Webfic
Open the Webfic App to read more wonderful content

Bab 10

Wajah Ivy terlihat sangat muram. Wajah yang sebelumnya sudah pucat menjadi makin pucat. Tangannya yang memegang jus gemetar. "Maaf, aku, aku nggak sengaja." Dia begitu lemah dan menyedihkan seolah aku mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dan melukainya. Namun, aku tidak berhenti. Kalau sudah terlanjur mengatakannya, katakan saja. "Mungkin kamu nggak sengaja, tapi itu tetap memengaruhi kami. Kalau Kakak Ipar nggak punya niat jahat, tolong lebih hati-hati mulai sekarang, nggak perlu minta maaf." "Kalau Freddy ada di sini, aku nggak akan merepotkan Rey," kata Ivy sambil menangis lagi. Wanita memang terbuat dari air, kata-kata ini terbukti pada dirinya. Kata-katanya sangat cerdik sehingga membuatku sulit untuk menanggapinya. "Chloe." Ivy menatapku dengan mata berbinar, "Aku mencari Rey juga karena Freddy meminta Rey sebelum dia meninggal, dan Rey juga sudah berjanji." Tangannya terus mengusap-usap gelas. "Kalau bukan karena ini, aku juga nggak akan mencari Rey." Sebenarnya dia sedang membela dirinya sendiri sekaligus menyindirku, 'kan? Kami semua adalah orang dewasa, siapa yang tidak punya sedikit trik dalam hatinya? "Kakak Ipar, Reynard berjanji untuk menjagamu atas permintaan suamimu, tapi perhatian ini juga harus bijaksana. Lagian Kakak sendirian sekarang, kalau orang lain melihat kalian berdua selalu bersama, mereka mungkin akan berpikir macam-macam dan menyebarkan gosip." Aku berhenti sejenak. "Kakak Ipar, gimana pun orang lain membicarakan Reynard, itu nggak masalah, tapi sebagai seorang wanita, kalau Kakak diomongin oleh orang lain, apalagi kalau nanti gosip itu menyebar sampai ke telinga anakmu, itu nggak baik, 'kan?" Kalau dia bisa berakting sebagai gadis polos, aku juga bisa menjadi Bunda Maria. Wajah Ivy menjadi makin muram. "Chloe, kamu bicara sebanyak ini intinya karena kamu nggak suka Rey menjagaku, 'kan? Apa kamu nggak percaya padanya atau nggak percaya pada dirimu sendiri?" Satu pertanyaan tajam darinya benar-benar bertentangan dengan citra dirinya. Aku menatapnya dan tertawa. Kelinci putih ini akhirnya menunjukkan giginya dan berhenti berpura-pura? Sebelum aku sempat bicara, tiba-tiba air mata Ivy menetes. "Chloe, aku minta maaf sama kamu. Kalau kamu masih merasa nggak nyaman, kamu bisa memukulku atau menghinaku, tapi jangan bawa-bawa anakku." "Hah?" Apa aku mengatakan sesuatu tentang anaknya? Ivy berdiri, memegang perut kecilnya seolah seperti wanita hamil, lalu berpura-pura untuk pergi. Reynard segera datang untuk menariknya. Ini sudah ketiga kalinya dia mencoba untuk menahan Ivy malam ini. Mata hitamnya yang penuh kemarahan menatapku dengan dingin. "Chloe, apa yang kamu lakukan?" Saat ini aku mengerti kenapa Ivy tiba-tiba membicarakan anaknya tadi. Dia menggunakan trik klise yang sudah tidak digunakan dalam drama TV sekarang. "Apa yang aku lakukan?" Hatiku terasa dingin saat melihat tatapan dingin Reynard. Dia langsung menuduhku tanpa bertanya apa pun. Aku bersamanya selama sepuluh tahun, tetapi tidak bisa mengalahkan trik kecil Ivy. "Rey, jangan bertengkar," kata Ivy sambil menahannya. "Ini salahku, aku tahu aku selalu merepotkanmu dan menghabiskan waktu kalian, ini salahku … " Apa yang dia katakan ini bukan sedang menyalahkan diri sendiri atau menenangkan suasana, melainkan menambah minyak ke api. "Maafkan aku, Rey. Aku mengganggu kalian." Ivy menarik tangan Reynard dan segera berlari keluar. "Ivy!" Reynard memanggil dan hendak berlari mengejarnya. "Reynard" Aku memanggilnya. "Bajuku kotor." Dia mendengar kata-kataku dan melihat ke tangan satunya seolah baru ingat kalau aku sedang datang bulan. Segera setelah itu, dia meletakkan pembalut yang dia beli untukku di atas meja, kemudian melepaskan jaketnya. "Chloe, Ivy sedang hamil, emosinya nggak stabil, dia nggak boleh kenapa-napa." Setelah dia mengatakan itu, dia melemparkan jaketnya kepadaku dan hendak pergi. "Reynard, kalau kamu pergi mencarinya, kita putus." Kata-kataku membuatnya berhenti.

© Webfic, All rights reserved

DIANZHONG TECHNOLOGY SINGAPORE PTE. LTD.