Mengingat bagaimana Ivy menatap Reynard, aku berkata, "Gimana kalau perasaan tak terbalas berubah jadi perasaan yang terbalas?"
"Apa?" Freya terkejut sejenak, lalu menghela napas. "Bukannya nggak mungkin, sih. Reynard itu suami idaman banyak wanita, apalagi untuk seorang janda."
"Justru di saat seperti ini, Reynard harus menjaga jarak dengannya. Saat seorang wanita merasa lemah, sedikit perhatian bisa menjadi penyelamat yang akan dipegangnya erat-erat." Freya berhenti sejenak dan berkata lagi, "Aku akan mengawasi mereka malam ini, jadi nggak akan ada masalah."
Aku baru menyadari kalau Freya hanya sedang lembur sementara. "Nggak usah, setelah kamu beres kerja, pulanglah dan istirahatlah. Hal seperti ini nggak bisa kamu awasi selamanya. Kalau benar ada sesuatu di antara mereka, mungkin … "
Aku berhenti dan teringat perilaku yang tidak biasa dari Reynard akhir-akhir ini, lalu menyelesaikan kata-kataku. "Mungkin saja sudah terjadi sejak lama."
Freya menghela napas. "Ya, tapi Chloe, jangan terlalu memikirkannya. Kalau Reynard benar-benar berani mengkhianatimu, kamu tinggal putus saja dengannya dan cari pria lain. Lagian kamu belum kehilangan keperawananmu dan bisa mencari pria tampan lainnya."
"Hehe." Aku tertawa. Kalau memang begitu, apa aku seharusnya bersyukur karena hubunganku dengan Reynard selama ini belum melampaui batas?
Aku sengaja menguap dan mengakhiri telepon dengan Freya.
Di malam seperti ini, aku pasti tidak akan bisa tidur. Sampai fajar menyingsing, Reynard belum pulang.
Hari ini aku ada tugas di lapangan, jadi aku bangun lebih awal. Aku pergi sebelum Tante Camilla dan Om Robbert bangun. Sebenarnya aku agak takut kalau mereka bertanya kenapa aku pergi sepagi ini.
Dekorasi kamar Reynard memang sungguhan, tetapi tujuan Camilla adalah untuk mencari kesempatan agar aku dan Reynard bisa hamil sebelum menikah.
Namun, harapan mereka tidak terwujud dan itu juga memalukan bagiku.
Seorang wanita yang tidak bisa membuat seorang pria melepaskan pakaiannya terkadang dianggap gagal.
Pukul delapan lebih sedikit, begitu aku baru saja tiba di tempat mitra kerja, telepon dari Reynard masuk.
Melihat nomor itu, aku terdiam selama beberapa detik, lalu tidak mengangkatnya.